Turnitin genus sterculia
Turnitin Peel off tirosinase
Turnitin Acute Toxicity S. rubiginosa
Insilico pancreatic elastase
Turnitin Antielastase antitirosinase rubus - PJ
Turnitin Antioksidan FRAP R. stipulata
Turnitin nephroprotective S. rubiginosa
Turnitin Heliyon
Nama : Rini Prastiwi
Program Studi : Doktor Ilmu Farmasi
Judul Desertasi : Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Penghambat Arginase Dan
Antioksidan Dari Tanaman Genus Sterculia
Pembimbing : Promotor : Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt.
Kopromotor : 1. Prof. Dr. Muhammad Hanafi, M.Sc.
2. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D., Apt.
Arginase (L-arginine ureahydrolase) adalah enzim yang berperan dalam siklus
urea. Arginase juga memainkan peran penting dalam produksi nitrat oksida (NO).
Gangguan keseimbangan NO merupakan kontributor terjadinya gangguan fungsi
endotel pembuluh darah. Senyawa fenol dan flavonoid diketahui mempunyai
aktivitas penghambatan arginase. Genus Sterculia kaya dengan senyawa fenol dan
flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa dari tanaman genus
Sterculia yang mempunyai aktivitas penghambatan arginase. Penelitian diawali
dengan skrining dari 5 tanaman genus Sterculia yaitu: S. macrophylla, S. comosa,
S.parkinsonii, S.rubiginosa, S.stipulata. Bagian yang digunakan adalah daun dan
kayu. Ekstrak diuji aktivitas inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan
metode DPPH dan FRAP. Ekstrak yang aktif adalah ekstrak metanol kayu Sterculia
comosa dan ekstrak metanol kayu Sterculia macrophylla. Ekstrak aktif dipisahkan
dengan kromatografi kolom vakum menjadi fraksi. Tiap fraksi di uji aktivitas
inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan metode FRAP dan DPPH. Fraksi
dilanjutkan diisolasi menggunakan kromatografi kolom dan Kromatografi Lapis
Tipis Preparatif sampai didapatkan isolat. Hasil isolat diidentifikasi dengan FTIR,
1H-NMR,13C-NMR, HSQC, HMQC, HMBC, LCMSMS. Sterculia comosa (kayu
comosa/KC) didapatkan isolat KC4.4.6 asam (-)-2-(E)-kafeoil-D-gliserat, dan
KC4.4.5.1 adalah asam trans-isoferulat, yang merupakan turunan sinamat. Sterculia
macrophylla (kayu macrophylla/KM) diperoleh senyawa senyawa KM3.9.1
merupakan 3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9-on. Senyawa KM3.5.M
merupakan asam pikolinat, dan Senyawa KM-1 merupakan campuran β-sitosterol
dan stigmasterol. Hasil uji aktivitas inhibitor enzim arginase diperoleh nilai IC50
untuk isolat KM3.9.1: 59,31µg/ml, KM3.5.M: 73,98 µg/ml, KC4.4.6: 98,03 µg/ml,
KC4.4.5.1: 292,58 µg/ml, dan KM1: 140,56 µg/ml, kontrol positif nor-NOHA:
3,97 µg/ml. Aktivitas antioksidan metode DPPH didapatkan nilai IC50 isolat
KM3.9.1:92,60 µg/ml, KM3.5.M: 106,42 µg/ml, KC4.4.6: 48,77 µg/ml, KC4.4.5.1:
88,08 µg/ml dan KM1: 185,09 µg/ml, kontrol positif kuersetin: 5,63 µg/ml.
Aktivitas antioksidan dengan metode FRAP KM3.9.1: 10,76 FeEAC (Mol/g),
KM3.5.M: 5,79 FeEAC (Mol/g), KC4.4.6: 16,40 FeEAC (Mol/g), KC4.4.5.1: 15,79
FeEAC (Mol/g) KM-1: 11,89 FeEAC (Mol/g), kontrol positif kuersetin: 1201,61
FeEAC (Mol/g). Isolat KM3.9.1 (3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9-
on) merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai inhibitor enzim yang
paling baik, sedangkan aktivitas antioksidan yang paling baik adalah isolat
KC4.4.6/asam (-)-2-(E)-kafeoil-D-gliserat.
