Pemberian makan bayi dan anak (PMBA) merupakan salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu (Wahyuni,2016). PMBA meliputi Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI, Menyusui hingga usia 2 tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalentsi anak gizi buruk sebesar 3,8%, anak gizi kurang sebesar 13,8%, anak sangat pendek sebesar 11,5%, anak pendek sebesar 19,3%, anak sangat kurus 3,5%, dan anak kurus sebesar 6,7% (Riskerdas, 2018). Hasil survey Desa Pegagan Kidul dengan prevalensi gizi kurang tertinggi di Kecamatan Kapetakan yaitu sebesar 23,0%, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian edukasi gizi terhadap pengetahuan ibu dan pola pemberian makan bayi dan anak. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan control grup pre test dan post test design. Sampel penelitian ini berjumlah 70 orang ibu balita yang mempunyai anak usia 6 sampai 24 bulan. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu balita yang bisa membaca dan menulis, dan bersedia menjadi responden. Sampel dibagi menjadi dua kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengolahan data pada variabel pengetahuan menggunakan uji Paired Sampel T Test, dan Pola PMBA menggunakan uji Wilcoxon Sign. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna pengetahuan ibu sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai (p = 0,002), dan ada perbedaan bermakna pola PMBA sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai (p=0,023).
Penderita hipertensi akan menjalani hidup dengan bergantung pada obat-obatan yang sering menimbulkan efek samping. Penelitian ini memberikan alternatif dalam mengatasi hipertensi menggunakan bahan-bahan alami untuk meminimalisir efek samping yaitu dengan pemberian smoothies belima (belimbing, pisang, kayu manis dan buah naga) yang mengandung serat dan kalium sebanyak 250 ml. Jenis penelitian ini yaitu eksperimental dengan rancangan one group pre-test post-test. Metode penelitian ini menggunakan metode total sampling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik terhadap pemberian smoothies belima pada Peserta di Posbindu Cikokol Kota Tangerang pada tanggal 9-22 September 2019. Responden pada penelitian ini sebanyak 32 Orang. Data dianalisis dengan uji Paired t-test dan uji Wilcoxon.Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan smoothies belima terhadap tekanan darah sistolik (p <0,005), tekanan darah diastolik (p <0,005), asupan natrium (p <0,005), asupan kalium (p <0,005) dan asupan serat (p <0,005).
Konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP (kelompok umur 13-18 tahun)
di Jakarta Selatan masih sangat rendah. Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi konsumsi sayur dan buah antara lain pengetahuan gizi, peran
orangtua, teman sebaya dan paparan media massa. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, peran orangtua, teman sebaya dan
paparan media massa dengan konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP Hang Tuah
2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII yang berjumlah 130
sampel, yang diambil dengan teknik simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional di lakukan pada bulan Februari-Agustus
2019. Data pengetahuan, peran orangtua, teman sebaya dan paparan media massa
diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data konsumsi
sayur dan buah diambil dengan Food Frequency Semi Quantitative. Analisis data
menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukan sebanyak 88,5%
siswa kurang mengonsumsi buah dan sayur. Ada hubungan yang bermakna antara
peran orang tua dengan konsumsi buah dan sayur dengan p-value = 0,007. Akan
tetapi pengetahuan gizi, peran teman sebaya dan paparan media massa tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi buah dan sayur.
Kegemukan merupakan masalah kesehatan yang seringkali berhubungan dengan penyakit degeneratif. Prevalensi kegemukan diatas 18 tahun di Indonesia sebesar 21,8% (Riskesdas, 2018). Prevalensi kegemukan pada wanita berdasarkan penelitian Rian Diana dkk yang dilakukan di Indonesia dengan mewakili 33 provinsi sebesar 29,4%. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ibu rumah tangga mengalami kegemukan adalah pola makan yang tidak beragam, mengonsumsi makanan dan minuman manis, konsumsi lemak, makanan rendah sayur dan buah, gaya hidup sedentary, dan penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan, sedentary lifestyle, dan pengguna kontrasepsi dengan kejadian kegemukan pada ibu rumah tangga di Desa Karang satria, Kecamatan Tambun Utara, Bekasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitan ini dilakukan pada tanggal 13-18 Agustus 2019 di Desa Karang satria dengan sampel 136 orang yang dipilih menggunakan teknik multiphase sampling. Variabel dependen yang diteliti yaitu konsumsi sayur dan buah, konsumsi lemak, konsumsi makanan dan minuman manis, sedentary lifestyle, jenis kontrasepsi, dan lama penggunaan kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu rumah tangga mengalami kegemukan (53,7%). Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan dan minuman manis dengan kejadian kegemukan (p=0,033), ada hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi dengan kejadian kegemukan (p=0,004), dan tidak ada hubungan antara konsumsi sayur dan buah (p=0,676), konsumsi lemak (0,059), sedentary lifestyle (0,07), jenis kontrasepsi (0,158).
Anak pemulung sering kali kita jumpai di sekitar tempat pembuangan akhir sampah dimana tempat orang tua mereka mengais rezeki. Tempat pembuangan akhir biasanya dijadikan sebagai tempat tinggal oleh pemulung. Tempat tinggal yang kumuh dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik memiliki berbagai masalah kesehatan antara lain penyakit ISPA, diare, flu, dan penyakit kulit yang berdampak pada status gizi khususnya balita. Masalah gizi buruk, gizi kurang dan stunting merupakan masalah gizi yang sering terjadi pada anak balita pemulung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu, asupan makan, dan riwayat penyakit infeksi dengan status gizi balita usia 24-59 bulan pada kelompok pemulung di Bantargebang tahun 2019. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan desain cross sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dari seluruh jumlah balita yaitu 49 balita. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi kurang sebesar 44,9% dan gizi pendek sebesar 42,9%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p value <0,05) antara pola asuh ibu dan riwayat penyakit infeksi dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dan TB/U. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p value >0,05) antara asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dan TB/U.
Saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau yang dikenal di masyarakat sebagai penyakit kencing manis semakin banyak dijumpai pada penduduk di dunia (Fransisca, 2012). Angka prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Bentuk penatalaksanaan DM tipe 2 untuk mencegah komplikasi dapat dimulai dengan edukasi yang dapat mengubah gaya hidup dan perilaku pasien. Edukasi yang diberikan meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit DM, pentingnya pengendalian dan pemantauan DM, penyulit dan resikonya, intervensi farmakologi dan non farmakologi serta target perawatan, dan lain-lain. DSME merupakan suatu proses yang memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan perawatan mandiri (self care) yang sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes Funnel dkk (2010). Pendekatan prinsip Diabetes Self Management Education (DSME) dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. Metode penelitian ini menggunakan pre-eksperiment dengan one group pretest-posttest design membandingkan hasil data responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Kesimpulan, Hasil peneltian ini ada Pengaruh Edukasi Gizi Diabetes Self Management Education (DSME) dengan kepatuhan diet pasien DM tipe II dan ada perbedaan yang bermakna antara Kepatuhan Diet Sebelum Intervensi dengan Kepatuhan Diet Sesudah Intervensi, p value > 0,05 dengan nilai t negative (-14,001).
Kolesterol merupakan masalah kesehatan yang penting di indonesia jika kadarnya berlebihan dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit kadiovaskuler dan penyakit metabolik lainnya. Apabila terjadi peningkatan kadar kolesterol didalam darah melebihi normal (>200 mg/dl) disebut Hiperkolesterolemia. Prevalensi pola konsumsi makanan yang berlemak dan berkolesterol menurut data riskesdas 2013 di peroleh persentase nasional sebesar 40,7 % dan diataranya banten meduduki posisi ke-5 dengan persentase sebesar 48,8%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan Asupan Lemak, Obesitas Sentral Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Kolesterol Pada Wanita Dewasa di Puskesmas Cipocok Jaya Kota Serang Provinsi Banten Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Sampel yang di dapat sebanyak 44 orang dengan responden wanita dewasa di Puskesmas Cipocok Jaya, Serang Banten. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan kemaknaan α=0,05 .
Pola konsumsi masyarakat yang cenderung senang mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi natrium, dan rendah serat dapat menjadi pemicu kejadian hipertensi. Pisang kepok putih dan kacang hijau merupakan pangan lokal yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan bahan yang potensial dalam pembuatan snack sumber serat dan rendah natrium bagi penderita hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemanfaatan tepung pisang kepok putih dan tepung kacang hijau dalam pembuatan crispy cookies sumber serat dan rendah natrium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).Terdapat 3 perlakuan penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung kacang hijau, yaitu dengan perbandingan 1 : 9, 2 : 8, 3 : 7. Analisis data menggunakan uji Anova, bila p-value <0,05 dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji sidik ragam pada uji mutu hedonik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung kacang hijau terhadap mutu aroma, rasa, dan tekstur crispy cookies. Hasil uji sidik ragam pada uji hedonik menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung kacang hijau terhadap aroma dan rasa, namun terdapat perbedaan pada tekstur crispy cookies. Berdasarkan penilaian uji organoleptik didapatkan produk crispy cookies terpilih yaitu F2 dengan perbandingan penggunaan tepung pisang kepok dan tepung kacang hijau 2 : 8. Produk crispy cookies terpilih dalam 100 gram mengandung energi 401,8 kkal, protein 18,7 g, lemak 9,2 g, karbohidrat 61 g, serat 6,8 g dan natrium 137,7 mg.
Masalah gizi utama pada kelompok vegetarian umumnya disebabkan karena tidak seimbangnya asupan makanan yang dikonsumsi terutama pada asupan prtotein. Penelitian ini mengkaji pola makan, asupan protein, lemak, serat dan aktivitas fisik terhadap status gizi pada kelompok vegetarian di Indonesia Vegetarian Society (IVS) Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian Cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi kelompok vegetarian di IVS yang masuk kedalam kriteria inklusi dan eksklusi. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan status gizi pada vegetarian sebagai variabel dependen sedangkan pola makan, asupan protein, lemak, serat dan aktivitas fisik sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota IVS memiliki status gizi yang normal, 61,7%. Pola makan yang tidak sesuai dengan piramida makanan vegetarian, 76,6%. Asupan protein dan lemak masih dalam kategori cukup, 42,6% sedangkan asupan serat cenderung kurang yaitu 61,7%. Aktivitas fisik yang dimiliki anggota IVS mayoritas ringan, 83%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan lakto ovo vegetarian dengan status gizi (p-value = 0,03).
