Senyawa antioksidan makin meluas penggunaannya seiring dengan semakin
besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam menghambat
penyakit degeneratif. Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.F.) merupakan
tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan memiliki aktivitas farmakologis
antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar flavonoid dan
aktivitas antioksidan yang ada pada daun gandarusa dengan pembanding yaitu
kuersetin. Metode uji aktivitas antioksidan yang digunakan adalah fosfomolibdat
secara spektrofotometri visibel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 70% daun gandarusa memiliki aktivitas antioksidan untuk konsentrasi
30,50,70,90, dan 110 ppm berturut-turut adalah 89,49±0,34; 111,21±0,34;
133,72±0,34; 154,89±0,99; dan 178,55±0,59 mgQE/gram ekstrak, serta memiliki
kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol 70% daun gandarusa yaitu
sebesesar 55,6772 mgQE/gram, besar aktivitas antioksidan tertinggi berada pada
konsentrasi 110 ppm.
Kata kunci: Flavonoid, radikal bebas, antioksidan, fosfomolibdat, daun
gandarusa (Justicia gendarussa Burm.F.), kuersetin.
Pohpohan merupakan salah satu tanaman indigenous yang tersebar luas di
Indonesia. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah dengan ketinggian 500-2500
mdpl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fenol total dari ekstrak
N-heksan, Etil asetat dan Etanol 70% pada daun pohpohan. Metode ekstraksi
menggunakan metode maserasi bertingkat. Analisi kualitatif senyawa kimia
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk menentukan senyawa aktif
dalam ekstrak dengan fase diam gel GF254 dan fase gerak kloroform : metanol
(95:5). Jumlah senyawa fenol total ditentukan dengan menggunakan metode
Folin-Ciocalteu dan serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ =
754 nm. Pembanding yang digunakan adalah Asam galat. Hasil uji menunjukkan
bahwa kandungan fenol total daun pohpohan ekstrak N-Heksan 40,2089 mg
GAE/gram, 60,2089 Etil asetat mgGAE/gram, dan Etanol 70% 79,2842mg
GAE/gram. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan kepolaran
pelarut berpengaruh terhadap kadar fenol dari ekstrak daun pohpohan.
Kata kunci: Pohpohan, Pilea melastomoides (Poir.) Wedd., Maserasi Bertingkat,
Fenol
Hipertrigliseridemia dapat meningkatkan komplikasi pada gangguan metabolit
atau diabetes melitus tipe 2. Salah satu tanaman yang berkhasiat menurunkan
kadar trigliserida darah adalah daun salam koja (Murraya koenigii (L.) Spreng).
Pada penelitian sebelumnya daun salam koja memiliki aktivitas sebagai
antihiperkolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
etanol 70% daun salam koja terhadap penurunan kadar trigliserida pada hamster
hiperkolesterol. Sebanyak 24 ekor hamster syrian jantan dibagi menjadi 6
kelompok. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol positif) diberikan
fenofibrat 12,36 mg/kg BB, kelompok III (kontrol negatif), kelompok IV, V dan
VI diberikan ekstrak etanol 70% daun salam koja dengan dosis 180 mg/kg BB,
360 mg/kg BB dan 720 mg/kg BB. Hasil uji analisa statistik diperoleh data
terdistribusi normal dan homogen (p>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA satu arah dan uji tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
kelompok dosis dapat menurunkan kadar trigliserida darah, tetapi pada dosis 360
mg/kg BB sudah memberikan efek sebanding dengan fenofibrat dengan
persentase penurunan kadar trigliserida sebesar 43,50%.
Kata kunci: Murraya koenigii, Daun Salam Koja, Trigliserida, Hamster Syrian
Remek daging adalah tanaman yang banyak digunakan untuk penyembuhan luka
secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
etanol 70% daun remek daging (Hemigraphis colorata W. Bull) terhadap jumlah
fibroblas pada luka bakar tikus putih yang diberikan secara topikal. Jumlah hewan
yang digunakan adalah 30 tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu
kelompok yang diberi salep ekstrak daun remek daging konsentrasi 5%, konsentrasi
10% dan konsentrasi 20%, kelompok kontrol positif (Burnazin®) dan kelompok
kontrol negatif (vaselin flavum). Data yang diperoleh berupa jumlah fibroblas yang
diamati pada hari 3, 7 dan 14 yang dianalisis menggunakan one way ANOVA
kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil menunjukan bahwa pada hari ke-7
(fase proliferasi) merupakan puncak peningkatan jumlah fibroblas tertinggi pada
semua kelompok uji kecuali pada kelompok kontrol negatif, dimana salep ekstrak
daun remek daging konsentrasi 20% tidak terdapat perbedaan bermakna dengan
Burnazin® dan adanya perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak etanol 70% daun remek daging konsentrasi
5%, 10% dan 20% memiliki aktivitas dalam meningkatkan jumlah fibroblas yang
lebih baik dibandingkan kontrol negatif sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan luka bakar, dimana salep ekstrak daun remek daging konsentrasi
20% memiliki aktivitas yang sebanding dengan Burnazin®.