Tujuan dari penelititan ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan brotowali
terhadap pengaturan fungsi hepatoprotektif dan imunomodulator dengan penginduksi
vaksin hepatitis B pada mencit balb c.
Pengujian aktifitas imunomodulator dengan menggunkan daya fagositosis sel
makrofag, sedangkan pengujian hepatoprotektor dengan pemeriksaaan serum ALT
(Alanin Aminotransaminase) dan perubahan histopatologi sel hati. Hewan uji dibagi
menjadi 6 kelompok perlakuan. Masing-masing terdiri dari 5 mencit. Kelompok T1
diberikan fraksi kloroform metanol dosis 0,3416 mg/20 gram BB mencit, T2 0,4844
mg/20 gram BB mencit, T3 0,0942 mg/20 gram BB mencit, T4 0,8671 mg/20 gram BB
mencit), kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif. Induksi menggunakan
vaksin hepatitis B (0,52 mcg / 20 g BB mencit) pada hari ke 7 dan 14. Percobaan
dilakukan selama 28 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan fraksi kloroform :
metanol Tinospora cordifolia Miers memberikan pertolongan pada perbaikan fungsi hati
dan fungsi imun pada penginduksian dengan vaksin hepatitis B. Fraksi yang aktif
sebagai imunostimulan dan hepatoprotektor adalah fraksi T1 dengan dosis 0,3416 mg/20
gram BB mencit.
Biji buah pepaya (Carica papaya L.) secara empirik digunakan sebagai diuretika. Penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak etanol 70% dari biji buah pepaya terhadap tikus yang menunjukkan aktivitas diuretik pada dosis 122 mg/kg BB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas diiuretik fraksi biji buah pepaya berdasarkan pengukuran volume urin dan jumlah natrium. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus dibagi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok negatif, kelompok positif (Hidroklortiazid dosis 2,59mg/kg), kelompok ekstrak etanol 70% dosis 122 mg/kg BB, kelompok fraksi n-Heksan dosis 21,07 mg/kg BB, kelompok fraksi etil asetat dosis 31,61 mg/kg BB dan fraksi air dosis 556,71 mg/kg BB secara peroral.Urin ditampung selama 24 jam diukur jumlah urin. Jumlah natrium di dihitung dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase diuretik dan jumlah natrium pada kelompok negatif 16,17% dan 0,58mg, positif 45,51% dan 6,89mg, ekstrak etanol 70% 35,98% dan 11,2 mg, fraksi n-heksan 26,86% dan 11,91 mg, fraksi etil asetat 25,02% dan 3,64mg, serta fraksi air 39,46% dan 17,85mg. Dapat disimpulkan ekstrak etanol 70% dan fraksi air memiliki efek diuretik karena berbeda bermakna dengan kontrol negatif (p ≤ 0,05) dan potensinya setara dengan kelompok positif (Hidroklorthiazid 0,52%) (p≥ 0,05).
Kata kunci: biji buah pepaya (Carica papaya L.), diuretik, fraksi, volume urin dan jumlah natrium.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya. Penelitian uji antikanker ini menggunakan tanaman kulit kayu apel beludru, kandungan senyawa yang ada pada kulit kayu apel beludru yaitu fenolik, flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol 96% kulit kayu apel beludru dapat digunakan sebagai antikanker terhadap sel HeLa dan berapa nilai IC50 yang dihasilkan. Uji antikanker dilakukan dengan menggunakan sel kanker serviks (sel HeLa) dengan metode uji 3-[4,5-dimetilthiazol-2yl]-2,5-difeniltetrazolium bromide (MTT). Uji antikanker menggunakan pembanding cisplatin sebagai kontrol positif. Uji antikanker terhadap sel kanker serviks (sel HeLa) dengan metode MTT dengan konsentrasi 1,25; 3,12; 8; 19; dan 301 μg/mL dengan cara membaca hasil serapan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 492 nm menghasilkan nilai IC50 untuk ekstrak etanol 96% kulit kayu apel beludru sebesar 17,12 μg/mL dan nilai IC50 kontrol positif Cisplatin sebesar 7,4 μg/mL.