Masalah gizi yang sering terjadi pada negara berkembang seringkali menjadi ancaman dalam pembanguanan suatu bangsa. Saat ini Anemia merupakan salah satu masalah utama yang di hadapi oleh Indonesia, khususnya anemia zat besi. Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 21.7%, di mana 18.4% terjadi pada laki-laki dan 23,9% terjadi pada perempuan (Riskesdas, 2013). Umumnya penyaebab anemia pada remaja adalah peningkatat kebutuhan pada masa remaja, kurang asupan zat besi dan kehilangan sejumlah zat besi karena terjadi menarche atau menstruasi pertama yang membuat sejumlah zat besi terbuang. Anemia adalah
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah hemoglobin berada di bawah batas normal 12 gr/dl untuk perempuan dan 13 gr/dl untuk lakilaki (Depkes RI, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro (Fe, vitamin A, vitamin C Dan vitamin B12), pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Suranenggala Kabupaten Cirebon. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi analitik menggunakan desain Cross Sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII. Jumlah sampel sebanyak 60 sampel yang dipilih dengan menggunakan taknik simple rendom sampling. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan asupan zat gizi mikro [zat besi (p=0.000), vitamin C(p=0.003) dan vitamin B12 (p=0.002)], siklus menstruasai (p=0.000) dan pola menstruasi (p=0.003). Tidak ada hubungan asupan vitamin A (p=0.898) dan status gizi (p=0.34).
Salah satu penyebab masalah gizi adalah karena minimnya pengetahuan. Kurangnya informasi yang didapatkan dilingkungan sekitar berdampak kepada pengetahuan seseorang, dalam menyampaikan sebuah informasi diperlukan adanya metode yang baik dan media yang dapat membantu proses penerimaan informasi tersebut. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan hasil sebanyak 70% pria usia subur memiliki pengetahuan gizi seimbang yang kurang. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan pria usia subur tentang gizi seimbang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment dengan pre-post test control group design. Penelitian ini dilakukan di RW 04 Kelurahan Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Tahun 2019. Melibatkan 40 subjek penelitian masing-masing 20 kelompok kontrol dan 20 kelompok intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan gizi seimbang sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan dan media leaflet pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p value =0,000). Dan terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan sesudah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi (p value= 0,000). Dapat dieimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan dan media poster terhadap pengetahuan pria usia subur.
Kurang energi kronis (KEK) merupakan kondisi dimana wanita usia subur memiliki berat badan yang rendah akibat dari kekurangan energi dan protein yang kronis. Faktor penyebab langsung kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur yaitu asupan makan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor penyebab tidak langsung yaitu pengetahuan gizi, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan ketersediaan pangan. Seseorang dikatakan menderita kurang energi kronis (KEK) apabila pengukuran LILA <23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Riwayat Penyakit Infeksi, Asupan Zat Gizi Makro Dan Mikro Dengan Kurang Energi Kronis Wanita Usia Subur Usia 15-18 Tahun Di Sman 12 Kota Tangerang 2019. Penelitian ini merupakan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian yaitu 87 siswi SMAN 12 Kota Tangerang menggunakan uji Chi-Square. Pengambilan data pada wanita usia subur dilakukan dengan cara mengukur lingkar lengan atas responden dengan menggunakan pita LILA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi (P-value 0,05), asupan vitamin A (P-value 0,04) dengan lingkar lengan atas pada WUS, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi (P-value 0,8), asupan energi (P-value 0,7), asupan protein (P-value 0,6), asupan lemak (P-value 0,7), asupan vitamin C (P-value 0,1) dan asupan zat besi (P-value 0,7) dengan lingkar lengan atas WUS. Penelitian ini menyarankan agar SMAN 12 Kota Tangerang membuat kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan kesehatan bagi WUS.
Hipertensi Tidak Tampak Mengerikan, Namun Bisa Membuat Penderita Terancam Jiwanya Oleh Karena Itu Hipertensi Dijuluki The Silent Disease. Di Indonesia Prevalensi Hipertensi Berada Pada Peringkat Tertinggi Dari 5 Penyakit Tidak Menular Sebesar Pada Tahun 2013 Meningkat Menjadi 34,1%. Tujuan Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Pemberian Air Rebusan Tunas Teratai Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Sampel Dalam Penelitian Ini Anggota Posbindu Berusia 25-50 Tahun Yang Mempunyai Tekanan Darah Lebih Dari 120/80 Mmhg. Sampel Yang Diambil Secara Purposive Sampling. Responden Akan Diberikan Air Rebusan Tunas Dan Biji Bunga Teratai Selama 3 Hari. Pengukuran Tekanan Darah Dilakukan Sebelum Dan Sesudah Intervensi. Asupan Natrium Juga Dilihat Menggunakan FFQ-SQ. Penelitian Ini Menggunakan Quasi-Experimental Dengan Rancangan Pre-Post Group Design. Data Akan Dianalisis Dengan Uji Paired T-Test Atau Uji Wilcoxon. Jumlah Responden Penelitian Sebanyak 32 Orang Dengan Tekanan Darah Sistolik >125 Mmhg Dan Atau Tekanan Darah Diastolik >80 Mmhg. Responden Diberikan 200 Ml Air Rebusan Tunas Dan Biji Teratai Sebanyak 1 Kali Selama 3 Hari Penelitian. Air Rebusan Tunas Dan Biji Teratai Yang Diberikan Terbuat Dari 15 Gram Tunas, 10 Gr Biji Dan 350 Ml Air. Hasil Penelitian Ini Adalah Terdapat Rata-Rata Penurunan Tekanan Darah Sistolik Sebesar 8 Mmhg Dengan Nilai P = 0,000 (Nilai P<0,05) Dan Tekanan Darah Diastolik 7 Mmhg Dengan Nilai P = 0,000 (Nilai P<0,05). Pemberian Air Rebusan Tunas Dan Biji Teratai Secara Signifikan Dapat Menurunkan Tekanan Darah Sistolik Dan Tekanan Darah Diastolik Penderita Hipertensi Di Posbindu Mawar.
Tuberkulosis Adalah Penyakit Menular Langsung Yang Disebabkan Oleh Bakteri Mycrobacterium Tuberculosis. Kuman Mycobacterium Tuberculosis Biasanya Masuk Ke Dalam Tubuh Manusia Melalui Udara Pernafasan Ke Dalam Paru. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan TB Adalah Asupan Energi Protein, Kepatruhan Mengkonsumsi Obat Dan Dukungan Keluarga. Tujuan Penelitian Adalah Untuk Menganalsis Hubungan Asupan Energi Protein, Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Dan Dukungan Keluarga Terhadap Status Gizi Penderita TB Paru Di Puskesmas Cipinang Besar Utara. Dalam Penelitian Ini, Metodologi Yang Digunakan Adalah Dengan Pendekatan Kuantitatif Cross Sectional. Sampel Adalah Pasien Rawat Jalan TB Paru Di Puskesmas Cipinang Besar Utara Sebanyak 56 Orang Dengan Menggunakan Teknik Pengambilan Sampel Dengan Simpel Random Sampling. Analisis Dilakukan Dengan Metode Analisis Univariat Dan Bivariat. Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square. Hasil Univariat Menunjukan Responden Dengan Asupan Energi Cukup 51,8%, Asupan Protein Cukup 58,9%, Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Patuh 94,4%, Dukungan Keluarga Tidak Baik 53,6% Dan Status Gizi Normal 55,4%. Hasil Bivariat Menunjukan Adanya Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi (Pvalue = 0,000), Adanya Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi (Pvalue = 0,000) Dan Adanya Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Gizi (Pvalue = 0,000). Dapat Disimpulkan Bahwa Metabolisme Yang Meningkat Dapat Menyebabkan Kebutuhan Zat Gizi Makro Meningkat Serta Dukungan Keluarga Salah Satu Faktor Eksternal Peningkatan Status Gizi.
Status Kebugaran Kardiorespiratori merupakan indikator terpenting dalam mengukur kebugaran seseorang dari aspek kesehatan. Status Kebugaran Kardiorespiratori adalah kemampuan kerja jantung dan paru-paru seseorang dalam mensuplai, mengedarkan dan menggunakan oksigen keseluruh tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, asupan zat gizi dan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status kebugaran kardiorespiratori pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Faktor yang diteliti yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U), asupan energi, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan asupan zat gizi mikro (zink, zat besi, kalsium, vitamin c). Penelitian ini merupakan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian yaitu 85 siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta menggunakan uji Spearman Correlation dan Chi Square. Pengambilan data status kebugaran kardiorespiratori dilakukan dengan cara 20meter shuttle run dengan nada bleep test. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki 67,1%. Kecukupan asupan berdasarkan AKG yaitu asupan energi kurang 87,1%, karbohidrat kurang 89,4%, Protein kurang 69,4%, Lemak kurang 82,4%, Kalsium kurang 100%, Vitamin C kurang 100%, Zink kurang 100% dan Zat Besi kurang 100%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin (p=0,00) dan status gizi IMT/U (p=0,001) dengan status kebugaran kardiorespiratori (VO2max). dan tidak terdapat hubungan antaa asupan energi (p=0,613), karbohidrat (p=0,739), protein (p=0,249), lemak (p=0,226), vitamin c (p=0,308), zink (p=0,102), kalsium (p=0,130) dan zat besi (p=0,682) dengan status kebugaran kardiorespiratori (VO2Max).
Anemia Menjadi Salah Satu Masalah Serius Yang Ada Di Dunia. Di Indonesia, Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Dari Tahun 2007 Hingga Tahun 2013 Jumlah Penderita Anemia Mengalami Peningkatan Hingga 23,9%. Anemia Terjadi Karena Beberapa Penyebab, Namun Kekurangan Zat Besi Adalah Penyebab Yang Paling Umum Dari Anemia. Salah Satu Metode Kualitatif Untuk Menilai Kecukupan Zat Gizi Mikro Terutama Zat Besi Adalah Keragaman Pangan, Dilihat Dengan Skor Keragaman Pangan. Penelitian Dengan Desain Cross Sectional Ini Memiliki Sampel Remaja Putri Sebanyak 142 Orang. Sampel Dipilih Menggunakan Simple Random Sampling. Data Terkait Keragaman Pangan Diambil Dengan Metode Recall 1 X 24 Jam Dan Kadar Haemoglobin Dengan Melakukan Tes Darah Dengan Alat Hemocue. Hasil Menunjukkan Bahwa Prevalensi Anemia Pada Penelitian Ini Sebesar 50,7% Dengan Keragaman Pangan Yang Tidak Beragam Sebesar 60,6%. Hasil Dari Uji Correlation Spearmen Menunjukkan Adanya Korelasi Yang Signifikan Antara Skor Keragaman Pangan Dengan Kadar Haemoglobin Dengan P-Value Sebesar 0,000. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian Ini Bahwa Semakin Tinggi Skor Keragaman Pangan Maka Akan Semakin Tinggi Juga Kadar Hemoglobin Pada Seseorang.
Status gizi merupakan indikator yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan zat gizi yang terkandung didalamnya, faktor yang dapat memengaruhi status gizi remaja yaitu, faktor langsung berupa asupan makanan, dan faktor lain yang dapat memengaruhi status gizi pada remaja yakni body image, depresi dan aspek gender. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui body image, asupan energi, zat gizi makro dan tingkat stres dengan status gizi pada remaja di SMK Wisata Indonesia Pasar Minggu. Desain penelitian yang digunakan cross sectional dengan metode simple random sampling. Sampel penelitian yaitu 54 siswa, pengambilan data dengan observasi dan wawancara langsung. Teknik analisis menggunakan chi-square.Berdasarakan hasil penelitian menunjukan body image positif 66,7%, asupan energi cukup 48,1%, asupan protein cukup 51,9%, asupan lemak lebih 46,3%, asupan karbohidrat kurang 68,5%, tingkat stres sedang 37% dan status gizi normal 68,5%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara body image (p-value 0,01), asupan energi (p-value 0,05), asupan protein (p-value 0,04) dengan status gizi dan tingkat stres (p-value 0,05) dengan asupan lemak. Diperlukan dorongan motivasi kepada remaja untuk menjaga asupan makanannya serta lebih percaya diri terhadap bentuk tubuh agar membuat status gizi menjadi lebih baik.