Kata Kunci: Daun remek daging, jumlah fibroblas, luka bakar
Tanaman remek daging adalah salah satu tanaman yang berasal dari suku
Acanthaceae yang berkhasiat sebagai obat. Secara tradisional daun remek daging
mempunyai aktivitas sebagai penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% daun remek daging (Hemigraphis
colorata W. Bull) terhadap jumlah makrofag pada luka bakar tikus putih yang
diberikan secara topikal. Jumlah hewan yang digunakan adalah 30 tikus yang dibagi
menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu salep ekstrak etanol daun remek daging 5%,
salep ekstrak etanol daun remek daging 10%, salep ekstrak etanol daun remek
daging 20%, kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif. Pengamatan
jumlah makrofag dilakukan pada hari ke-3, 7 dan 14 setelah induksi luka bakar
dengan menggunakan aplikasi Image Raster dan dianalisis menggunakan one way
ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil uji Tukey menunjukkan
bahwa pada hari ke-3 (fase inflamasi) yang merupakan puncak jumlah makrofag
tertinggi dan pada hari ke-7 dan 14 (fase proliferasi) terjadi penurunan jumlah
makrofag. Semua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna dengan kontrol
negatif (p<0,05) dan dari ketiga konsentrasi salep ekstrak daun remek daging, salep
ekstrak 20% memiliki aktivitas yang sebanding dengan kontrol positif (p>0,05).
Dapat disimpulkan bahwa daun remek daging dapat mempercepat penyembuhan
luka bakar yang terbaik didapat pada salep ekstrak 20%.
Kata Kunci : Daun remek daging, Fase inflamasi, Jumlah makrofag, Luka bakar.
Remek daging adalah tanaman yang banyak digunakan untuk penyembuhan luka
secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak
etanol 70% daun remek daging (Hemigraphis colorata W.Bull) terhadap kepadatan
kolagen dan ketebalan re-epitelisasi pada luka bakar tikus putih yang diberikan
secara topikal. Jumlah hewan yang digunakan adalah 30 tikus yang dibagi menjadi
5 kelompok perlakuan yaitu Salep Ekstrak Daun Remek Daging konsentrasi 20%
(SEDRD 20%), Salep Ekstrak Daun Remek Daging konsentrasi 10% (SEDRD
10%), Salep Ekstrak Daun Remek Daging konsentrasi 5% (SEDRD 5%), kontrol
negatif (Vaselin flavum) dan kontrol positif (Burnazin®). Data yang diperoleh
berupa kepadatan kolagen dan ketebalan re-epitelisasi yang diamati pada hari 7 dan
14 setelah induksi luka bakar yang dianalisis menggunakan one way ANOVA
kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil menunjukan adanya peningkatan
kepadatan kolagen dan ketebalan re-epitelisasi pada hari ke-7 hingga hari ke-14
(Fase proliferasi). Pada hari ke-7 dan hari ke-14 peningkatan tertinggi terjadi pada
kontrol positf yang sebanding dengan kelompok salep ekstrak daun remek daging
konsentrasi 20%. Pada kelompok ekstrak daun remek daging konsentrasi 10% dan
konsentrasi 5% juga mengalami peningkatan dan hasil menunjukan semua
kelompok uji berbeda bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05). Dapat
disimpulkan bahwa salep ekstrak 70% daun remek daging dengan konsentrasi 20%
dapat mempercepat penyembuhan luka bakar dengan meningkatkan kepadatan
kolagen dan ketebalan re-epitelisasi pada fase proliferasi.
Kata Kunci : Daun remek daging, Luka bakar, Kepadatan kolagen, Re-epitelisasi
Rambut jagung (Zea mays L.) memproduksi metabolit sekunder yaitu flavonoid
yang berkhasiat menurunkan kadar asam urat. Penelitian terdahulu dinyatakan
bahwa senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara
menghambat aktivitas xantin oksidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas fraksi etanol 70% rambut jagung terhadap penurunan kadar asam urat.
Hewan uji dibagi 6 kelompok, kontrol normal, kontrol positif (allopurinol 4,108
mg/kgBB), kontrol negatif, kelompok dosis I (4,975 mg/kgBB), kelompok dosis
II (9,95 mg/kgBB), kelompok dosis III (19,9 mg/kgBB). Seluruh kelompok
diinduksi hati ayam untuk meningkatkan kadar asam urat kecuali kelompok
normal. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0, 14 dan 28 melalui sinus
orbital. Pengukuran kadar asam urat menggunakan metode enzymatic
photometric. Data yang didapat diuji ANOVA satu arah diperoleh nilai
dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis
19,9 mg/kgBB fraksi etanol 70% rambut jagung memiliki aktivitas penurunan
kadar asam urat darah yang sebanding (p dengan kontrol positif yaitu allopurinol
yaitu sebesar 90,32%.
Kata Kunci : Zea mays, asam urat, allopurinol, hati ayam.
Tanaman tradisional yang memiliki aktivitas dalam menurunkan kadar asam urat adalah rambut jagung (Zea mays L.) Kandungan flavonoid yang terdapat dalam rambut jagung memiliki potensi dalam menurunkan kadar asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat rambut jagung terhadap penurunan kadar asam urat. Penelitian dilakukan terhadap 24 ekor tikus yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok kontrol normal, kontrol positif (allopurinol 4,108 mg/kgBB), kontrol negatif dengan pakan tinggi purin, dan kelompok uji dosis I (4,299 mg/kgBB), dosis II (8,599 mg/kgBB), dosis III (17,198 mg/kgBB). Penelitian Dilakukan pada tikus putih jantan yang mengalami hiperurisemia yang diberikan pakan tinggi purin selama 14 hari dan perlakuan selama 28 hari. Data hasil pengukuran kadar asam urat dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah diperolah nilai 0,000 (p < 0,05) dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukan bahwa fraksi etil asetat rambut jagung dosis II (8,599 mg/kgBB) dan dosis III (17,198 mg/kgBB) memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar asam urat dengan persentase sebesar 76,95% dan 85,77%.