Kata kunci: kulit kayu, Diospyros blancoi A.DC., kanker serviks, sel HeLa, sitotoksik
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang sering menyerang wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organisation (WHO), kanker serviks menempati urutan kedua yang sering menyerang wanita. Buah apel beludru mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin, fenolik, dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 96% buah apel beludru terhadap sel HeLa. Pengujian sitotoksik terhadap sel HeLa menggunakan metode MTT assay dan terdapat 3 perlakuan, yaitu kontrol uji (ekstrak), kontrol positif (cisplatin), dan kontrol sel. Efek pemberian ekstrak etanol 96% buah apel beludru dan cisplatin diketahui dari nilai absorbansi yang terbaca pada ELISA reader dengan panjang gelombang 492 nm. Absorbansi dianalisa hingga didapat persen inhibisi kemudian dihitung nilai IC50 dengan analisa probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% buah apel beludru mempunyai nilai IC50 sebesar 5,9451 μg/mL. Ekstrak etanol 96% buah apel beludru dikatakan memiliki sifat sitotoksik dengan kategori kuat.
Kata kunci: antikanker, ekstrak etanol, Diospyros blancoi A.DC., sel HeLa, cisplatin
Buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.) bermanfaat untuk meningkatkan
imunitas dan kesegaran tubuh, dan sangat kaya nutrisi dan senyawa kimia yang
dibutuhkan oleh tubuh diantaranya vitamin (A, B1, B2, B6, C dan E), karoten,
karbohidrat, protein, lemak, antosianin, serat, magnesium, fosfor, kalsium, senyawa
flavonoid dan senyawa fenol. Pada penelitian ini dilakukan variasi pelarut pada
ekstrak etanol buah terong belanda terhadap kadar flavonoid total dan fenol total.
Penelitian ini menggunakan konsentrasi pelarut etanol 40%, 70% dan 96%.
Penetapan kadar flavonoid total dan fenol total dilakukan menggunakan alat
Microplate Reader dengan menggunakan metode Folin Ciocalteau dan metode
kalorimetri. Parameter yang diamati adalah kadar flavonoid total dan fenol total.
Hasil yang didapatkan kadar flavonoid total tertinggi adalah pada konsentrasi etanol
70% yaitu 1,705±0,0006 mgQE/g, dan kadar fenol total tertinggi adalah pada
konsentrasi etanol 96% yaitu 148,536±0,0075 mgGAE/g. Data kadar flavonoid
total dan fenol total dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah jika ada
perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil kadar flavonoid total
untuk konsentrasi etanol 96% tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap
konsentrasi etanol 40% dan 70%. Hasil kadar fenol total untuk konsentrasi 40%
tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap konsentrasi 70% dan memiliki
perbedaan bermakna dengan konsentrasi 96%.
Kata Kunci : Buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.), kadar flavonoid total,
kadar fenol total
Buah cabai rawit hijau mengandung senyawa utama capsaicin dan flavonoid. Ekstrak
etanol 70% buah cabai rawit hijau yang telah diteliti memiliki rendemen yang berbeda
yaitu pada waktu 20 didapatkan 27,3 g, menit 30 didapatkan 28,8 g dan menit 40
didapatkan 32,6 g. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu
ekstraksi dengan metode ultrasonik terhadap kadar capsaicin dan flavonoid total buah
cabai rawit hijau. Pada penetapan kadar capsaicin menggunakan KLT-Densitometri
dan pada kadar flavonoid total menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang
didapatkan kadar capsaicin menit 20 adalah 0,1053%, menit 30 adalah 0,1124% dan
menit 40 adalah 0,1173% sedangkan hasil yang didapatkan pada penetapan kadar
flavonoid total menit 20 adalah 5,2770 mgQE/1g, menit 30 adalah 4,4277 mgQE/1g
dan menit 40 adalah 4,0417 mgQE/1g. Pada penelitian ini menunjukan hasil yang baik
pada kadar capsaicin menit 40 dan kadar flavonoid menit 20.