Obesitas Merupakan Permasalahan Kesehatan Yang Cukup Besar Terjadi, Pada Anak. Menurut Data Prevalensi, Obesitas Pada Anak Usia 5-12 Tahun Mencapai 18,8% Dengan Presentase Obesitas 8,8% (Riskesdas, 2018). Penderita Obesitas Pada Anak Disarankan Untuk Meningkatkan Asupan Serat. Sumber Serat Pangan Yang Dapat Dimanfaatkan Dalam Produk Makanan Adalah Bekatul Dan Pisang Kepok. Kandungan Serat Dari Bekatul Sebesar 7,0-11,4%. Kandungan Serat Dari Pisang Kepok Sebesar 5,7 G/100 G. Penelitian Dilakukan Dengan Dua Tahap. Tahap Pertama Yaitu Pembuatan Tepung Pisang Kepok Dan Tahap Kedua Yaitu Formulasi Cookies Yang Dikompositkan Dengan Tepung Bekatul Dan Tepung Pisang Kepok. Analisis Yang Dilakukan Adalah Analisis Sensori Yang Meliputi Uji Hedonik Dan Uji Mutu Hedonik Dengan Hasil Skor Terhadap Kesukaan Rasa, Aroma, Dan Tekstur (2,83;2,86;3,13) Dan Terhadap Mutu Rasa, Aroma, Tekstur (2,96;2,50;2,50). Penelitian Ini Menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Komposit Tepung Bekatul Dan Pisang Kepok Terhadap Tepung Terigu Pada Pembuatan Cookies Tinggi Serat, Yaitu F0, (0%), F1 (30%), F2 (40%), F3 (50%) Dengan Perbandingan 1:1. Analisis Kimia Terhadap Cookies Meliputi Pengukuran Kadar Air, Kadar Abu, Karbohidrat, Protein, Lemak, Dan Serat. Analisis Data Menggunakan Uji ANOVA. Bila P Value < 0,05 Dilanjutkan Dengan Duncan’s. Formulasi Terbaik Atau Cookies Terpilih Dengan Nilai Tertinggi Terdapat Pada Formula 2 (40%) Dengan Skor 16,86. Setelah Dianalisis Proksimat, Cookies Tinggi Serat Mempunyai Kandungan Kalori Dan Gizi Dalam 100 Gram Yaitu 476,59 Kkal, Protein 7,47 Gram, Karbohidrat 59,35 Gram, Lemak 23,31 Gram, Dan Serat 7,47 Gram.
Thalasemia Merupakan Peyakit Genetik Yang Di Turunkan Dari Orang Tua Ke Anak Melalui DNA Yang Menyebabkan Sel Darah Kekurangan Rantai Globin. Pada Anak-Anak Penderita Thalasemia Mengalami Peningkatan Pengeluaran Energi, Mengalami Kekurangan Vitamin Dan Mineral. Hal Tersebut Yang Menyebabkan Pasien Thalasemia Memiliki Resiko Kekurangan Zat Gizi Makro Dan Zat Gizi Mikro Yang Dibutuhkan Oleh Tubuh, Sehingga Berdampak Pada Keadaan Malnutrisi Yang Akan Berakibat Langsung Pada Tumbuh Kembang Penderita Thalasemia. Tujuan Dari Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin C, Vitamin E, Dan Status Gizi Dengan Kadar Hemoglobin Pasien Thalasemia Di RSU Kabupaten Tangerang. Subjek Penelitian Ini Yaitu Pasien Thalasemia Yang Berjumlah 29 Orang. Metode Penelitian Yang Digunakan Adalah Cross Sectional. Pengambilan Sampel Ini Dengan Teknik Quota Sampling Dengan Uji Korelasi Pearson Moment Product. Data Asupan Protein Responden Rata-Rata 96%, Asupan Zat Besi Rata-Rata 72,5%, Asupan Vitamin C Rata-Rata 79,5%, Asupan Vitamin E 51,1%, Status Gizi Rata-Rata -1,59 SD, Dan Kadar Hemoglobin 8,1 G/Dl. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Asupan Protein Dan Asupan Vitamin E Berhubungan Dengan Kadar Hemoglobin (P<0,05). Sedangkan Asupan Zat Besi, Asupan Vitamin C, Dan Status Gizi Tidak Berhubungan Dengan Kadar Hemoglobin (P>0,05). Berdasarkan Penelitian Ini Maka Saran Yang Diberikan Yaitu Mengadakan Penyuluhan Non Farmakologis Mengenai Pola Makan Gizi Seimbang Yang Sesuai Dengan Anjuran Pedoman Pelayanan Tatalaksana Thalasemia Agar Asupan, Status Gizi Dan Kadar Hemoglobin Tetap Terkendali.
Masyarakat yang memiliki kesibukan yang tinggi, cenderung mementingkan kepraktisan dalam pemenuhan asupan makan. Konsumsi makanan selingan dengan kandungan gula yang tinggi dan serat yang rendah dapat menyebabkan penyakit degeneratif di usia muda. Modifikasi makanan selingan dalam bentuk snack bar menggunakan beras hitam yang merupakan pangan tinggi serat dan kacang merah yang merupakan pangan sumber serat dapat menghasilkan makanan selingan yang menarik dengan kandungan gizi yang lebih baik dan memiliki indeks glikemik yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah melakukan formulasi beras hitam dan kacang merah dalam bentuk snack bar yang memiliki indeks glikemik rendah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor perlakuan subsitusi kacang merah dengan taraf F0 (0%), F1 (10%), F2 (20%) dan F3(30%). Penentuan snack bar terbaik menggunakan uji organoleptik dengan panelis semi terlatih dan dilakukan penentuan uji indeks glikemik pangan. Untuk menentukan sifat fisik kimia pangan total gula pereduksi dalam produk menggunakan uji luff schoorl. Hasil penelitian menunjukkan bahawa dalam berat takaran saji snack bar 30 g terkandung energi sebesar 140 kkal, lemak 4 g, protein 2 g, karbohidrat 22 g, gula 3 g dan serat pangan 2 g. Selain itu snack bar beras hitam dan kacang merah memiliki indeks glikemik 35,91% dan beban glikemik 7,9 yang termasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan kurva respon glukosa darah menunjukkan bahwa snack bar beras hitam dan kacang merah membuat kadar glukosa cenderung stabil bahkan tidak menyebabkan hiperglikemia di awal dan hipoglikemia setelah 2 jam pengambilan sampel glukosa darah.
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Pasien kanker seringkali mengalami gangguan gizi akibat dari efek samping terapi. Pada 20%-40% dari seluruh pasien kanker, penyebab kematian adalah karena kelaparan. Dukungan gizi merupakan bagian dari terapi suportif pada kanker karena bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, dan kepatuhan merupakan perilaku seseorang dengan pemulihan kesehatan yaitu perilaku seseorang yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan misalnya mematuhi aturan diet, mematuhi anjuran dokter, dalam rangka pemulihan kesehatan. Metode penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Penentuan responden menggunakan consecutive sampling. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Data dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil analisis menggunakan chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (Pvalue 0,000) , tingkat pengetahuan (Pvalue 0,000), sikap (Pvalue 0,003) dan keikutsertaan penyuluhan dan gonseling gizi (Pvalue 0,017) dengan tingkat kepatuhan diet pasien kanker. Kesimpulan : terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan keikutsertaan penyuluhan gizi dengan tingkat kepatuhan diet pasien kanker.
Esport dapat diartikan sebagai olahraga elektronik dimana terdapat sesuatu kegiatan kompetisi video game yang teratur dan organisir, khususnya bagi para gamer profesional.seorang atlet memerlukan system pelatihan yang optimal. untuk itu, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang Determinan Faktor tingkat kebugaran atlet Esport . Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross-sectional Penentuan informan menggunakan teknik Total Sampling, pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, Bleep Testt, dan wawancara. Teknis analisis data antara status gizi, aktivitas fisik, kualitas tidur, asupan energi, dan zat gizi makro dengan tingkat kebugaran menggunakan correlation pearson sedangkan untuk kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran menggunakan Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa atlet ESPORT UNJ CLUB Rata – rata tingkat kebugaran responden diukur menggunakan Bleep Test adalah 27,5 ml/kg/menit, Rata-rata status gizi diukur menggunakan IMT adalah 22,05 kg/m2 Rata – rata Aktivitas fisik menggunakan Phisycal Activity Level adalah 1,53 Rata – rata kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index adalah 7.51, rata – rata memiliki Tingkat Stress yang diukur menggunakan Depression Anxietry Stress Scale 42 adalah 24,7. Sebagian besar memiliki kebiasaan merokok 54,3%, memiliki rata – rata tingkat asupan energi sebesar 65%, rata – rata tingkat asupan karbohidrat 50,6%, rata – rata tingkat asupan lemak 84,3%, dan rata – rata asupan protein 79,1%. hasil uji statistic menunjukan ada hubungan (p-value <0,05) antara Status Gizi, Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur, dan Asupan Energi dengan Tingkat Kebuaran. Dan tidak terdapat hubungan (p-value >0,05) antara tingkat stress, kebiasaan merokok, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan asupan protein. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara antara status gizi, aktivitas fisik, kualitas tidur dan asupan energi dengan tingkat kebugaran pada atlet Esport di ESPORT UNJ CLUB. Namun tidak terdapat hubungan antara tingkat stress, kebiasaan merokok, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan protein dengan tingkat kebugaran atlet Esport di ESPORT UNJ CLUB
Gizi Persiapan Kehamilan adalah hal yang perlu diperhatikan bagi calon pengantin agar terpenuhinya asupan zat gizi yang cukup, yang berguna untuk kematangan seksual. Masalah gizi yang tidak diperhatikan sebelum kehamilan akan berisiko mengalami Kekurangan Energi Kronis (Dewantari, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh edukasi terhadap pengetahuan calon pengantin tentang gizi persiapan kehamilan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experiment melalui Pretest dan Posttest dengan rancangan Non equivalent control group. Menggunakan Sampling Quota Sampel berjumlah 60 responden. Kelompok eksperimen 30 sampel dan kontrol 30 sampel. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik usia calon pengantin pada kelompok eksperimen dan kontrol sudah ≥16 tahun, pendidikan calon pengantin pada kelompok eksperimen sebagian besar berpendidikan menengah sebanyak 22 responden (73,3%) sedangkan kontrol sebagian besar pendidikan dasar sebanyak 22 responden (73,3%), dan jenis pekerjaan sebagian besar wirausaha/dagang pada kelompok eksperimen sebanyak (40,0%) sedangkan pada kontrol sebanyak (26,7%). Berdasarkan uji statistik, pada kelompok eksperimen menggunakan Uji Paired Sampels Test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor pengetahuan pretest dan posttest (p 0,000) dan kontrol menggunakan uji wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor pengetahuan pretest dan posttest (p 0,000). Selanjutnya, Ada perbedaan pengetahuan calon pengantin setelah diberikan intervensi pada kelompok eksperimen dan kontrol (p 0,020).