Kata Kunci : Zea Mays, Asam urat, Allopurinol, Hati ayam.
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu tanaman
memiliki khasiat yang digunakan masyarakat untuk meningkatkan pertumbuhan
rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian fraksi
etanol 70% daun bayam merah terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Tanaka et al. Penelitian
ini menggunakan 4 ekor kelinci jantan New Zealand White. Diawali dengan
pencukuran rambut kelinci dan dibagi menjadi 6 petak dengan ukuran 2x2 cm. Petak
I (kontrol normal), petak II (kontrol negatif) dioleskan larutan Na CMC 0,5%, petak
III (kontrol positif) dioleskan larutan minoxidil 2%, petak IV, V, dan VI dioleskan
fraksi etanol 70% daun bayam merah 0,47%, 0,95%, dan 1,89%. Masing-masing
perlakuan dioleskan sebanyak 1 ml pada pagi dan sore hari. Pengamatan pengukuran
panjang rambut dilakukan pada hari ke-15, 20, 25, dan 30. Data panjang rambut dan
berat rambut yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji ANOVA satu arah yang
dilanjutkan dengan uji tukey. Hasil yang diperoleh menunjukkan kelompok
konsentrasi 1,89% memiliki efek pertumbuhan rambut sebanding minoxidil 2%
dalam meningkatkan panjang dan berat rambut.
Kata Kunci : Amaranthus tricolor L., pertumbuhan rambut, kelinci jantan.
Biji pinang dikenal sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai anthelmintik. Pada penelitian sebelumnya ekstrak etanol biji pinang memiliki LC50 sebesar 271,1 mg/ml. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya anthelmintik fraksi etil asetat biji pinang terhadap cacing Ascaridia galli, serta untuk mengetahui konsentrasi efektif dari fraksi etil asetat biji pinang sebagai anthelmintik. Penelitian ini dilakukan secara in vitro, menggunakan fraksi etil asetat biji pinang dengan dosis 8,13 mg/ml, 16,04 mg/ml, 31,64 mg/ml dan kontrol normal menggunakan larutan NaCl 0,9%. Parameter yang dilihat adalah nilai LC50 (Letal Concentration) dan konsentrasi paling efektif dari fraksi etil asetat biji pinang dalam membunuh cacing Ascaridia galli. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode Probit. Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat biji pinang mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Dari hasil pengujian didapatkan hasil nilai LC50 sebesar 14,12 mg/ml pada cacing Ascaridia galli selama 12 jam. Sedangkan konsentrasi paling efektif dalam membunuh cacing Ascaridia galli sebesar 31,64 mg/ml.
Kata Kunci: Biji Pinang, Anthelmintik, Ascaridia galli
Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan sumber serat, vitamin, dan
mineral yang baik serta memiliki banyak manfaat. Selain daging buahnya, bagianbagian
lain dari tanaman ini juga dapat dimanfaatkan seperti kulitnya. Kandungan
zat di dalam kulit buah naga merah cukup banyak, diantaranya pektin. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakterisasi pektin dan mengetahui
cara penghalusan terbaik untuk mendapatkan kadar pektin yang optimal dari 2
metode yaitu blender dan perajangan. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan
pembuatan ekstrak pektin dari kulit buah naga merah segar dari metode blender
dan perajangan. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian karakterisasi pektin yang
meliputi uji organoleptis, susut pengeringan, kadar abu, berat ekivalen, kadar
metoksil dan pemeriksaan spektrum FTIR yang dibandingkan dengan pektin
standar. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar pektin optimal didapatkan pada
metode blender yaitu 0,78%, sedangkan metode perajangan menghasilkan 0,70%.
Persentase susut pengeringan optimal didapat pada metode blender yaitu 11,03%.
Kadar abu optimal pada metode blender yaitu 0,4170%. Berat ekivalen optimal
pada metode blender yaitu 721,42 mg. Kadar metoksil optimal didapat pada
metode blender yaitu 6,737%. Karakterisasi kimia pektin hasil ekstraksi dengan
kedua metode tersebut dari limbah kulit buah naga merah menunjukan memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan oleh International Pectin Association (2002),
Food Chemical Codex (1996) dan Handbook of Pharmaceutical Excipiens (2006).
Kata Kunci: kulit buah naga merah, pektin, karakterisasi, metode blender dan
perajangan
Tanaman daun berenuk (Crescentia cujete L.) mempunyai khasiat untuk
antibakteri dan obat luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian gel ekstrak etanol 70% daun berenuk terhadap penyembuhan luka
bakar. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sebanyak 25 ekor yang
dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) dilukai dan
diberi basis gel, kelompok II (kontrol positif) dilukai dan diberi bioplacenton
10%, kelompok III, IV, V dilukai dan diberi gel ekstrak etanol 70% daun berenuk
konsentrasi 12,5%, 25% dan 37,5%. Punggung tikus diinduksi dengan logam
panas berdiameter 2 cm pada suhu 105oC selama 10 detik. Pemberian gel ekstrak
dilakukan selama 21 hari. Pengamatan dilakukan terhadap diameter luka bakar.
Data yang didapat diuji secara statistik dengan uji ANOVA dua arah yang
dilanjutkan dengan uji Tukey. Konsentrasi 12,5%, 25% dan 37,5% memiliki efek
dalam penyembuhan luka bakar. Hasilnya adalah kelompok konsentrasi 25%
memiliki khasiat yang sebanding dengan kelompok kontrol positif dalam
penyembuhan luka bakar.