Kata kunci: Buah Cabai Rawit Hijau, Capsaicin, Kadar Flavonoid Total, Ultrasonik
Hiperlipidemia adalah naiknya kadar trigliserida atau kolesterol dan menurunnya kadar HDL. Kandungan kuersetin di dalam kulit bawang merah lebih banyak daripada umbi bawang merah. Flavonoid menghambat aktivitas dari beberapa enzim lipogenik, seperti diasil gliserol asil transferase (DGAT), yang akhirnya menurunkan kadar trigliserida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas ekstrak kulit bawang merah terhadap penurunan kadar trigliserida pada hamster hiperlipidemia. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (kontrol positif) diberi fenofibrat dosis 12,36 mg/kgBB, kelompok IV (Dosis 1), kelompok V (Dosis 2), kelompok VI (Dosis 3) diberi ekstrak kulit bawang merah dengan dosis 360; 720; dan 1440 mg/kgBB. Parameter yang diamati adalah penurunan kadar trigliserida. Data persentase penurunan kadar trigliserida dianalisis menggunakan uji ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua kelompok uji ekstrak kulit bawang merah dapat menurunkan kadar trigliserida karena berbeda bermakna dengan kontrol negatif. Penurunan kadar trigliserida terbesar terjadi pada dosis 3 dengan dosis 1440 mg/kgBB namun tidak sebanding dengan fenofibrat dosis 12,36 mg/kgBB.
Kata kunci : Allium cepa L., bawang merah, flavonoid, hiperlipidemia, kuersetin, trigliserida.
Herba putri malu (Mimosa pudica L.) mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji aktivitas nefroprotektor fraksi ekstrak etanol 70% herba putri malu dengan parameter histopatologi pada tikus jantan Sprague Dawley yang diinduksi gentamisin. Fraksi uji yang akan digunakan adalah fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan fraksi air dengan dosis yang sama yaitu 56,74 mg/kgBB tikus. Pada penelitian ini kerusakan ginjal diinduksi menggunakan gentamisin dengan dosis 80 mg/kgBB tikus selama 7 hari setelah diberikan fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan fraksi air 2 jam sebelum induksi dan organ ginjal diambil pada hari ke 8. Parameter yang diamati yaitu adanya nekrosis tubulus, adanya casts pada tubulus dan kerusakan glomerulus. Kerusakan glomerulus diukur jarak antara glomerulus dan kapsula bowman, pada fraksi etil asetat 11,68 μm, fraksi n-heksan 12,82 μm, fraksi air 16,58 μm, dan untuk nekrosis tubulus fraksi etil asetat 30,52%, fraksi n-heksan 45,85%, dan fraksi air 54,53%. Berdasarkan pengamatan histopatologi organ ginjal menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dari herba putri malu memiliki aktivitas nefroprotektor yang sebanding dengan kontrol positif yaitu kuersetin dengan dosis 50 mg/kgBB tikus yang menunjukkan aktivitas yang baik dalam mencegah nekrosis tubulus, sedikitnya casts yang muncul pada tubulus dan mengurangi kerusakan glomerulus.
Kata Kunci : Nefroprotektor, gentamisin, Mimosa pudica L. , histopatologi, kuersetin.
Biji klabet (Trigonella foenum-graecum L.) adalah salah satu tanaman obat
Indonesia yang telah dikenal memiliki aktivitas sebagai antidiabetes,
antikolesterol, fitoesterogen, antikanker dan obat batuk. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas mukolitik fraksi n-heksan, etil asetat dan air biji klabet
terhadap mukus usus sapi secara in vitro dengan pembanding asetilsistein 0,1%.
Ekstraksi secara maserasi menggunakan etanol 70% dilanjutkan Fraksinasi dari
ekstrak etanol 70% biji klabet dengan menggunakan tiga pelarut yaitu n-heksan,
etil asetat dan air. Konsentrasi fraksi yang digunakan Fraksi n-heksan konsentrasi
0,18% b/v dan 0,36% b/v, serta fraksi etil asetat konsentrasi 0,22% b/v dan 0,44%
b/v, dan fraksi air konsentrasi 1,20% b/v dan 2,41% b/v. Pengujian menggunakan
visikometer broekfield dengan spindle nomor 62 pada kecepatan 50 rpm. Hasil
yang diperoleh berupa nilai persen aktivitas mukolitik, dianalisis secara statistik
menggunakan uji ANOVA satu arah yang dilanjutkan uji Tukey dengan taraf
kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Fraksi air konsentrasi 2,41% b/v memiliki
aktivitas mukolitik sebanding dengan asetilsistein 0,1%.
Kata Kunci: Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.), mukolitik, fraksi,
Herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman yang diduga memiliki
potensi sebagai afrodisiak. Berdasarkan penelitian Lusiana dkk. (2013) pemberian
ekstrak pegagan 4% dapat meningkatkan motilitas spermatozoa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi afrodisiak dari herba pegagan dengan melakukan
percobaan terhadap tikus putih jantan galur Sprague dawley dari tiga jenis ekstrak
yakni ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol dengan parameter climbing dan
introduction. Perhitungan frekuensi climbing dan introduction dilakukan pada hari ke-
0, 1, 3, dan 5. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak n-heksan memiliki potensi
afrodisiak paling baik bila dibandingan dengan ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol.