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan. Masalah kepatuhan merupakan kendala utama suplementasi besi harian, karena itu suplementasi mingguan sebagai alternatif untuk mengurangi masalah kepatuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah berdasarkan paparan informasi, pengetahuan, sikap dan sistem monitoring dan evaluasi pada remaja putri di wilayah Suku Dinas Jakarta Selatan. Desin studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dan teknik yang digunakan yaitu Multistage Sampling, sehingga responden dalam penelitian ini adalah 4 sekolah yang berada di 2 Kecamatan yang terdapat di Jakarta Selatan yang dipilih secara systematic random sampling. Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa sebanyak 75,9% remaja putri tidak patuh mengkonsumsi TTD, sedangkan uji hubungan antara paparan pengetahuan, pengetahuan, sikap, dan sistem monitoring evaluasi memiliki hasil yang signifikan dengan kepatuhan konsumsi TTD yaitu Paparan Informasi (p = 0,002). Pengetahuan Anemia dan TTD (p = 0,000), Sikap tentang Anemia dan TTD p = 0,000) dan Sistem Monitoring Evaluasi Program (p = 0,013).
Minat beli ulang dan kepuasan konsumen merupakan faktor penting bagi keuntungan suatu restoran. Minat beli ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang. Minat beli ulang konsumen dipengaruhi oleh kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan atas produk serta lokasi. Kepuasan konsumen di restoran dipengaruhi kualitas makanan dan kualitas pelayanan. Untuk itu, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah minat beli ulang, lokasi restoran dan kepuasan konsumen di Restoran Padang Kebayoran Baru. Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan angket untuk mengetahui kepuasan konsumen terkait kualitas makanan dan kualitas pelayanan, lokasi restoran dan minat beli ulang konsumen di Restoran Padang Kebayoran Baru, wawancara tidak terstruktur digunakan untuk mengetahui profil Restoran Padang Kebayoran Baru dan observasi digunakan untuk mengetahui sistem penyelenggaraan makanan di Restoran Padang Kebayoran Baru. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas makanan dan lokasi restoran dengan minat beli ulang (p<0,05) serta tidak ada hubungan yang bermakna antara kualitas pelayanan dengan minat beli ulang (p>0,05).
Kebugaran jasmani merupakan suatu kemampuan tubuh seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas yang dimiliki seseorang agar dapat terwujud derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang sesuai harapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Hidrasi dengan Kebugaran Kardiorespiratori (VO2max) pada Atlet Renang PRSI. Sampel penelitian ini yaitu Atlet Renang di Persatuan Renang Seluruh Indonesia sebanyak 47 atlet. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional dan teknik pengambilan sampling menggunakan Total Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, Status Hidrasi dengan BJU, VO2max dengan T1000, dan recall 3x24 jam dan 2x24 jam (weekend). Hasil Penelitian menggunakan Uji Correlation menunjukan adanya hubungan antara asupan energi, protein, karbohidrat, kalsium dan status hidrasi dengan kebugaran kardiorepiratori dengan p-value (p<0,005). Tidak terdapatt hubungan antara lemak, besi dan zink dengan kebugaran kardiorespiratori dengan p-value (p>0,005). Kesimpulan nya bahwa atlet renang dengan asupan energi, zat gizi makro dan mikro yang kurang memiliki rata-rata kebugaran kardiorespiratori yang kurang. Atlet renang dengan status hidrasi seriously dehydration rata-rata memiliki status kebugaran lebih rendah dibandingkan dengan status dehidrasi yang baik. Sehingga perlu ada nya pemantauan asupan makan para atlet dan pemantauan asupan cairan untuk para atlet.
Penelitian Pada Kelompok Remaja Yang Berprofesi Sebagai Penari Rentan Mengalami Gizi Kurang. Pada Penelitian Di Turki 72,2% Penari Remaja Memiliki IMT <18,5 Kg/M2. Selain Itu, Di Cina IMT Penari Ballet Sebesar 18,3 Kg/M2 Dengan Asupan Energi Harian Sebesar 1700 Kalori. Penari Cenderung Membatasi Asupan Makan Agar Dapat Mencapai Bentuk Tubuh Ideal. Sebuah Studi Yang Dilakukan Oleh Burckhardt, Ditemukan 70% Dari Penari Memiliki Rata-Rata Tingkat Asupan Zat Gizi Sehari-Hari Di Bawah 85% Angka Kecukupan Gizi, Penari Cenderung Memiliki Persepsi Bentuk Tubuh Yang Negatif Sehingga Beresiko Untuk Terkena Gangguan Makan Jika Tidak Memiliki Pengetahuan Gizi Yang Baik. Tujuan Dari Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui Hubungan Persepsi Bentuk Tubuh, Gangguan Makan, Pengetahuan Gizi, Dan Asupan Makanan Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Di Sanggar Ayodya Pala. Penelitian Ini Dilakukan Pada Bulan Juni 2019 Di Sanggar Ayodya Pala. Metode Penelitian Adalah Cross Sectional Study. Penelitian Ini Menggunakan Teknik Total Sampling Yang Berarti Seluruh Total Populasi Merupakan Subjek Penelitian. Penelitian Ini Menyimpulkan Bahwa Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Persepsi Bentuk Tubuh, Gangguan Makan, Pengetahuan Gizi Dan Asupan Makanan Dengan Status Gizi.
Picky Eating merupakan perilaku penolakan terhadap makanan pada anak baik yang sudah dikenalnya maupun makanan yang baru ingin dicoba karena faktor tertentu. Picky Eating bisa terjadi pada anak usia pra sekolah yaitu anak usia 3-6 tahun atau mereka yang duduk di sekolah PAUD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan picky eating pada anak-anak di PAUD Tunas Harapan Batu Ampar Jakarta Timur. Subjek penelitian ini adalah ibu atau pengasuh dari anak-anak di PAUD Tunas Harapan Batu Ampar Jakarta Timur yang berjumlah 88 orang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penentuan atau cara pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling, sementara pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner serta analisis data menggunakan aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit infeksi dengan picky eating (p<0,05). Sedangkan riwayat ASI eksklusif, kelainan gigi, pola asuh makan, pekerjaan, pendidikan, dan pengetahuan ibu tidak terdapat hubungan dengan picky eating (p>0,05). Berdasarkan penelitian ini, supaya anak tidak terkena penyakit infeksi disarankan kepada ibu atau pengasuh untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar, kebersihan diri anak dengan menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun sehabis bermain dari luar rumah serta berikan makanan yang bergizi untuk anak-anak.
Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri Usia 10-18 Tahun Sebesar 57,1%. Jika Dibandingkan Dengan Public Health Indicator Maka Termasuk Dalam Kategori Masalah Kesehatan Tingkat Berat (Severe). Faktor Langsung Yang Berhubungan Dengan Anemia Adalah Asupan Zat Besi (Fe), Asupan Vitamin B9 Dan Vitamin B12. Tujuan Penelitian Ini Untuk Mengetahui Hubungan Antara Asupan Protein, Zat Besi (Fe), Vitamin B9, Vitamin B12, Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri. Subjek Dalam Penelitian Ini Adalah Siswi SMP Dan SMA Yang Berusia 13-18 Tahun Jakarta Selatan. Jenis Penelitian Ini Adalah Kuantitatif Dengan Desain Cross-Sectional Dan Teknik Pengambilan Sampel Menggunakan Systematic Random Sampling. Teknik Analisa Data Menggunakan Correlation Pearson Antara Asupan Protein, Vitamin B12, Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin, Sedangkan Untuk Asupan Zat Besi (Fe) Dan Vitamin B9 Dengan Kadar Hemoglobin Menggunakan Spearman’s Rho. Hasil Penelitian Menunjukkan Sebagian Besar Remaja Putri Berusia 14 Tahun. Rerata Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Sebesar 12,22 G/Dl. Rerata Asupan Protein Sebesar 96,82%, Zat Besi (Fe) Sebesar 67,97%, Vitamin B9 Sebesar 35,11%, Vitamin B12 Sebesar 84,79% Dan Vitamin C Sebesar 87,80% AKG. Hasil Uji Statistik Menunjukkan Bahwa Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Asupan Protein (P- Value = 0,00), Zat Besi (Fe) (P- Value = 0,00), Vitamin B9 (P- Value = 0,00), Dan Vitamin B12 (P- Value = 0,00) Dengan Kadar Hemoglobin Dan Tidak Terdapat Hubungan Antara Asupan Vitamin C (P- Value = 0,054) Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri.
Gangguan siklus menstruasi di Indonesia sebesar 13,7% yang dipengaruhi berbagai factor seperti asupan zat gizi makro dan mikro, usia menarche, aktivitas fisik berat, vegetarian, stress dan status gizi rendah. Gangguan siklus menstruasi berdampak pada penurunan kesuburan, keguguran, bahkan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, asupan zat gizi mikro dan stress dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi gizi UHAMKA. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang akan dilakukan pada bulan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan 126 sampel yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling (SRS). Data terkait status gizi diambil dengan pengukuran antropometri, data asupan zat gizi mikro diambil dengan SQ-FFQ, tingkat stress diambil dengan kuesioner Preceieved Stress Scale (PSS) serta data terkait siklus menstruasi diambil dengan kuesioner yang sudah tervalidasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi-Square. Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar Mahasiswa Gizi UHAMKA memiliki siklus menstruasi yang normal, status gizi tidak beresiko, tingkat stress yang sedang, asupan magnesium dan kalsium yang cukup serta asupan zat besi yang kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan (p<0,05) antara Indeks Masa Tubuh, persen lemak tubuh, tingkat stress, asupan kalsium dan zat besi dengan siklus menstruasi, sedangkan asupan magnesium menunjukkan tidak ada hubungan (p>0,05).