Kata Kunci : daun berenuk (Crescentia cujete L.), ekstrak etanol 70%, luka bakar
Herba bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) berkhasiat sebagai
antidepresan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antidepresan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba bandotan terhadap
tikus putih jantan dengan metode forced swim test. Pengujian antidepresan
berdasarkan immobility time dengan menggunakan metode forced swim test
setelah pemberian fraksi etil asetat herba bandotan (Ageratum conyzoides (L.)
L.). Hewan uji tikus putih jantan galur Sprague Dawley (SD) yang dibuat
depresi dibagi menjadi 5 kelompok yaitu pemberian suspensi fraksi etil asetat
herba bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) dengan dosis 12,16 mg/kgBB,
25,92 mg/kgBB dan 51,84 mg/kgBB, kelompok kontrol positif yaitu pemberian
zat pembanding yaitu kalxetin® dan kelompok kontrol negatif yaitu pemberian
Na-CMC. Data yang didapat dianalisis dengan ANOVA satu arah yang
dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil menunjukkan bahwa fraksi etil asetat herba
bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) pada dosis III sudah memiliki aktivitas
di hari ke 7 dibuktikan pada dosis III tidak terdapat perbedaan bermakna
dengan kelompok kontrol positif. fraksi etil asetat herba bandotan (Ageratum
conyzoides (L.) L.) memiliki efektivitas pada hari ke 14 dibuktikan dengan uji
ANOVA pada dosis 12,16 mg/kgBB, 25,92 mg/kgBB dan 51,84 mg/kgBB
tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif.
Kata kunci: Ageratum conyzoides (L.) L., herba bandotan, antidepresan, fraksi
etil asetat.
Daun sukun merupakan tanaman yang mempunyai aktivitas nefroprotektor. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui ekstrak etanol daun sukun dengan dosis 200 mg/kg BB tikus mempunyai aktivitas nefroprotektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek nefroprotektor fraksi etanol daun sukun dengan parameter kadar kreatinin pada tikus. Penelitian ini menggunakan hewan uji 25 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok 1 adalah kontrol normal, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4 adalah kelompok perlakuan yang diberi fraksi etanol daun sukun dengan dosis 9,27 mg/200gBB , 18,54 mg/200gBB, 37,09 mg/200gBB, dan kelompok 5 adalah kontrol negatif. Bahan uji diberikan secara oral selama 7 hari, 2 jam setelah pemberian dosis pada hari ke 7 semua kelompok kecuali kontrol normal diberi larutan CCl4 secara oral. Pada hari ke 8 dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis. Data dianalisis dengan ANOVA satu arah. Hasil menunjukan ketiga dosis yaitu dosis 9,27 mg/200gBB , 18,54 mg/200gBB, 37,09 mg/200gBB menunjukan aktivitas nefroprotektor yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif, namun hanya pada dosis 37,09 mg/200gBB yang menunjukan hasil kadar kreatinin yang sebanding dengan kontrol normal yaitu 0,488 mg/dl.
Kata kunci : nefroprotektor, fraksi etanol daun sukun, kreatinin, CCl4
Daun sukun merupakan tanaman yang mempunyai efek nefroprotektor. Ekstrak
dan fraksi etanol daun sukun diketahui mempunyai efek nefroprotektor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek nefroprotektor fraksi etanol daun
sukun dengan parameter kadar urea pada tikus. Dua puluh lima ekor tikus dibagi
seacara acak kedalam 5 kelompok yang satu kelomok berisi masing-masing 5 ekor
tikus. Kelompok 1 adalah kontrol normal, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok
4 adalah kelompok perlakuan yang diberi masing masing dosis 9,27 mg/200gBB ,
18,54mg/200gBB , 37,09 mg/200gBB dan kelompok 5 adalah kontrol negatif
yang hanya diinduksi dengan CCl4. Bahan uji diberikan secara berturut-turut
selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis hari ke-7, semua kelompok
diinduksi dengan CCl4 kecuali pada kelompok normal. Pada hari ke-8 dilakukan
pengambilan darah melaui sinus orbitalis. Hasil yang diperoleh diuji dengan
ANOVA satu arah, dosis 37,09 mg/200gBB menunjukan efek nefroprotektor
mendekati kelompok normal.
Kata kunci : nefroprotektor, fraksi etanol daun sukun, urea, CCl4
Tirosinase merupakan enzim kunci dalam sintesis melanin. Melanin adalah
pigmen yang memiliki struktur beragam, hasil dari oksidasi dan polimerisasi
tirosin pada hewan, atau senyawa fenolik pada organisme. Senyawa fenolik
memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan enzim tirosinase pada proses
melanogenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
peningkatan aktivitas enzim tirosinase terhadap ekstrak etanol bunga kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.).
Senyawa pada ekstrak etanol daun pacar kuku dan bunga kembang sepatu diduga
memiliki aktivitas peningkatan terhadap enzim tirosinase adalah flavonoid dan
skopoletin. Pengujian dilakukan dengan L-DOPA sebagai substrat, ekstrak etanol
daun pacar kuku dan bunga kembang sepatu dengan konsentrasi uji 10-100.000
μg/ml serta kontrol positif (8-MOP) menggunakan microplate reader pada
panjang gelombang 450 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun pacar kuku memiliki potensi peningkatan 0,84 kali dari 8-metoksipsoralen
lebih tinggi dibandingkan potensi peningkatan yang dihasilkan oleh bunga
kembang sepatu 0,76 kali dari 8-metoksipsoralen.