Hal tersebut dilihat dari frekuensi climbing dan introduction. Hasil uji statistik
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada hari ke-3 dan 5.
Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa pengujian afrodisiak optimum pada
hari ke-3.
Kata Kunci: Centella asiatica (L.) Urb., afrodisiak, climbing, introduction, ekstrak.
Herba pegagan merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sekitar sawah,
pegunungan dan kebun. Pegagan memiliki zat aktif triterpenoid glikosida yang di
duga dapat dijadikan sebagai antifertilitas pada pria. Berdasarkan penelitian
Lusiana (2013) dilaporkan bahwa pemberian ekstrak herba pegagan pada
konsentrasi 4% dapat meningkatkan motilitas spermatozoa pada mencit jantan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak n-heksan,
etil asetat, dan metanol herba pegagan terhadap peningkatan kualitas spermatozoa
tikus putih jantan galur Sprague dawley. Penelitian ini menggunakan 6 ekor tikus
jantan dengan 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok normal, kelompok negatif
dengan pemberian NaCMC 0,5%, kelompok kontrol positif dengan pemberian XGra
®, kelompok ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol. Sediaan uji diberikan
selama 7 hari, kemudian dilakukan pembedahan untuk pengambilan kauda
epididimis kemudian dilakukan pengamatan motilitas, viabilitas, jumlah, dan
morfologi spermatozoa. Hasil penelitian dianalisa menggunakan SPSS,
berdasarkan uji Tukey kelompok kontrol normal tidak memiliki perbedaan
signifikan terhadap kontrol negatif tetapi memiliki perbedaan signifikan pada
kontrol positif. Selain itu kontrol positif tidak memiliki perbedaan signifikan pada
kelompok ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol dapat meningkatkan kualitas
spermatozoa tikus putih jantan.
Kata Kunci : Ekstrak (Centella asiatica (L.) Urb), motilitas, viabilitas, jumlah,
morfologi spermatozoa
Pegagan (Centella asiatica (L) Urb.) merupakan tanaman menjalar yang tumbuh
subur di daerah lembab yang dapat memberikan efek afrodisiak, sehingga
penelitian ini untuk mengetahui khasiat dan efek pemberian yang paling baik
dariekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol herba pegagan dengan parameter
peningkatan bobot testis dan vesikula sebagai afrodisiak yang merupakan
penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola one
way analysis of varian menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley
berumur 2-3 bulan sebanyak 36 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi enam
kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif
menggunakan X-Gra dan kelompok ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol.
Pada hari ke-7 perlakuan, tikus dibedah lalu diambil organ testis dan vesikula
seminalis dan ditimbang bobotnya. Persen bobot organ terhadap berat badan
dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa ketiga ekstrak memberikan efek peningkatan
pada bobot testis dan vesikula seminalis. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh signifikan (P<0,05) antara ekstrak n heksan dan etil asetat terhadap
bobot vesikula seminalis.
Kata kunci : Centella asiatica (L) Urb, Afrodisiak, Bobot Testis, Bobot Vesikula
Seminalis
Buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) secara empirik digunakan sebagai
diuretika. Penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak etanol 70% dari kulit buah
labu siam terhadap tikus yang menunjukkan aktivitas diuretik pada dosis 33
mg/kg BB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas diuretik fraksi buah
labu siam berdasarkan pengukuran volume urin dan jumlah natrium. Penelitian ini
menggunakan 24 ekor tikus dibagi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok negatif,
kelompok positif (hidroklortiazid 2,59 mg/kg), kelompok ekstrak etanol 96%
dosis 33 mg/kg BB, kelompok fraksi n-Heksan dosis 5,30 mg/kg BB, kelompok
fraksi etil asetat dosis 8,12 mg/kg BB dan kelompok fraksi air 404,44 mg/kg BB
secara per oral. Urin ditampung selama 24 jam diukur jumlah urin. Jumlah
natrium dihitung dengan fotometer klinikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase diuretik dan jumlah natrium pada kelompok negatif 17,85% dan 16,22
mg, positif 46,51% dan 28,44 mg, ekstrak etanol 40,29% dan 18,80 mg, fraksi n-
Heksan 27,94% dan 19,37 mg, fraksi etil asetat 29,90% dan 18,94 mg serta fraksi
air 43,92% dan 24,77 mg. Dapat disimpulkan ekstrak etanol 96% dan fraksi air
memiliki efek diuretik karena berbeda makna dengan kontrol negatif (p≤ 0,05)
dan potensinya setara dengan kelompok positif (p ≥0,05).
