Bunyamin, Bunyamin (2016) MANAJEMEN BERBASIS KULTUR RELIGI PADA PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH. UHAMKA Press, Jakarta, Indonesia. ISBN 978-602-1078-37-2
Preview |
Text
1 - Buku Manajemen Berbasis Kultur Religi.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Tidak ada yang menyangkal bahwa
Muhammadiyah adalah peletak dasar dan pelopor pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Gelisah dengan disintegrasi sosial yang bermuara pada dikotomi dua kutub pendidikan pesantren dan sekolah. KH. Ahmad Dahlan mulai melakukan gerakan pembaruan dengan memasukkan pendidikan agama pada sekolah umum dan memasukkan pendidikan umum di madrasah. Spiritualisasi sekolah dimulai dari kegiatan pendidikan agama ekstrakurikuler yang diselenggarakan KH. Ahmad Dahlan di dua sekolah pemerintah: kweekschool di Jetis, Yogyakarta dan OSVIA di Malang. KH. Ahmad Dahlan melihat potensi sangat strategis pelajar di kedua sekolah tersebut sebagai sekolah guru dan pamong praja, jika mendapatkan pelajaran agama maka mereka akan menjadi sosok intelektual yang ulama sebagai pioner dakwah, selain itu KH. Ahmad Dahlan juga melakukan modernisasi pendidikan Islam dengan merintis lembaga madrasah yang di dalamnya diajarkan studi umum (MT. Arifin, 1987: 18).
Semangat Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui jalur pendidikan tidak hanya diakui oleh kalangan sendiri tetapi juga oleh kalangan luar, keseriusan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dibuktikan dengan dibuatnya rumusan
tujuan pendidikan yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahun 1936 rumusan tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah “bahwa
Muhammadiyah membangun perguruan-perguruan itu dengan berdasar tiga tingkatan yaitu, pertama,
menggiring anak-anak Indonesia menjadi orang Islam yang berkobar-kobar semangatnya. Kedua, berbadan sehat, tegap bekerja. Ketiga, hidup tangannya mencari rizki sendiri sehingga kesemuanya memberi faedah yang besar dan berharga hingga badannya dan juga hidup bersama” (Qomari Anwar: 60.).
Seiring perkembangan zaman, rumusan
pendidikan Muhammadiyah mengalami beberapa
perubahan, dan fase yang terakhir adalah “tujuan pendidikan Muhammadiyah terwujudnya manusia
muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Qomari Anwar: 61). Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Muhammadiyah telah mencakup dimensi fitrah manusia, yakni religiusitas, intelektualitas, moralitas, kolegialitas/social dan self confidential.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Depositing User: | admin repository uhamka |
Date Deposited: | 26 Jul 2017 10:53 |
Last Modified: | 26 Jul 2017 10:53 |
URI: | http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/297 |
Actions (login required)
View Item |