Kata Kunci: aktivator tirosinase, daun pacar kuku dan bunga kembang sepatu,
8-MOP
Melanin adalah pigmen berwarna yang bertanggung jawab dalam pigmentasi pada
kulit dan rambut. Melanogenesis adalah proses biosintesis melanin yang
melibatkan substrat, kofaktor, dan enzim. Tirosinase adalah sebuah enzim
tembaga yang berperan dalam sintesis melanin. Biji pepaya dan biji kemiri
mengandung senyawa flavonoid yang diduga memiliki kemampuan sebagai
aktivator tirosinase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek
stimulasi tirosinase dari ekstrak etanol biji pepaya dan biji kemiri dalam proses
melanogenesis secara in vitro. Biji pepaya dan biji kemiri diekstraksi
menggunakan pelarut etanol 70% secara maserasi hingga diperoleh ekstrak kental.
Pengujian menggunakan L-DOPA sebagai substrat dan 8-metoksipsoralen sebagai
kontrol positif, masing-masing ekstrak dibagi menjadi 5 konsentrasi yaitu 10, 100,
1.000, 10.000, dan 100.000 μg/ml. Absorbansi diukur menggunakan microplate
reader pada panjang gelombang 450 nm dan dianalisa menggunakan uji ANOVA
dua arah. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol biji kemiri memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam menstimulasi tirosinase dengan potensi relatif
sebesar 0,82 kali dari 8-MOP dibandingkan dengan ekstrak etanol biji pepaya
yang memiliki potensi relatif sebesar 0,74 kali dari 8-MOP.
Kata Kunci: aktivator tirosinase, biji pepaya, biji kemiri, 8-metoksipsoralen
Rambut jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu dari jenis terapi herbal yang
sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Penelitian sebelumnya ekstrak
etanol rambut jagung memiliki efek diuretik pada dosis 500mg/kgBB pada tikus
putih jantan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek diuretik fraksi etanol
rambut jagung dengan mengukur volume urin. Pada penelitian ini menggunakan
25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (negatif),
kelompok II (furosemid 0,86 mg/200gBB), kelompok III (fraksi etanol dosis 1 8,2
mg/200gBB), kelompok IV (fraksi etanol dosis 2 16,5 mg/200gBB), dan
kelompok V (fraksi etanol dosis 3 32,9 mg/200gBB). Urin dikumpulkan selama
24 jam. Hasil penelitian dianalisis dengan uji ANOVA satu arah, dilanjutkan
dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan pemberian fraksi etanol rambut
jagung pada dosis 3 (32,97 mg/200gBB) memiliki efek diuretik yang sebanding
dengan furosemid yaitu 38,23% (furosemid) dan 40,77% (fraksi etanol rambut
jagung dosis 3).
Kata kunci : Rambut jagung (Zea mays L.), diuretik, fraksi etanol, volume urin
Asam klorogenat adalah senyawa golongan fenol yang jumlahnya terbanyak yang
ada pada biji kopi dan memiliki khasiat sebagai antihiperglikemia, meningkatkan
daya ingat, dan hepatoprotektor terhadap keracunan arsenik trioksida. Pada
penelitian ini dilakukan optimasi pelarut untuk ekstrasi biji kopi hijau jenis
robusta terhadap kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Parameter yang
diamati adalah kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Hasil penelitian
diperoleh nilai fenolik total dari yang paling tinggi yaitu ekstrak etanol 70%, 50%,
dan 96% dengan rata-rata kadar 967,5440 mgGAE/g, 851,4493 mgGAE/g, dan
739,8553 mgGAE/g. Rata-rata persentase kadar asam klorogenat yang diperoleh
dari penelitian ini pada ekstrak etanol 50% sebanyak 16,57%, ekstrak etanol 70%
sebanyak 17,60%, dan pada ekstrak etanol 96% sebanyak 15,03%. Hasil kadar
fenolik total dan kadar asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Pelarut yang optimum untuk kadar fenolik total dan asam klorogenat adalah
etanol 70%.
Kata kunci: Biji kopi hijau robusta, microplate reader, kadar fenolik total,
densitometer, kadar asam klorogenat.
Senyawa fenol adalah senyawa yang memiliki ciri adanya cincin aromatik
dan satu atau dua gugus hidroksil. Sebagian besar golongan fenol yang terdapat
pada biji kopi hijau arabika (Coffea arabica L.) adalah senyawa asam klorogenat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedada
konsentrasi etanol sebagai pelarut pengekstraksi terhadap kadar senyawa
fenolik total dan asam klorogenat. Proses ekstraksi dengan menggunakan metode
maserasi dengan etanol 50%, 70%, dan 96%. Penetapan kadar senyawa fenolik
total dengan microplate reader pada ekstrak biji kopi hijau arabika pada etanol
50% dengan nilai fenolik total 915,1153 ± 32,9138 mgGAE/g, etanol 70%
dengan nilai fenolik total 845,6524 ± 28,5098 mgGAE/g, dan etanol 96%
dengan nilai fenolik total 716,6667 ± 15,2686 mgGAE/g. Pada penetapan kadar
asam klorogenat menunjukkan hasil bahwa kadar asam klorogenat yang
diekstraksi menggunakan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% berturut-turut
adalah 16,3613 ± 2,0248 %, 15,9758 ± 1,5942 % dan 9,8080 ± 2,1634 %. Hasil
kadar fenolik total dan asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar fenolik total dan asam klorogenat
tertinggi terdapat pada etanol 50%.