Kata kunci: buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.), diuretik, fraksi, volume
urin dan jumlah natrium
Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif yang diisolasi dari rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val). Pemanfaatan kurkumin digunakan sebagai anti inflamasi,
anti koagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah,
mengobati sakit perut, karminatif, stimulant, gatal-gatal, diare, dan reumatik (Raharjo
dan Rostiana 2005). Indonesia kunyit banyak dihasilkan dari berbagai daerah,
dimungkinkan tiap daerah kadar kurkuminnya yang terkandung didalamnya akan
berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedan kandungan kurkumin
di daerah Sukoharjo, Wonogiri, Tawangmangu, dan Bogor. Pada penelitian kali ini
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%, kemudian dilanjutkan
dengan identifikasi KLT dan dilanjutkan penetapan kadar dengan KCKT. Hasil
kandungan kurkumin terbesar pada daerah Sukoharjo sebesar 12,4324%, diikuti oleh
Bogor sebesar 9,6653%, selanjutnya Tawangmangu sebesar 8,8014%, dan terakhir
daerah Wonogiri sebesar 7,8482%.
Kata Kunci: Curcuma domestica Val, Kurkumin, KCKT
Bawang putih (Allium Sativum L.)merupakan salah satu tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan menjadi obat tradisional.Produk obat tradisional dan tanaman obat yang berkualitas ditentukan salah satunya oleh mutu dan keamanan ekstrak.faktor yang dapat mempengaruhi mutu salah satunya adalah daerah tempat tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa nilai parameter fisikokimia serta kadar senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitas farmakologis dalam ekstrak etanol 70% bawang putih yang didapat dari dua tempat tumbuh yaitu Bogor dan Wonosobo. Hasil pengujian didapat ekstrak yang berasal dari Bogor, sari larut air 62,5684%, sari larut etanol 10,0779%, minyak atsiri 0,7477%, kadar allyl disulfide1,8322% kadar abu 2,3529%, abu tidak larut asam 0,1115% sedangkan yang berasal dari wonosobo, sari larut air 59,0007%, sari larut etanol 8,9230%, minyak atsiri 0,3400%, kadar allyl disulfide 1,6542%, kadar abu 3,0196%, abu tidak larut asam 0,4974%. Berdasarkan hasil penelitian mutu ekstrak yang paling baik adalah yang berasal dari Bogor dengan nilai parameter spesifik lebih tinggi dan nilai parameter non spesifik lebih rendah.
Kata kunci :Bawang putih (Allium Sativum L.), Parameter Fisikokimia, Allyl Disulfide
Keamanan obat tradisional tidak dapat terpenuhi apabila mengandung cemaran mikroba, sehingga perlu dilakukan pengukuran cemaran mikroba yang terdapat dalam serbuk biji kelabet. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Angka Lempeng Total, Angka Kapang Khamir, Uji MPN coliform dan cemaran mikroba patogen dalam serbuk simplisia biji kelabet. Tempat pengambilan sampel diambil dari petani di daerah Godean Sleman, Yogyakarta dan pabrik di Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan nilai Angka Lempeng Total Yogyakarta 1,89 x 103 koloni/ g, sedangkan sampel Kebumen 2,63 x 103 koloni/ g. Nilai Angka Kapang Khamir sampel Yogyakarta 6,8 x 102 koloni/ g, sedangkan sampel Kebumen <10 koloni/g. Pada pemeriksaan bakteri patogen hanya pada sampel Kebumen yang mengandung bakteri Eschericia coli dan sampel Yogyakarta tidak mengandung bakteri patogen sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel Yogyakarta dan sampel Kebumen tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam buku Materia Medika Indonesia.