Hipertensi Adalah Keadaan Ketika Seseorang Mengalami Peningkatan Tekanan Darah Diatas Normal. Hipertensi Merupakan Penyebab Kematian Nomor 3 Setelah Stroke (15,4%) Dan Tuberculosis (7,5%), Yakni Mencapai 6,8% Dari Populasi Kematian Pada Semua Umur. Berdasarkan Hasil Riskesdas 2018 Menunjukan Bahwa Prevalensi Hipertensi Mencapai 34,1% Dari Penduduk Indonesia. Sedangkan Prevalensi Di Jakarta Selatan Pada Tahun 2017 Yaitu 22,9%. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Menganalisa Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Determinan Lainnya Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Di Puskesmas Kebayoran Baru Jakarta. Penelitian Ini Menggunakan Metode Penelitian Survey Analitik Dengan Desain Case Control, Dengan Sampel Penelitian Berjumlah 160 Responden 80 Kasus Yaitu Pasien Puskemas Kebayoran Baru Dan 80 Kontrol Yaitu Kelurga Pasien Yang Didapat Dengan Teknik Purposive Sampling. Analisis Menggunakan Uji Chi Square. Hasil Menunujukan Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Asupan Natrium (P-Value = 0,00),Status Gizi (P-Value = 0,008) Dan Tidak Ada Hubungan Signifikan Dengan Aktivitas Fisik (P-Value=0,225). Kesimpulan Yaitu Terdapat Hubungan Antara Asupan Natrium Dan Status Gizi Dengan Kejaidan Hipertensi Dan Tidak Terdapat Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi. Disarankan Agar Tenaga Kerja Kesehatan Meningkatkan Program Promosi Kesehatan Tentang Pola Hidup Sehat Dan Perlunya Pojok Gizi Dalam Memberikan Konseling.
Obesitas merupakan salah satu masalah gizi pada remaja saat ini. Akibat dari obesitas adalah meningkatnya resiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis dan lain-lain yang berimplikasi pada penurunan produktivitas dan usia harapan hidup. Salah satu faktor terjadinya obesitas adalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan remaja tentang obesitas. Oleh karena itu, edukasi gizi menggunakan media yang selama ini dekat dengan remaja harus dimanfaatkan dalam rangka pencegahan obesitas pada remaja.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasy experimental menggunakan desain penelitian non-equivalent control group design pada remaja SMA Labschool Kebayoran kelas X sebanyak 68 remaja. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 34 responden menjadi kelompok eksperimen dan 34 responden menjadi kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan podcast dan booklet yang diberikan pendampingan selama 1 minggu. Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan booklet tanpa podcast. Data pengetahuan dan sikap terkait pesan gizi seimbang mengenai obesitas pada remaja diperoleh dari data primer berupa kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh peningkatan pengetahuan pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol (p=0,000; p<0,05). Terdapat pengaruh peningkatan sikap pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p=0,000; p<0,05). Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh pada kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol terhadap pengetahuan (p=0,000; p<0,05) namun tidak terdapat perbedaan pengaruh pada kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol terhadap sikap (p=0,143; p>0,05).
Dapat disimpulkan bahwa baik media podcast dan booklet maupun media booklet tanpa podcast terkait pesan gizi seimbang mengenai obesitas pada remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap. Maka dari itu, podcast dan booklet dianggap sebagai media yang efektif digunakan dalam memberikan edukasi gizi pesan gizi seimbang mengenai obesitas pada remaja.
Konsumsi makanan kemasan semakin diminati masyarakat karena praktis untuk dikonsumsi tetapi tidak diikuti dengan kebiasaan membaca label pangan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan antara pengetahuan label pangan, uang saku, dan keterpaparan informasi dengan kebiasaan membaca label pangan produk kemasan pada mahasiswa FIKES UHAMKA. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2019 dengan 239 orang responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 52,7% responden selalu membaca label pangan. Pengetahuan label pangan tidak berhubungan dengan kebiasaan membaca label pangan (P-value = 0,804). Variabel uang saku juga tidak memiliki hubungan dengan kebiasaan membaca label pangan (P-value = 0,987). Berbeda dengan hasil analisis pada variabel keterpaparan informasi yang memiliki hubungan dengan kebiasaan membaca label pangan (P-value = 0,047). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan membaca label pangan adalah dengan mencari informasi yang berkaitan dengan label pangan dari berbagai media informasi. Hal ini dapat menambah pengetahuan serta merubah perilaku mahasiswa dalam membaca label pangan.
Kekurangan Cairan Tubuh Dapat Menimbulkan Kondisi Dehidrasi Sehingga Menyebabkan Penurunan Performa Fisik, Kognitif Dan Kelelahan Berlebih. Kondisi Dehidrasi Tidak Hanya Terjadi Pada Anak-Anak, Remaja Dan Atlet, Tetapi Juga Pada Pekerja Yang Memiliki Lingkungan Pekerjaan Yang Berada Di Luar Ruangan Dan Dengan Tuntutan Pekerjaan Yang Berat. Penelitian Ini Merupakan Penelitian Cross Sectional Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Hidrasi, Asupan Cairan, Dan Status Gizi Dengan Status Hidrasi Pada Petugas Pelaksana Sarana Dan Prasarana Umum (PPSU) Di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. Data Yang DikumpulkanMeliputi Status Hidrasi, Status Gizi, Pengetahuan Hidrasi Dan Asupan Cairan Dengan Food Recall 2X24 Jam. Hasil Penelitian Menunjukkan Dari 37 Total Responden Terdapat 75,7% Responden Yang Mengalami Dehidrasi Dan 24,3% Responden Tidak Mengalami Dehidrasi. 8,1% Responden Dengan Status Gizi Kurang, 27% Responden Dengan Status Gizi Normal, Dan 64,9% Responden Dengan Status Gizi Lebih. 86,5% Responden Memiliki Pengetahuan Hidrasi Yang Kurang Dan 13,5% Responden Yang Memiliki Pengetahuan Hidrasi Yang Cukup. 78,4% Responden Dengan Asupan Cairan Yang Kurang Dan 21,6% Dengan Asupan Cairan Yang Cukup. Dalam Penelitian Ini Diketahui Bahwa Ada Hubungan Antara Asupan Cairan Dengan Status Hidrasi, Ada Hubungan Antara Status Gizi Dengan Status Hidrasi Dan Tidak Ada Hubungn Antara Pengetahuan Hidrasi Dengan Status Hidrasi.
Prestasi seorang atlet terutama atlet silat pada dasarnya ditentukan oleh kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Dalam hal ini kondisi fisik berpengaruh besar pada prestasi atlet. Untuk meningkatkan kondisi fisik atlet perlu diperhatikannya kebutuhan gizi atlet. Atlet membutuhkan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan individu. Selain itu atlet membutuhkan asupan cairan yang cukup agar tidak timbul keluhan yang tidak diinginkan terutama dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kognitif dan fisik pada atlet yang dapat menyebabkan penurunan performa baik saat pertandingan maupun saat latihan. Untuk mengetahui atlet dehidrasi atau tidaknya dapat dilakukan pengecekan status hidrasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Hidrasi pada Atlet Silat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UHAMKA dan UMJ di DKI Jakarta . Sampel Penelitian ini yaitu sebanyak 52 atlet. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional dan teknik pengambilan sampel menggukanan total sampling. Teknik analisis data antara Jenis Kelamin dengan Status Hidrasi menggunakan independent t test sedangkan antara Asupan cairan harian, Asupan Cairan Selama Latihan, Pengetahuan tentang Hidrasi, Sikap terhadap Kebiasaan Minum, Laju keringat dengan Status Hidrasi menggunakan correlation pearson serta antara Laju Keringat dengan Status Hidrasi menggunakan correlation spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atlet silat UKM Tapak Suci UHAMKA dan UMJ sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu (53.8%). Sebagian besar kategori pertandingan berada pada kategori tanding (69.2%). Sebagian besar mengalami dehidrasi berdasarkan pemeriksaan urin (65.4%) dan berdasarkan pesentase perubahan berat badan (59.6%). Sebagian besar asupan cairan selama latihan berada pada kategori baik (73.1%). Sebagian besar asupan cairan harian berada pada kategori rendah (78.8%). Sebagian besar pengetahuan tentang hidrasi berada pada kategori kurang (53.8%). Sebagian besar sikap terhadap kebiasaan minum berada pada kategori baik (84.6%). Sebagian besar laju keringat berada pada kategori kurang baik. (51.9%). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara asupan cairan selama latihan (p-value 0.001), asupan cairan harian (p-value 0.000), pengetahuan tentang hidrasi (p-value 0.006), dan laju keringat (p-value 0.047) dengan status hidrasi berdasarkan pemeriksaan warna urin. Terdapat hubungan antara asupan cairan selama latihan (p-value 0.013), asupan cairan harian (p-value 0.017), pengetahuan tentang hidrasi (p-value 0.034) dan laju keringat (p-value 0.000) dengan status hidrasi berdasarkan persentase perubahan berat badan.. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p-value 0.556) dan sikap terhadap kebiasaan minum (p-value 0.289) dengan status hidrasi berdasarkan pemeriksaan warna urin. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p-value 0.297) dan sikap terhadap kebiasaan minum (p-value 0.280) dengan status hidrasi berdasarkan persentase perubahan berat badan.
Perilaku Merokok Pada Remaja Semakin Meningkat Setiap Tahunnya, Khususnya Pada Laki-Laki. Jumlah Perokok Remaja Laki-Laki Paling Banyak Terdapat Pada Usia 15-19 Tahun. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMAN 2 Tambun Utara Bekasi Tahun 2019.
Penelitian Ini Merupakan Penelitian Kuantitatif Menggunakan Desain Cross Sectional. Populasi Pada Penelitian Ini Berjumlah 220 Siswa Dan Dan Jumlah Sampel Yang Digunakan Adalah 92 Siswa. Penelitian Ini Dilakukan Pada Oktober 2018-Juli 2019. Teknik Pengambilan Sampel Yang Digunakan Adalah Proportional Stratified Random Sampling. Penelitian Ini Menggunakan Data Primer Yang Diambil Dengan Pengisian Angket Oleh Responden Menggunakan Kuesioner. Analisis Data Yang Digunakan Adalah Analisis Univariat, Bivariat Dengan Menggunakan Uji Chi Square, Dan Multivariat Menggunakan Uji Regresi Logistik Dengan Model Determinan.
Hasil Univariat Nenunjukkan Siswa Terbanyak Tidak Merokok (57,6%), Remaja Madya (79,3%), Memiliki Pengetahuan Rendah (73,9%), Sikap Negatif (51,1%), Akses Terhadap Rokok Mudah (58,7%), Uang Saku Besar (50%), Memiliki Ayah Yang Perokok (64,1%), Peran Keluarga Negatif (51,1%), Teman Perokok Banyak (53,3%) Dan Pengaruh Teman Sebaya Negatif (8,9%). Hasil Bivariat Nenuntukkan Ada Hubungan Antara Perilaku Merokok Siswa Dengan Sikap (Pvalue 0,006), Akses Terhadap Rokok (Pvalue 0,000), Uang Saku (Pvalue 0,000), Perilaku Merokok Ayah (Pvalue 0,000), Peran Keluarga (Pvalue 0,006), Perilaku Merokok Teman Sebaya (Pvalue 0,000), Dan Pengaruh Teman Sebaya (Pvalue 0,002). Hasil Multivariat Menunjukkan Bahwa Variabel Paling Dominan Adalah Akses Terhadap Rokok (OR 877,081).
