Studi Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Perkotaan dan Perdesaan di Sulawesi Selatan.

ASHARI, CHICA (2017) Studi Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Perkotaan dan Perdesaan di Sulawesi Selatan. Masters thesis, IPB.

[thumbnail of TESIS CHICA RISKA ASHARI.pdf]
Preview
Text
TESIS CHICA RISKA ASHARI.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Pemerintahan dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo telah
memprioritaskan program pangan dan gizi didalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya rawan pangan adalah kemiskinan. Banyak indikator yang digunakan
untuk mengukur ketahanan pangan. Pengukuran yang paling sering digunakan yaitu
recall pangan, indikator antropometri atau data kesehatan. Namun semua indikator
tersebut memiliki kelemahan seperti pengumpulan dan analisis data yang tidak
praktis dan relatif mahal untuk diimplementasikan. Oleh sebab itu, diperlukan
metode yang lebih sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Metode yang
lebih baru dikembangkan yaitu Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS).
Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) menganalisis karakteristik rumah tangga
(usia orang tua, pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, ukuran rumah tangga,
jenis pekerjaan orang tua, kepemilikan aset, dan pendapatan total rumah tangga)
perkotaan dan perdesaan; (2) menganalisis Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan
Tingkat Kecukupan Protein (TKP) rumah tangga perkotaan dan perdesaan; (3)
menganalisis tingkat ketahanan pangan yang diukur menggunakan metode HFIAS,
metode Maxwell dan metode Maxwell yang dimodifikasi pada rumah tangga
perkotaan dan perdesaan; (4) menganalisis karakteristik rumah tangga (usia orang
tua, pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, ukuran rumah tangga, jenis
pekerjaan orang tua, kepemilikan aset dan pendapatan total rumah tangga)
berdasarkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga yang diukur menggunakan
metode HFIAS dan metode Maxwell yang dimodifikasi; (5) mengidentifikasi Food
Coping Strategy rumah tangga perkotaan dan perdesaan dalam rangka mencapai
dan mempertahankan ketahanan pangan; (6) menganalisis validitas ukuran
ketahanan pangan dengan metode HFIAS terhadap metode Maxwell yang
dimodifikasi sesuai kondisi di Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan
Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar dan di Desa Tanete dan Desa
Takkalasi Kacamatan Maritenggae Kabupaten Sidrap. Desain penelitian adalah
cross sectional study. Sebanyak 170 rumah tangga dianalisis pada penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk variabel karakteristik sosial
rumah tangga tangga meliputi usia kepala rumah tangga, usia ibu rumah tangga,
ukuran rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, pendidkan ibu rumah
tangga, dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga. Usia kepala rumah tangga dan
pengetahuan gizi ibu rumah tangga tidak terdapat perbedaan antara perkotaan dan
perdesaan (p>0.05), sedangkan usia ibu rumah tangga, ukuran rumah tangga,
pendidikan kepala rumah tangga, dan pendidikan ibu rumah tangga terdapat
perbedaan antara perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Jenis pekerjaan kepala rumah
tangga dan pendapatan total rumah tangga terdapat perbedaan antara perkotaan dan
perdesaan (p<0.05).
Sebagian besar Tingkat Kecukupan Energi (TKE) rumah tangga perkotaan
termasuk dalam kategori kurang (60%), sedangkan rumah tangga perdesaan
temasuk dalam kategori cukup (64.4%). Begitu juga dengan Tingkat Kecukupan
Protein (TKP), sebagian besar rumah tangga perkotaan termasuk dalam kategori
kurang (60.0%), sedangkan rumah tangga perdesaan termasuk dalam kategori
cukup (67.1%). Hal ini menunjukkan bahwa TKE dan TKP rumah tangga
perdesaaan lebih baik dari rumah tangga perkotaan.
Pengukuran tingkat ketahanan pangan menggunakan metode HFIAS
menunjukkan bahwa rumah tangga yang termasuk dalam kategori tahan pangan
lebih banyak di perdesaan (27.1%) daripada di perkotaan (18.8%). Pengukuran
tingkat ketahanan pangan menggunakan metode Maxwell menunjukkan bahwa
rumah tangga yang termasuk dalam kategori tahan pangan lebih banyak di
perdesaan (17.6%) daripada di perkotaan (8.2%). Pengukuran tingkat ketahanan
pangan menggunakan metode Maxwell yang dimodifikasi menunjukkan bahwa
rumah tangga yang termasuk dalam kategori tahan pangan lebih banyak di
perdesaan (32.9%) daripada di perkotaan (27.1%). Hal ini menunjukkan bahwa dari
ketiga hasil pengukuran metode tersebut tingkat ketahanan pangan rumah tangga
perdesaan lebih baik dari tingkat ketahanan pangan rumah tangga perkotaan.
Variabel yang diduga memengaruhi tingkat ketahanan pangan yang diukur dengan
metode HFIAS yaitu ukuran rumah tangga (p<0.05) sedangkan variabel yang
diduga memengaruhi tingkat ketahanan pangan yang diukur dengan metode
Maxwell yang dimodifikasi yaitu pengetahuan gizi ibu (p<0.05) dan ukuran rumah
tangga (p<0.05). Modifikasi metode Maxwell dilakukan pada cut off konsumsi
energi. Modifikasi ini dilakukan agar sesuai dengan kondisi di Indonesia menurut
Peraturan Menteri Pertanian No. 65 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan DKP 2009 yaitu rumah
tangga yang termasuk kategori rawan pangan jika konsumsi energinya kurang dari
70%.
Perilaku coping taraf 1 yang dilakukan oleh sebagian besar rumah tangga
perkotaan yaitu menerima kupon raskin (30.6%) sedangkan rumah tangga
perdesaan yaitu beternak ayam (45.9%). Perilaku coping taraf 2 yang dilakukan
oleh sebagian besar rumah tangga perkotaan (44.7%) yaitu meminjam uang dari
saudara dekat, begitupun juga rumah tangga perdesaan (30.6%). Perilaku coping
taraf 3 yang dilakukan oleh sebagian besar rumah tangga perkotaan (22.4%) dan
perdesaan (23.5) yaitu migrasi ke kota/desa/pulau lain, tetapi hal ini belum bisa
menjadi solusi buat mereka.
Validitas HDDS dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif
metode Maxwell sebagai gold standard diperoleh nilai p=0.000 dan nilai r=0.393
menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah. Sedangkan metode
Maxwell yang dimodifikasi sebagai gold standard diperoleh nilai p=0.000 dan nilai
r=0.408 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Untuk
metode HFIAS terhadap metode Maxwell yang dimodifikasi sebagai gold standard
yang sebelumnya empat kategori dijadikan dua kategori yaitu tahan pangan dan
tidak tahan pangan maka diperoleh nilai p=0.000 dan nilai r=0.682 yang
menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Kemudian dihitung
nilai sensitivitas dan spesitifitas, diperoleh 86.6% dan 45.1%. Hal ini menunjukkan
bahwa metode HFIAS dapat digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
ketahanan pangan. Secara kualitatif, metode HFIAS relatif lebih mudah dan
sederhana digunakan untuk pengambilan data.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: A General Works
A General Works > AC Collections. Series. Collected works
Depositing User: Chica Riska Ashari
Date Deposited: 22 Jan 2025 10:23
Last Modified: 22 Jan 2025 10:23
URI: http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/40977

Actions (login required)

View Item View Item