Kata kunci: Biji kopi hijau arabika (Coffea arabica L.), kadar fenol total, kadar
asam klorogena
Buah jambu biji merah mengandung likopen yang diketahui mampu mengurangi
kerusakan oksidatif yang dapat menyebabkan demensia. Penelitian ini betujuan
untuk mengetahui aktivitas ekstrak likopen buah jambu biji merah melalui
peningkatan memori spasial pada pengamatan uji Radial Arm Maze (RAM) pada
mencit jantan yang diinduksi Electroconvulsive Shock (ECS). Hewan uji dibagi
menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, kelompok uji dosis 1, kelompok uji dosis 2, dan kelompok uji dosis 3
diberi ekstrak likopen masing-masing 1,25 mg/kgBB, 2,5 mg/kgBB, dan
5mg/kgBB secara oral. Semua kelompok diinduksi dengan ECS sebesar 50 mA
selama 20 detik per hari. Peningkatan memori spasial diperoleh melalui uji RAM
III. Data yang didapat dianalisa secara statistik dengan one way ANOVA. Hasil
uji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Sehingga dari
hasil yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak likopen buah jambu biji merah
pada dosis 2,5 mg/kgBB dan 5 mg/kgBB memiliki potensi sebagai antidemensia
pada mencit yang diinduksi Electroconvulsive Shock sebanding dengan kontrol
positif.
Kata Kunci : Demensia, Likopen, Buah Jambu Biji Merah, Radial Arm Maze,
Electroconvulsive Shock
Demensia merupakan istilah pada penyakit yang berkaitan dengan penurunan
fungsi memori. Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terutama pada kelopak
bunganya mengandung antioksidan, satu diantaranya adalah likopen. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak likopen kelopak bunga rosella
sebagai antidemensia pada mencit model demensia yang diinduksi
Electroconvulsive Shock (ECS) menggunakan maze radial delapan lengan.
Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, kelompok uji dosis 1, kelompok uji dosis 2 dan
kelompok uji dosis 3, diberi ekstrak likopen masing-masing 1.25 mg/kgBB, 2.5
mg/kgBB, dan 5 mg/kgBB secara oral. Semua kelompok diinduksi
menggunakan ECS sebesar 50 mA selama 20 detik per hari. Peningkatan
memori dapat dilihat dari hasil RAM III. Hasil yang diperoleh menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada setiap kelompok uji sehingga
disimpulkan bahwa dosis 1(1.25 mg/kgBB), dosis 2 (2.5 mg/kgBB) dan dosis 3
(5 mg/kgBB) tidak lebih baik dari kontrol positif, sedangkan dosis dengan ratarata
nilai memori spasial tertinggi dari ketiga kelompok dosis adalah dosis 3(5
mg/kgBB).
Kata kunci : Demensia, Likopen, Kelopak Bunga Rosella, Antidemensia, maze
radial delapan lengan, Electroconvulsive Shock
Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) memiliki
kandungan metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antidepresan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki aktivitas antidepresan ekstrak
etanol 70% rimpang temu putih dengan metode forced swim test. Penelitian ini
menggunakan 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri
dari 5 ekor tikus. Kelompok I merupakan kontrol negatif yang diberi Na-CMC
0,5%, Kelompok II diberi Kalxetin® mengandung fluoksetin hidroklorida
(2,0555 mg/kgBB) sebagai kontrol positif, dan kelompok dosis uji diberi
ekstrak etanol 70% rimpang temu putih dengan masing-masing dosis (87,5
mg/kgBB, 175 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB). Pengambilan data penurunan
immobility time dilakukan pada hari ke 1, 7, dan 14 selama pengobatan. Hasil
uji statistik ANOVA satu arah menunjukkan nilai p<0,05. Pada uji tukey
menunjukkan bahwa pada hari ke 7 dosis 350 mg/kgBB memiliki aktivitas
yang sebanding dengan kontrol positif, dengan persentase penurunan
immobility time 30,89 %. Hari ke 14 merupakan waktu yang efektif dengan
dosis 175 mg/kgBB dan dosis 350 mg/kgBB dalam menurunkan immobility
time sebanding dengan kontrol positif (Kalxetin® 2,0555 mg/kgBB) dengan
persentase penurunan immobility time 56,80 % dan 59,80 %. Dapat
disimpulkan ekstrak rimpang temu putih memiliki aktivitas sebagai
antidepresan sebanding dengan kontrol positif pada dosis 3 (350 mg/kgBB) di
hari ke 1, 7, dan 14.
Kata kunci: Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe., ekstrak etanol, antidepresan
Nanas kerang (Tradescantia spathacea Sw.) merupakan tanaman yang sangat mudah ditemukan di Indonesia, umumnya dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman ini memiliki potensi yang besar sebagai obat, sehingga banyak digunakan sebagai obat tradisional. Simplisia yang digunakan sebagai obat tradisional harus diperhatikan kualitas mutu dari bahan baku (simplisia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu simplisia dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian kualitatif meliputi pengujian organoleptik, makroskopik, mikroskopik, skrining fitokimia, pola kromatogram, dan fluoresensi. Untuk pengujian kuantitatiif melputi penentuan kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air, dan kadar flavonoid total. Hasil pemeriksaan organoleptik herba nanas kerang memiliki warna serbuk hijau kecoklatan dengan bau khas yang agak pahit dan tidak memiliki rasa, pengujian pada skrining fitokimia memberikan hasil positif adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid. Hasil pada uji kuantitatif didapatkan untuk kandungan kadar abu total 9,31%, kadar abu tidak larut asam 1,86%, kadar sari larut air 16,94%, kadar sari larut etanol 11,96%, kadar air 9,64%, dan kadar flavonoid total 1,2426%/1 gram ekstrak.