Prevalensi masalah gizi pada anak balita di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebabnya adalah pola makan yang kurang baik. Suku Semende di Muara Sahung merupakan kelompok Semende yang melakukan migran ke wiilayah Bengkulu. Di Suku Semende masih ada pantangan pemberian makanan tertentu pada bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pola pemberian makan bayi dan anak (PMBA) usia 6-24 bulan di Suku Semende Kecamatan Muara Sahung, Kaur, Bengkulu. Metode penelitian bersifat descriptive observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 6-24 bulan di Suku Semende yang diambil secara Accidental Sampling. Data hasil wawancara pendidikan ibu, kuesioner pengetahuan ibu, dan kuesioner pola PMBA dianalisis dengnan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Proporsi pola PMBA yang tidak tepat adalah 60,0%. Sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah dan memiliki pengetahuan yang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pola PMBA nilai p-value = (0.000) < (0.05), terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pola PMBA nilai pvalue = (0.002) < (0.05).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Penyebab langsung kematian ibu salah satunya yaitu hipertensi sebesar 27,1%, dengan faktor risiko diantaranya karena ketidakseimbangan kalsium dalam tubuh. Kalsium dan fosfor memiliki hubungan yang sinergis. Salah satu bahan makanan yang mengandung kalsium dan fosfor adalah biji wijen, serta produk yang akan dibuat yaitu pie susu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan biji wijen dan tepung biji wijen dalam menghasilkan pie susu sumber kalsium dan tinggi fosfor yang disukai oleh panelis. Pie susu dapat dikatakan sumber kalsium dan tinggi fosfor apabila mencapai ALG sebesar 195 mg kalsium dan 210 mg fosfor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun perlakuan pada penelitian ini berupa substitusi tepung terigu dengan penambahan tepung biji wijen sebanyak 3 taraf (10%, 15%, dan 20%), dan substitusi tepung terigu dengan penambahan biji wijen sebanyak 1 taraf (20%). Data yang diperoleh dari uji organoleptik akan dianalisis secara statistik dengan ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Test dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan biji wijen dan tepung biji wijen mempengaruhi mutu dan tingkat kesukaan panelis secara keseluruhan, namun tidak pada tingkat kesukaan rasa pie susu. Produk terpilih yaitu pada formula 3 dengan subsitusi tepung terigu : tepung biji wijen : biji wijen yaitu sebesar 60%:20%:20%. Sajian pie susu sumber kalsium tinggi fosfor sebanyak 40 g memiliki kandungan energi 170 kkal, kalsium sebesar 99 mg, dan fosfor 90 mg.
Kelompok yang rentan mengalami masalah gizi, terutama kekurangan energi dan protein adalah anak usia sekolah (6-12 tahun), kemudian obesitas, gagal tumbuh, anemia gizi besi, karies gigi serta infeksi cacing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi zat gizi makro, frekuensi jajan dan pengetahuan ibu dengan status gizi indeks IMT/U anak sekolah dasar di Sekolah Citra Alam yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September tahun 2019. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 67 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling. Pengambilan data dengan observasi, wawancara langsung recall 2 x 24 jam, FFQ, dan Self Questionnaire pengetahuan ibu tentang gizi anak sekolah. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi (p<0,05), tingkat konsumsi lemak (p<0,05), dengan status gizi. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p>0,05), tingkat konsumsi protein (p>0,05), tingkat konsumsi karbohirat (p>0,05), frekuensi jajan (p>0,05), pengetahuan ibu (p>0,05) dengan status gizi.
Jelly drink adalah suatu produk minuman yang mudah dikonsumsi dan memiliki kriteria saat dikonsumsi menggunakan sedotan teksturnya mudah hancur tetapi bentuk gelnya masih terasa. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penambahan konsentrasi karagenan dan jelly powder yang tepat secara organoleptik dan mengetahui kandungan gizi pada jelly drink buah bit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam formula dan uji organoleptik dilakukan dengan panelis semi-terlatih. Hasil uji organoleptik dianalisis dengan uji Anova kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada ∝ = 5%. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap atribut rasa dan aroma pada uji hedonik dan mutu hedonik, namun pada atribut tekstur dapat memberikan pengaruh nyata pada uji hedonik dan mutu hedonik. Hasil penelitian menunjukkan formula A3B1 merupakan formula terpilih yaitu dengan penambahan karagenan 0,2% dan jelly powder 0,2%. Jelly drink buah bit memiliki kandungan energi total sebesar 23,80 kkal, energi dari lemak 0 kkal, protein 0,90 g, karbohidrat 5,05 g, lemak total 0 g, kadar air 93,52 g, kadar abu 0,54 g, asam folat 131,12 mcg, dan serat pangan 10,38 g per 100 kkal. Formula A3B1 dapat dijadikan sebagai minuman fungsional yang tinggi asam folat dan serat pangan.
Indonesia tengah mengalami perubahan pola penyakit yang sering disebut transisi epidemiologi, dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya pergeseran penderita tidak hanya menyerang lansia, tetapi juga usia produktif khususnya remaja. Terjadinya pola perubahan penyakit sangat berkaitan dengan perilaku dikarenakan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung tidak aktif atau aktivitas fisik yang rendah, konsumsi buah dan
sayur yang juga rendah dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sehingga terbentuknya program yang berkaitan untuk memperbaiki perilaku masyarakat yaitu GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Paparan Iklan Dengan Perilaku GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Pada Mahasiswa Gizi UHAMKA Angkatan 2016 Tahun 2019”. Penelitian dengan desain Cross Sectional ini dilakukan pada bulan Agustus 2019. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 88 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur tentang pengetahuan, sikap, paparan iklan, aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur dan cek kesehatan secara rutin. Data konsumsi buah dan sayur didapatkan dengan metode SQ-FFQ. Teknik analisis data dengan Chi-square. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 79,5% responden belum mencapai konsumsi buah dan sayur sesuai rekomendasi yaitu ≥400 gram/hari. Sebanyak 81,8% responden tidak berperilaku GERMAS. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku GERMAS. Tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dan paparan iklan dengan perilaku GERMAS.
Penyakit menular masih menjadi perhatian dunia, salah satunya Tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian jus putih telur terhadap kadar albumin pasien tuberculosis dengan hipoalbuminemia, tempat dan waktu penelitian dilakukan di puskesmas bambu apus pamulang pada bulan Agustus-September 2019. Metode penelitian ini menggunakan one group pre-test post-test membandingkan hasil data responden sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji pired t-test. Populasi dan sampel menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 34 resonden. Responden diberikan jus putih telur sebanyak 3 kali dalam sehari @250ml di waktu pagi, siang dan sore selama 7 hari berturut-turut dengan 6.3g protein pada telur, 7.3g protein pada kedelai dan 24g pada buah per sajian. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan jus putih telur (<0,1). Pemberian jus putih telur secara signifikan dapat meningkatkan kadar albumin pada pasien tuberculosis di Puskesmas Bambu Apus Pamulang.
Pada kejadian kanker, banyak ditemukan pasien yang mengalami penurunan asupan zat gizi yang disebabkan dari berbagai faktor, salah satunya adalah dari pengobatan yang dilakukan. Adanya penurunan asupan zat gizi tersebut, secara tidak lansung menunjukkan terjadinya asupan makan yang rendah, sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan pasien kanker dan berujung pada kejadian kaheksia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari tingkat pengetahuan gizi, tingkat kecemasan, dukungan keluarga dan asupan suplementasi dengan asupan zat gizi pasien kanker pasca kemoterapi di rumah sakit kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan design studi cross sectional dengan concequtive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 74 responden rawat jalan penderita kanker post kemoterapi yang sudah memenuh syarat Inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan food recall 2x24 jam. Analisis data dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi (p= 0,026), protein (p=0,024) dan karbohidrat (p=0,012). Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan asupan protein (p= 0,036). Ada hubungan antara suplementasi dengan asupan energi (p= 0,004), protein (p=0,000) dan karbohidrat (0,014).
Remaja merupakan kelompok usia yang paling banyak melewatkan sarapan. Asupan energi sarapan pada remaja rata-rata masih belum mecukupi Angka Kecukupan Gizi untuk sarapan. Melewatkan sarapan dapat menyebabkan beberapa masalah gizi, diantaranya kekurangan energi kronik (KEK), anemia, kegemukan hingga obesitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan antara lain pengetahuan gizi, ketersediaan sarapan dan citra tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, ketersediaan sarapan dan citra tubuh dengan kebiasaan sarapan pada remaja. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 74 Jakarta pada bulan Juli 2019. Responden merupakan siswa-siswa angkatan 2017 dan 2018 yang berjumlah 86 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional serta dilakukan analisis data dengan uji Chi Square. Pengambilan data pengetahuan gizi, ketersediaan sarapan, citra tubuh dan kebiasaan sarapan menggunakan instrumen berupa kuesioner dan formulir recall 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76,7% remaja memiliki kebiasaan sarapan yang kurang baik, 64,0% remaja memiliki pengetahuan gizi yang baik, sebanyak 94,2% telah tersedia sarapan dan sebanyak 51,2% remaja memiliki citra tubuh yang negatif. Berdasarkan analisis data menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi, ketersediaan sarapan dan citra tubuh dengan kebiasaan sarapan (p=> 0,050). Saran peneliti kepada remaja agar membiasakan sarapan sebelum pergi ke sekolah dan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang sebagai menu sarapan.
Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis mengakibatkan kegagalan pertumbuhan Pemenuhan zat gizi yang optimal, baik gizi makro maupun gizi mikro sangat dibutuhkan untuk menghindari atau memperkecil risiko stunting. Pemberian makanan yang tinggi protein, kalsium, vitamin A, dan zinc dapat memacu tinggi anak. Pemanfaatan tepung kacang tunggak/tolo, dan ikan teri kering tawar menjadi Cookies Sagu Katori (Kacang Tolo Teri) merupakan alternatif makanan sumber protein dan tinggi kalsium untuk anak usia ≤5 tahun untuk memperbaiki gizi anak-anak yang sudah stunting dengan pemberian asupan yang bergizi. Terdapat 3 perlakuan penambahan tepung kacang tunggak/tolo dan tepung ikan teri kering tawar pada pembuatan menjadi Cookies Sagu Katori (Kacang Tolo Teri) yaitu (80%,10%,10%), (75%,15%,10%) dan (70%,20%,10%). Uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Ilmu Gizi UHAMKA oleh 30 panelis semi terlatih. Analisis data menggunakan uji Anova, bila p-value <0,05 dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung kacang tolo dan tepung teri kering tawar pada pembuatan cookies sagu katori di dapatkan formulasi terbaik pada F1 (80%,10%,10%). Cookies sagu katori terpilih dengan takaran saji 30 gram. Cookies sagu katori memiliki kandungan energi 136 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gram, karbohidrat 17 gram, dan kalsium 125 mg.