Kata kunci: Biji kelabet, uji cemaran mikroba, Yogyakarta dan Kebumen
Asam klorogenat adalah senyawa golongan fenol yang jumlahnya terbanyak yang
ada pada biji kopi dan memiliki khasiat sebagai antihiperglikemia, meningkatkan
daya ingat, dan hepatoprotektor terhadap keracunan arsenik trioksida. Pada
penelitian ini dilakukan optimasi pelarut untuk ekstrasi biji kopi hijau jenis
robusta terhadap kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Parameter yang
diamati adalah kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Hasil penelitian
diperoleh nilai fenolik total dari yang paling tinggi yaitu ekstrak etanol 70%, 50%,
dan 96% dengan rata-rata kadar 967,5440 mgGAE/g, 851,4493 mgGAE/g, dan
739,8553 mgGAE/g. Rata-rata persentase kadar asam klorogenat yang diperoleh
dari penelitian ini pada ekstrak etanol 50% sebanyak 16,57%, ekstrak etanol 70%
sebanyak 17,60%, dan pada ekstrak etanol 96% sebanyak 15,03%. Hasil kadar
fenolik total dan kadar asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Pelarut yang optimum untuk kadar fenolik total dan asam klorogenat adalah
etanol 70%.
Kata kunci: Biji kopi hijau robusta, microplate reader, kadar fenolik total,
densitometer, kadar asam klorogenat.
Senyawa fenol adalah senyawa yang memiliki ciri adanya cincin aromatik
dan satu atau dua gugus hidroksil. Sebagian besar golongan fenol yang terdapat
pada biji kopi hijau arabika (Coffea arabica L.) adalah senyawa asam klorogenat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedada
konsentrasi etanol sebagai pelarut pengekstraksi terhadap kadar senyawa
fenolik total dan asam klorogenat. Proses ekstraksi dengan menggunakan metode
maserasi dengan etanol 50%, 70%, dan 96%. Penetapan kadar senyawa fenolik
total dengan microplate reader pada ekstrak biji kopi hijau arabika pada etanol
50% dengan nilai fenolik total 915,1153 ± 32,9138 mgGAE/g, etanol 70%
dengan nilai fenolik total 845,6524 ± 28,5098 mgGAE/g, dan etanol 96%
dengan nilai fenolik total 716,6667 ± 15,2686 mgGAE/g. Pada penetapan kadar
asam klorogenat menunjukkan hasil bahwa kadar asam klorogenat yang
diekstraksi menggunakan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% berturut-turut
adalah 16,3613 ± 2,0248 %, 15,9758 ± 1,5942 % dan 9,8080 ± 2,1634 %. Hasil
kadar fenolik total dan asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar fenolik total dan asam klorogenat
tertinggi terdapat pada etanol 50%.
Kata kunci: Biji kopi hijau arabika (Coffea arabica L.), kadar fenol total, kadar
asam klorogena
Waktu perdarahan merupakan salah satu parameter pengukuran pembekuan
darah untuk mengetahui proses vasokontriksi pada fase vaskular dan
pembentukan sumbat hemostatik sementara pada fase platelet dalam proses
hemostatis. Dalam tanaman herba paku cakar ayam terdapat senyawa tannin
dan flavonoid yang berperan dalam proses pembekuan darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat aktivitas hemostatis pada ekstrak
etanol 70% herba paku cakar ayam terhadap mencit putih jantan galur Swiss
Webster. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit putih jantan dibagi
menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok
uji dengan dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, dan 30 mg/kgBB, kontrol positif
dengan vitamin K 10,88 mg/kgBB, dan kontrol normal dengan larutan Na
CMC 0,5%. Data Bleeding Time, Clotting Time, dan Jumlah Trombosit yang
diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA satu arah yang
dilanjutkan dengan uji tukey. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
paku cakar ayam dosis 30 mg/kgBB mempunyai aktivitas hemostasis yang
sebanding dengan kontrol positif vitamin K (p<0,05). Penetapan kadar fenol
total didapatkan hasil 105,390 mgGAE/g dan flafonoid total didapatkan hasil
39,2876 mgQE/g.