Kata Kunci : Nanas Kerang, Tradescantia spathacea, mutu simplisia, analisa kualitatif, analisa kuantitatif, penetapan kadar flavonoid total
Hiperurisemia adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Daun hijau pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) adalah tanaman yang dapat menurunkan kadar asam urat serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian fraksi air daun hijau pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) terhadap penurunan kadar asam urat serum tikus putih jantan hiperurisemia. Pengujian dilakukan selama 23 hari dengan membagi 24 ekor tikus putih jantan ke dalam 6 kelompok, kontrol positif diberi pakan tinggi purin dan allopurinol 4,11 mg/200 gBB, kelompok uji diberikan pakan tinggi purin dan fraksi air dengan dosis 0,08mg; 0,17 mg; 0,35 mg/200 gBB. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital, lalu diukur dengan metode enzimatik menggunakan spektrofotometer klinikal. Data dianalisis statistika dengan ANOVA satu arah dan Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok dosis 3 fraksi air daun hijau pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) dosis 0,35 mg/200 gBB tikus dapat menurunkan kadar asam urat sebesar 39,39%, namun tidak signifikan sebanding dengan kontrol positif sebesar 54,68%.
Kata kunci: Asam urat, Syzygium myrtifolium Walp, daun hijau pucuk merah, antihiperurisemia, fraksi air daun hijau pucuk merah.
Uji Aktivitas
Daun Jarum tujuh bilah (Pereskia bleo (Kunth) DC.) memiliki keluarga
Cactaceae, telah digunakan sebagai pengobatan alami pada penyakit terkait
kanker, tumor, anti rematik, anti ulkus, anti inflamasi, menghilangkan sakit
kepala, nyeri lambung, bisul, wasir, dermatitis atopik, merevitalisasi tubuh. Di
Panama tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati masalah gastrointestinal,
di India tanaman ini untuk mengurangi pembengkakan. Penelitian ini bertujuan
untuk menetapkan kadar fenol total pada daun jarum tujuh bilah dengan metode
spektrofotometri mengguanakan pereaksi Folin Ciocalteau pada ekstrak nheksana,
diklorometana (DCM), etli asetat dan etanol 70% hasil dari maserasi
bertingkat. Kadar fenol total dinyatakan dalam satuan Gallic Acid Ekuivalent
(GAE). Hasil penelitian kadar fenol total ekstrak n-heksana sebesar 7,3248 ±
0,0835 mgGAE/g, DCM 16,4877 ± 0,1605 mgGAE/g, etil asetat 21,1668 ±
0,1827 mgGAE/g dan etanol 70% 26,0951 ± 0,1076 mgGAE/g dan dapat
disimpulkan kadar fenol terbesar ada dalam ekstrak etanol 70%.
Kata kunci: Jarum Tujuh Bilah, Pereskia bleo, Fenol, Spektrofotometri.
Bawang bombay (Allium cepa L.) merupakan jenis bawang yang dibudidayakan secara luas dan sering digunakan di berbagai masakan di Indonesia. Bawang bombay berkhasiat sebagai penurun kadar lemak dalam darah dan diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi monografi bawang bombay serta menentukan karateristik dan penetapan standar mutu tanaman berkhasiat obat. Hasil makroskopis yang didapatkan antara lain: memiliki akar serabut dan berwarna putih, panjang 9,5 cm. Batang semu, berair, berwarna hijau keputihan. Daun berbentuk silinder, memanjang seperti pipa dan berongga dengan panjang ± 20 cm, ujungnya meruncing. Umbi bawang bombay merupakan umbi lapis tunggal, memiliki diameter 6 mm, lebih besar dibandingkan bawang merah. Hasil mikroskopis terdapat fragmen pengenal berupa rambut penutup dan berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan spiral. Dari hasil penelitian terhadap ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay menunjukkan adanya susut pengeringan 9,69%, kadar abu total 5,16%, kadar abu tak larut asam 0,069%, kadar sari larut air 14,36%, dan kadar sari larut etanol 23,04%. Skrining fitokimia menujukkan umbi bawang bombay mengandung senyawa flavonoid, saponin, fenol, dan triterpenoid. Kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak etanol umbi bawang bombay adalah 1,4868 ± 0,1260 mgQE/g.
Kata kunci: Allium cepa L., farmakognosi, flavonoid total.
Tanaman daruju (Acanthus ilicifolis L.) merupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh, termasuk dalam family Acanthaceae. Salah satu kandungannya yaitu fenol mampu bertindak sebagai antioksidan dengan memutuskan ikatan rantai radikal. Tujuan dalam penelitian kali ini dilakukan untuk menentukan kadar fenolik total dari ekstrak etanol 70% daun daruju (Acanthus ilicifolius Linn.) serta mengetahui aktivitas antioksidan dengan metode Ferric Thicynate (FTC). Kadar fenolik yang didapat pada ekstrak etanol 70% daun daruju sebesar 48,3878 mg GAE/g sampel ± 0,539. Pada uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% daun daruju dengan metode Ferric Thiocyanate kemampuan menghambat radikal bebas yang paling baik berada pada konsentrasi 135 μg/mL sebesar 51,7850%, dan kemampuan menghambat radikal bebas yang paling baik pada kuersetin berada pada konsentrasi 16 μg/mL sebesar 56,5283%. Sehingga dapat dikatakan untuk mencapai aktivitas antiksidan setara dengan kuersetin membutuhkan konsentrasi ekstrak etanol 70% daun daruju lebih tinggi, dengan demikian berarti bahwa efek antioksidan ekstrak lebih rendah dari kuersetin.