Obesitas Disebabkan Beberapa Faktor Yaitu Mengonsumsi Makanan Cepat Saji, Kurangnya Aktifitas Fisik Dan Rendahnya Asupan Serat. Daun Kelor Dan Ampas Kelapa Memiliki Kandungan Serat Cukup Tinggi Yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Makanan Selingan Sumber Serat. Tujuan Penelitian Ini Adalah Menghasilkan Produk Puding Coklat Sumber Serat Dengan Adanya Penambahan Tepung Daun Kelor Dan Tepung Ampas Kelapa. Penelitian Dilakukan Dengan Dua Tahap. Tahap Pendahuluan Berupa Pembuatan Tepung Daun Kelor, Tepung Ampas Kelapa Dan Analisis Zat Gizinya. Tahap Utama Berupa Penentuan Formulasi, Pembuatan Puding Coklat, Uji Organoleptik Dengan Panelis Semi Terlatih Dan Analisis Zat Gizi Pada Puding Coklat Terpilih. Penelitian Ini Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Dua Faktorial Dengan Dua Kali Ulangan Pada Taraf F0 0%, F1 28%, F2 36% Dan F3 43%. Hasil Data Yang Diperoleh, Dianalisis Menggunakan Uji Kruskal Wallis Bila P-Value <0,05 Dilanjutkan Uji Mann Whitney. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Terbaik Adalah F1 28% (14% Tepung Daun Kelor Dan 14% Tepung Ampas Kelapa). Hasil Uji Mann Whitney Menunjukkan Bahwa Penambahan Tepung Daun Kelor Dan Tepung Ampas Kelapa Memberikan Berpengaruh Nyata Terhadap Hedonik Dan Mutu Hedonik. Puding Coklat Terbaik Memiliki Kandungan 1 Gram Protein, 1 Gram Lemak, 12 Gram Karbohidrat, 60 Kkal/100 Gram Energi Dan 5 Gram Serat Per Takaran Saji (70 Gram/Cup).
Masalah status gizi yang terjadi pada remaja dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah baru yang berkaitan dengan kesehatan. Status gizi remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor (multifaktorial) meliputi perilaku diet penurunan berat badan, tingkat stres dan citra tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku diet penurunan berat badan, tingkat stres dan citra tubuh dengan status gizi pada siswi SMA PGRI 3 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Subjek penelitian ini adalah siswi SMA PGRI 3 Jakarta yang melakukan diet penurunan berat badan dengan jumlah sampel 53 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner meliputi kuesioner karakteristik responden, perilaku diet penurunan berat badan, Perceived Stress Scale (PSS-10), Body Shape Questionnaire (BSQ) serta pemeriksaan fisik meliputi penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan perilaku diet penurunan berat badan (p-value=0,046) dan citra tubuh (p-value=0,001) dengan status gizi pada siswi SMA PGRI 3 Jakarta. Tidak ada hubungan tingkat stres (p-value=0,568) dengan status gizi pada siswi SMA PGRI 3 Jakarta.
Seiring Dengan Meningkatnya Prevalensi Diabetes Melitus, Angka Kematian Diabetes Melitus Juga Ikut Meningkat. Masalah Gizi Yang Sering Diderita Di Usia Lanjut Adalah Kurang Gizi, Kondisi Kurang Gizi Tanpa Disadari Karena Gejala Yang Muncul Hampir Tak Terlihat Sampai Usia Lanjut Tersebut Telah Jatuh Dalam Kondisi Gizi Buruk. Asupan Diet Penderita Diabetes Melitus Faktor Yang Mempengaruhi Adalah Pengetahuan Gizi, Motivasi Diri Dan Dukungan Keluarga. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Motivasi Diri Dan Dukugan Keluarga Di Puskesmas Kecamatan Matraman. Penelitian Ini Merupakan Penelitian Kuantitatif Dengan Desain Penelitian Cross Sectional. Subjek Penelitian Ini Adalah Penderita Diabetes Yang Ada Di Puskesmas Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur. Populasi Dalam Penelitian Ini Berjumlah 164 Orang, Dengan Sampel Berjumlah 67 Orang Dengan Teknik Pengambilan Sampel Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Accidental Sampling. Pengumpulan Data Diperoleh Melalui Kuesioner Dan Wawancara Langsung Meliputi Kuesioner Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Gizi, Motivasi Diri, Dan Dukungan Keluarga, Recall 2 X 24 Jam Serta Pemeriksaan Fisik Meliputi Pengukuran Berat Badan, Pengukuran Tinggi Badan. Analisis Data Meliputi Analisis Univariat, Analisis Bivariat Dengan Menggunakan Chi-Square.Hasil Penelitian Menunjukkan Ada Hubungan Tingkat Pendidikan (P-Value=0.000) Pengetahuan Gizi (P-Value=0.000), Motivasi Diri (P-Value=0.025), Dan Dukungan Keluarga (P-Value=0.016), Dengan Asupan Diet Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Matraman
Pada Kelompok Umur ≥10 Tahun Terdapat 93,5% Dengan Kategori Kurang Mengonsumsi Sayur Dan Buah. Kurang Adanya Media Edukasi Gizi Untuk Menyebarluaskan Informasi Mengenai Sayur Dan Buah Menjadi Faktor Penyebabnya. Video Dan Food Model Merupakan Satu Diantara Media Edukasi Lainnya Yang Menggunakan Dua Indera Sekaligus, Indera Penglihatan Dan Indera Pendengaran. Tujuan Penelitian Ini Adalah Mengetahui Pengaruh Media (Video Dan Food Model) Terhadap Pengetahuan Gizi, Sikap, Dan Konsumsi Sayur Dan Buah. Penelitian Ini Dilaksanakan Pada Bulan Agustus Sampai Dengan September 2018 Dengan Sasaran Responden 70 Siswa Kelas IX Di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Tajur Halang, Bogor. Penelitian Ini Menggunakan Metode Penelitian Quasi Experiment Dengan Nonequivalent Control Group Design. Sedangkan Pembuatan Video Berdurasi ± 8 Menit Menggunakan Tahapan Pra-Produksi, Produksi Dan Pasca Produksi, Dengan Rancangan Video Versi IT. Analisis Data Yang Digunakan Adalah Uji Wilcoxon Dan Uji Paired Sample T-Test Untuk Melihat Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Intervensi Antara Variabel Pengetahuan Gizi Dan Konsumsi Sayur Dan Buah. Hasil Penelitian Ini Menunjukkan Bahwa Tidak Ada Perbedaan Rata-Rata Porsi Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan (P Value>0,05). Namun, Pada Kelompok Intervensi Terdapat Perbedaan Rata-Rata Pengetahuan Gizi Pretest Dan Posttest (P=0,000), Dan Perbedaan Rata-Rata Sikap Pretest Dan Posttest Pada Dengan (P=0,000). Sedangkan Pada Kelompok Kontrol Tidak Terdapat Perbedaan Rata-Rata Pengetahuan Gizi Pretest Dan Posttest (P=0,888), Dan Perbedaan Rata-Rata Sikap Pretest Dan Posttest (P=0,686). Berdasarkan Hal Tersebut Disimpulkan Bahwa Ada Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Video Dan Food Model Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Pada Kelompok Intervensi.
Masalah Gizi Yang Paling Sering Terjadi Pada Remaja Adalah Malnutrisi, Baik Gizi Kurang Dan Perawakan Pendek Maupun Gizi Lebih Hingga Obesitas. Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 Diperoleh Angka Prevalensi Kurus Pada Remaja Umur 13 – 15 Tahun Secara Nasional Sebesar 11,1 Persen. Prevalensi Gemuk Pada Remaja Umur 13 - 15 Tahun Sebanyak 10.8 Persen. Di Mts Nahjul Huda Hasil Observasi Awal Banyak Siswa/I Yang Kelebihan Berat Badan Dan Selama Ini Belum Pernah Diadakan Pengukuran Asupan Gizi, Aktivitas Fisik Serta Status Gizi. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Menganalisis Hubungan Antara Asupan Energi Dan Zat Gizi Makro Serta Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja Berusia 13 – 15 Tahun Di Mts Nahjul Huda Jakarta Barat, Pada Bulan Maret 2019. Penelitian Ini Menggunakan Pendekatan Cross – Sectional. Sampel Yang Diambil Berjumlah 51 Siswa/I Dengan Menggunakan Teknik Sampel Purposive Sampling. Analisis Data Terdiri Dari Analisis Univariat Dan Bivariat Dengan Menggunakan Uji Chi Square. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Sebanyak 35,3% Siswa Yang Berstatus Gizi Normal Dan 64,7%, Siswa Mengalami Gizi Lebih. Hasil Uji Statistik Menunjukkan Ada Hubungan Bermakna Antara Asupan Energi ( P-Value = 0,000 ), Asupan Protein ( P-Value = 0,000 ), Asupan Lemak ( P-Value = 0,000 ), Asupan Karbohidrat ( P-Value = 0,000 ), Dan Aktivitas Fisik ( P-Value = 0,000 ) Dengan Status Gizi Remaja Di Mts Nahjul Huda Jakarta Barat Tahun 2019. Saran Yang Dapat Diberikan Adalah 1) Untuk Siswa : Diharapkan Para Siswa Dapat Mengikuti Anjuran Pedoman Gizi Seimbang Dan 2) Untuk Sekolah : Melakukan Pengukuran Status Gizi Siswa Dan Pemeriksaan Kesehatan Melalui Program Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Konsumsi garam beryodium merupakan program jangka panjang dari penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang merupakan salah satu masalah gizi utama. Adapun salah satu indikator GAKY yang dianjurkan WHO yakni konsumsi garam beriodium oleh rumah tangga dimana indikator yang diharapkan adalah 90% rumah tangga menggunakan garam mengandung cukup iodium. Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan Pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga dengan perilaku penggunaan garam beriodium di Perumahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectionaldengan jumlah sampel 60 orang yang dipilih secara acak dengan Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan cadangan 5 orang responden. Analisis statistic yang digunakan adalah dengan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Pendidikan yang rendah (56,7%). Berdasarkan pengetahuan, sebanyak 75% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang iodium. Dan sebesar 88,3% ibu rumah tangga yang memiliki sikap positif terhadap perilaku penggunaan garam beriodium. Hasil uji analisis Fisher Exact menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan dan pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku penggunaan garam beriodium di Perumahan Sukatani, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang tahun 2019 (p=0,000 dan p=0,000). Dan hasil uji analisis Fisher Exactjuga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku penggunaan garam beriodium di Perumahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang (p=0,068).
Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Tepung daun kelor memiliki kandungan zat besi sebesar 49,10 mg/100 gr dan kacang merah segar memiliki kandungan zat besi sebesar 3,7 mg/100 gr. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemanfaatan tepung daun kelor dan kacang merah untuk dijadikan olahan makanan yang disukai dan dapat memenuhi kebutuhan gizi remaja sebagai selingan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 hingga Desember 2018 di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Dan SIG Laboratory Bogor. Penenlitian dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap penenlitian pendahuluan berupa pembuatan tepung daun kelor dan analisis zat gizi pada tepung daun kelor dan tahap penelitian utama berupa penentuan formulasi, pembuatan mochi, uji organoleptik dan analisis zat gizi pada mochi terpilih. Pengolahan dan analisis data pada penenlitian ini akan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan formulasi F0 0%, F1 10%, F2 15% dan F3 20%. Hasil data yang diperoleh akan di analisis dengan uji Kruskall Wallis bila p-value <0,05 dilanjutkan dengan uji Mann Whitne. Hasil penenlitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun kelor terbaik adalah F2 15%. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa penambahan tepung daun kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter mutu (rasa, tekstur dan aroma) dan penilaian tingkat kesukaan (hedonik).
Masa remaja terjadinya pertumbuhan dan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan berbagai perubahan fisik, psikologi, dan kognitif serta peralihan dari bentuk tubuh sehingga terjadi perubahan-perubahan fisik bagi remaja putra dan remaja putri. Pada keadaan ini, status gizi remaja umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi jajanan yang di beli. Berdasarkan Survei Konsumsi Makanan Individu 2014, gabungan asupan gula garam lemak, DKI Jakarta menepati posisi teratas yang setengah penduduknya mengonsumsi gula garam lemak melebih rekomendasi (29,7%). Dari hasil analisis di atas dan dikaitkan dengan kecenderungan beberapa PTM di Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2013 dapat dilihat terjadi kenaikan proporsi penduduk yang menderita obesitas, hipertensi, diabetes mellitus (DM) dan stroke yang cukup memprihatinkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui analisis konsumsi jajanan tinggi gula garam lemak pada remaja siswa SMAS Muhammadiyah di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 183 orang. Responden penelitian ini merupakan siswa kelas 11 IPA SMAS Muhammadiyah yang aktif dan bersedia wawancara berusia 16-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki status gizi normal (44,3%), tingkat pengetahuan gizi cukup (78,1%), pola konsumsi jajanan tinggi gula garam lemak kategori sering (34,4%). Berdasarkan uji statistik, ter dapat hubungan antara pengetahuan gizi (p-value = 0,039) dan pola konsumsi jajanan tinggi gula garam lemak (p-value = 0,000) terhadap status gizi pada siswa SMAS Muhammadiyah di DKI Jakarta.
Autis adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak tidak lazim dan cenderung berlebihan, sedangkan Down Syndrome merupakan kondisi kelainan genetik yang terjadi pada masa pertumbuhan janin pada kromosom 21/trisomi 21 dengan gejala yang sangat bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi status gizi anak penyandang Autis, ADHD & Down Sydrome. Penelitian dengan design cross sectional ini dengan jumlah sampel 30 orang. Pengambilan data tentang berat badan anak, tinggi badan anak, asupan konsumsi energi, karbohidra, protein,dan lemak, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, aktivitas fisik anak dan pengetahuan orang tua tentang diet makan anak. Dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan, pendapatan, aktivitas fisik, konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan ada hubungan antara konsumsi energi dan pengetahuan ibu dengan status gizi.
Pasien diabetes memiliki risiko 1,5 hingga 3 kali lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan dengan non-diabetes. Proporsi hipertensi di Indonesia pada penderita yang mengalami DM adalah sebesar 51,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan natrium dan kalium, status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian tekanan darah pada Pasien DM di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel berjumlah 99 pasien yang didapat dari metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pasien berusia 57 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan telah menderita diabetes selama 5 tahun. Rata-rata asupan natrium sebesar 2401 mg sedangkan rata-rata asupan kalium sebesar 1460 mg. Proporsi pasien diabetes di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang memiliki tekanan darah tinggi sebesar 83,8%. Sebanyak 78,8% pasien memiliki obesitas sentral. Sebanyak 75,8% tergolong ke dalam kategori aktivitas fisik yang rendah. Berdasarkan uji chi-square terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,000) antara asupan natrium, status gizi, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik. Terdapat hubungan yang bermakna dengan (p value = 0.000, 0,023, dan 0,000) antara antara asupan natrium, status gizi, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah diastolik. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara asupan kalium dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan p value masing-masing sebesar 0,569 dan 0,281.
Hipertensi Merupakan Penyakit Yang Banyak Diderita Lansia, Dengan Prevalensi Yang Semakin Meningkat Setiap Tahunnya. Hipertensi Disebabkan Karena Status Gizi, Pola Makan Dan Kualitas Tidur Yang Kurang Efektif. Tujuan Penelitian Ini Untuk Mengetahui Hubungan Status Gizi, Asupan Makan Dan Kualitas Tidur, Dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Usia >45 Tahun Di Posbindu Mawar Kelurahan Kebayoran Lama Selatan. Penelitian Ini Menggunakan Metode Cross
Sectional Dengan Sampel Sebanyak 47 Orang Yang Diambil Dengan Teknik Total Sampling. Data Berat Badan Dan Tinggi Badan Diambil Dengan Pengukuran Antropometri, Data Tekanan Darah Diambil Menggunakan Alat Sphymomano Meter , Data Pola Makan Diambil Dengan Metode Wawancara Menggunakan Form Semi Quantitatif Food Frequency Quesioner Dan Data Kualitas Tidur Diambil Menggunakan Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (Psqi). Teknik Analisis Data Menggunakan Uji Chi Square. Hasil Penelitian Menunjukkan Responden Dengan Tekanan Darah Tinggi Sebanyak 72,7%. Kualitas Tidur Buruk Sebanyak 61,7%. Status Gizi Normal Sebanyak 44,7%. Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa Asupan Natrium Dan Kualitas Tidur Berhubungan Dengan Tekanan Darah (P<0,05). Sedangkan Status Gizi, Asupan Lemak, Dan Asupan Kalium Tidak Berhubungan Dengan Tekanan Darah (P>0,05). Berdasaran Penelitian Ini Maka Saran Yang Diberikan Yaitu Mengadakan Penyuluhan Mengenai Pola Makan Gizi Seimbang, Pemantauan Berat Badan Agar Status Gizi Tetap Terkontrol Dan Edukasi Mengenai Kesehatan Psikologis Yang Sering Dialami Pra Lansia Dan Lansia Seperti Cemas, Depresi Dan Gangguan Tidur.
Background: Preschooler is a group who is at risk of having low-interest in consuming fruits
and vegetables. The low-consumption of vegetables in children is influenced by the mother’s
lack of knowledge and incomplete composition of food. One way to improve vegetables
and fruits consumption was through training in modifying meal box. Objectives: This study
purposed at determining the effect of Modifying Meal Box Training to Increase Vegetables
and Fruits Consumption for Preschool Children. Method: This study used a quasi-experimental
research method with pre-test and post-test control group design. Involving 40 mothers who
took their children to school, this study conducted in the Pengayoman Kindergarten and
Trisula Kindergarten in Tangerang City. The results of statistical tests showed that there
were differences in knowledge before and after the intervention in the control group and the
treatment group. Results: However, after the intervention there was no significant difference
in knowledge in the control group and the treatment group with p value of 0.770. There were
differences in food composition and consuming vegetables and fruits before and after the
intervention in the treatment group. On the other hand, there were no differences in consuming
vegetables and fruits consumption before and after intervention in the control group. After the
intervention had been given, there was no significant difference in knowledge in the control
group and the treatment group with p value of 0.270. Conclusions: Nevertheless, there are
differences in the level of knowledge in the control group and the treatment group
Backgorund; Nutritional problems arise due to the problem of food security at the household level, namely the
ability of households to obtain food for all household members. This reflects the lack of accessibility of
households to obtain food, one of which is caused by poverty. Many factors can affect household food security.
Aim; This study aims to analyze differences in socio-economic characteristics based on the level of food security
of poor urban and rural households in South Sulawesi as measured by the HFIAS Method and the modified
Maxwell Method. Method; This study used a cross sectional design. Sampling using purposive sampling with a
sample size of 170 households. Data analysis performed was bivariate analysis with t-independent test and chi
square test. Results; The results showed that the variables that had differences between food-security and foodinsecurity
household groups as measured by the HFIAS method were household size (p = 0,000), while variables
that had differences between household groups were food-security and food-insecurity (0.029) and household
size (p = 0.000). Conclusions; Household size variables have differences between food-security and foodinsecurity
household groups as measured by the HFIAS method and the modified Maxwell method. Household
size is an important variable that affects the level of household food security.
Keywords: poor, food insecurity, food security, household
Several factors related to fitness are nutritional status, level of physical activity, intake of macronutrients, genetic makeup, age, sex, health status. The purpose of this study was to analyze the relationship between the level of energy sufficiency and macronutrients, the level of physical activity with the level of fitness in Pandeglang District Hospital employees. The study design was cross-sectional with 75 respondents and used a chi-square analysis test. There is no relationship between the level of energy sufficiency, the level of protein sufficiency, the level of fat sufficiency, and the level of carbohydrate adequacy (p>0,05) with the fitness level of employees of Pandeglang District Hospital. There is a relationship between physical activity (p=0,000) with the fitness level of employees of Pandeglang District Hospital. Employees who have a sufficient level of energy and macronutrients have fewer fitness levels. Employees who have a mild level of physical activity tend to have less fitness. So it is necessary to monitor food intake and the level of physical activity on employees.
Keywords: Macronutrients, Physical Activity, Fitness Level
Standar emas PMBA ini sangat direkomendasikan karena dapat menurunkan angka
kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu. Risiko mortalitas pada anak yang tidak
pernah disusui 21% lebih besar saat postnatal risiko kematian karena diare 4,2 kali lebih
sering pada bayi yang disusui arsial dan 14,2 kali lebih sering pada bayi yang tidak disusui
(Retno, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012. Jumlah penderita
gizi kurang di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi
penyebab sepertiga dari sepuluh penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan
merupakan wilayah dengan prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%
kemudian wilayah sub Sahara Afrika 28%, Amerika Latin 7% dan yang paling rendah
terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States (CEE/CIS)
sebesar 5%. UNICEF melaporkan sebanyak 167 juta anak usia pra-sekolah di dunia yang
menderita gizi kurang (underwight) sebagian besar berada di Asia Selatan (Balitbang
Kemenkes RI, 2013).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian makan bayi dan
anak (PMBA), pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, status penyakit infeksi, asupan makan
dengan status gizi balita usia 9-11 bulan. Desain penelitian yang digunakan crossectional
study, jumlah responden sebanyak 70 ibu yang diwawancara terkait variabel PMBA,
pengetahuan gizi, status penyakit infeksi, asupan makan dan status gizi bayi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden penelitian 54,3% berjenis kelamin perempuan dan 58,7% berada pada
usia (12-24 bulan). Status gizi subjek lebih banyak pada kategori gemuk dan obese yaitu 67,1%.
Subjek yang yang memiliki kadar asam urat darah tinggi yaitu sebanyak 55,3% dan yang memiliki
kadar asam urat normal yaitu sebanyak 44,7%.
Pola PMBA dengan status gizi responden berdasarkan BB/U tidak terdapat hubungan yang
bermakna dimana nilai p-value > 0,05. Untuk pengetahua ibu tentang PMBA didapatkan bahwa tidak
berhubungan secara bermakna dimana nilai p-value > 0,05, demikian juga dengan status infeksi
responden dan asupan energi keduanya tidak berhubungan secara bermakna dimana nilai p-value >
0,05.
Kata kunci : PMBA, Status Gizi, Pengetahuan Gizi, Status Infeksi