Kata kunci: Daruju (Acanthus ilicifolius L.), fenolik total, Folin-Ciocalteu, Ferric Thiocyanate (FTC), Kuersetin
Pemanfaatan tanaman sebagai obat pada masyarakat di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan adalah tanaman ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels). Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terkandung dalam daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels). Dan berfungsi sebagai peluruh dahak dan pencahar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode ekstraksi dalam daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) yaitu dengan cara maserasi dan sokletasi terhadap kadar kuersetin dengan menggunakan pelarut etanol 96 %. Ekstrak yang dihasilkan dikarakterisasi dan kemudian dilakukan penetapan kadar kuersetin dalam ekstrak etanol 96% daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) dengan metode KLT-Densitometri. Hasil menunjukkan kadar kuersetin dengan metode maserasi yaitu 0,00032% dan dengan metode sokletasi yaitu 0,00034 %. Kadar tertinggi kuersetin diperoleh dari ekstrak etanol 96% dengan metode sokletasi
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang terkandung dalam daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan berfungsi sebagai obat diare, anti diabetes, obat pencernaan dan lemah lambung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode ekstraksi daun salam dengan cara maserasi dan sokletasi terhadap kadar flavonoid total dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil rendemen ekstraksi maserasi sebesar 12,35% sedangkan ekstraksi sokletasi sebesar 14,46%, ekstrak kemudian dilakukan karakterisasi. Hasil skrining menunjukkan kandungan kimia ekstrak adalah saponin, alkaloid, flavonoid dan tanin, susut pengeringan untuk ekstrak maserasi 7,14% dan ekstrak sokletasi 6,16%. Kemudian dilakukan penetapan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol 96% daun salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dengan metode KLT- Densitometri dan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (3:7). Hasil menunjukkan kadar kuersetin dengan metode maserasi yaitu 0,00034% dan metode sokletasi yaitu 0,00040%. Kadar tertinggi kuersetin diperoleh dari ekstrak etanol 96% dengan metode sokletasi.
Menurut The Centers for Disease Control and Preventiontahun 2014 sekitar 70-97% individu diabetes mengalamidislipidemia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% daun sukun (Artocarpusaltilis) dalam menurunkan glukosa darah pada kondisi hiperglikemia dan
hiperlipidemia. Hewan uji tikus jantan dibagi 6 kelompok perlakuan, masing- masing terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok kontrol normal, kelompok
kontrol positif (metformin HCL), dan kelompok kontrol negatif, kelompok uji diberi ekstrak etanol 70% daun sukun dosis 200 mg/kg BB, 400 mg/kg
BB, 600 mg/kg BB secara peroral. Hewan uji diberi pakan hiperlipidemia selama 28 hari, dan hari ke-25 diinduksi aloksan, kemudian diberi zat uji
selama 14 hari. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-29 dan 44. Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan dosis I, II, dan III berbeda bermakna
terhadap kontrol negatif (p<0,05). Persentase penurunan kadar glukosa darah menunjukkan kelompok III memberikan efek sebanding dengan kontrol
positif dengan penurunan sebesar 48,01%. Dapat disimpulkan daun sukun ekstrak etanol 70% dosis 600 mg/kg BB memiliki aktivitas menurunkan
kadar glukosa darah pada kondisi hiperglikemia dan hiperlipidemia yang sebanding dengan kontrol positif.
Peperomia pellucida (L.) Kunth. belongs to family Piperaceae, is used in traditional system of medicine for treatment of several disorders. The leaves was the main source of the raw material for the herb-drug product, so the material and some parameters identified were needed to ensure the safety, quality and efficacy of the product.The present study was to evaluation revealed interesting macros- and microscopic characteristic of the Indonesian plant and establishment of its quality parameters including fluorescence characters, physicochemical, and phytochemical screening.Fluorescence characters of powdered material were analysed under ultraviolet and ordinary light, which signifies their characteristics. Moisture content, alcohol and water soluble extractive were also determined, and were found to be 9.68 , 18.12 and 6.23%. Physicochemical parameters such as total ash value, water soluble and acid insoluble ash value were determined which were 7.03, 5.27, 0.55% respectively. The TLC profile of different extracts (hexane, DCM and methanol) of P. pellucida showed 10, 5 and 4 spot respectively. Phytochemical screening of aqueous ethanolic extract of leaf of the P. pellucida showed the presence of alkaloid, flavanoids, glycosides, phenols, saponin, steroids, terpenoids, tannins and carbohydrates. These present study help in identification and authentication of the plant material, such as information for correct identification of the plant and also will be useful in making monograph of the plant.
The flavonoids content of Cyperus rotundus rhizomes is presumed to show activities on a central nervous system involving GABAergik. This research aimed to further investigate the neuropharmacological properties of Cyperus rotundus rhizomes fraction by measuring their hypnotic-sedative and anticonvulsant activities. The exploratory behavior test was performed using the hole-board method, while the motor coordination was assessed using the rotarod test. The results showed that the 70% ethanol fraction of Cyperus rotundus rhizome exhibited significant neuropharmacological activities (p < 0.05). Among the three fractions tested in this research (i.e., ethanol, ethyl acetate, and n-hexane), the ethanol fraction showed the best hypnotic-sedative and anticonvulsant activities. The ethanol fraction of Cyperus rotundus rhizome could shorten the duration of HLE equal to sodium valproate and potentiate phenobarbital-induced sleep by reducing the onset and prolonging the duration of sleep. The highest dose of the 70% ethanol fraction of Cyperus rotundus rhizome (356.7 mg/kg) displayed the best anxiolytic activity, resembling that of diazepam (p>0.05). In conclusion, Cyperus rotundus rhizome appeared as potent neuropharmacological drug candidate with abilities comparable to synthetic drugs.