Kata kunci : Herba paku cakar ayam, hemostasis, Bleeeding Time, Clotting
Time, trombosit, flavonoid, fenol
Kanker serviks merupakan keganasan serviks dengan angka kejadian tinggi di dunia. Penggunaan obat kanker seperti kemoterapi dan terapi radiasi seringkali menimbulkan efek samping yang mengganggu, oleh karena itu perlu mencari terapi alternatif yang mampu memberikan efek sitotoksik pada sel kanker serviks dengan efek samping minimal. Salah satunya menggunakan tumbuhan obat daun apel beludru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol 96% daun apel beludru (Diospyros blancoi A.DC.) terhadap sel kanker serviks/hela. Daun apel beludru mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, saponin, dan steroid. Daun apel beludru diekstrak dan diujikan terhadap sel hela menggunakan uji MTT Assay dan pembacaan absorbansi menggunakan ELISA reader dengan panjang gelombang 492 nm, sebagai pembanding digunakan cisplatin. Hasil pengujian didapat nilai IC50 sebagai parameter penghambatan pertumbuhan sel, persentase inhibisi dikonversi ke dalam probit. Berdasarkan hasil diperoleh nilai IC50 ekstrak daun apel beludru terhadap sel hela adalah 71,61 μg/ml. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% daun apel beludru memiliki sifat sitotoksik terhadap sel hela.
Kata kunci : Diospyros blancoi A.DC, daun apel beludru, kanker serviks, HeLa, Cisplatin, MTT Assay
Stres oksidatif dapat terjadi jika didalam tubuh terdapat radikal bebas yang
berlebih yang tidak dapat diimbangi dengan antioksidan yang ada. Antioksidan
merupakan zat yang memperlambat atau menghambat stres oksidatif. Banyak
sekali bahan alam yang mengandung antioksidan, salah satunya adalah umbi
bawang dayak (Eleutherine americana (Aulb.) Merr) yang mengandung senyawa
metabolit sekunder seperti flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 70% umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aulb.) Merr) dengan
parameter penurunan kadar MDA dan peningkatan aktivitas enzim katalase
terhadap sel darah merah domba secara in vitro. Ekstrak umbi bawang dayak diuji
pada konsentrasi 23 μg/ml, 46 μg/ml, dan 92 μg/ml pada SDMD yang diinduksi t-
BHP. Perlakuan dibandingkan dengan kontrol normal (kelompok tanpa
perlakuan), kontrol negatif (kelompok dengan penambahan t-BHP), dan kontrol
positif (kelompok dengan panambahan Vitamin C). Hasil menunjukkan
konsentrasi efektif untuk menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas
katalase yaitu sebesar 92 μg/ml, dengan nilai masing-masing kadar MDA sebesar
4,348 nmol/ml dan aktivitas katalase sebesar 2611,65 unit/ml.
Kata Kunci : antioksidan, MDA, katalase, umbi bawang dayak, Eleutherine
americana
Daun bidara memiliki senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% daun bidara dengan parameter kadar MDA dan aktivitas enzim katalase secara in vitro. Penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu: kelompok normal (tanpa penambahan t-BHP), kelompok negatif (penambahan t-BHP), kelompok positif (penambahan vitamin C), kelompok ekstrak etanol 70% daun bidara konsentrasi 50 µg/mL, 100 µg/mL, dan 200 µg/mL. Data dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi 50 µg/mL,
100 µg/mL, dan 200 µg/mL berbeda bermakna (p<0,05) dengan kelompok negatif. Dan konsentrasi yang efektif untuk menurunkan kadar MDA dan meningkatakan aktivitas enzim katalase adalah pada konsentrasi 100 µg/mL dengan nilai masing-masing sebesar 6,663 nmol/mL dan 1475,504 unit/mL.
Kata kunci: daun bidara, Ziziphus mauritiana Lam., antioksidan, MDA, enzim katalase
Indonesian people use bay leaves as spices in local culinary and as traditional medicine, particularly to treat
diabetes. The problems with the mass production of antidiabetic drugs from bay leaves can be solved by
utilizing endophytic fungi as an alternative source for antidiabetic compounds. This study aimed to isolate
endophytic fungi from bay leaves and identify their antidiabetic activity through the in vitro inhibition of
alpha-amylase. The leaves were processed on potato dextrose agar media, and five isolates were grown in
an agar medium. The fermentation used a potato dextrose yeast medium that was left for five days on an
orbital shaker at room temperature. The crude was extracted using ethyl acetate solvent. In the in vitro
alpha-amylase inhibition test, the antidiabetic assay used the ethyl acetate extract of the endophytic fungi.
The inhibition percentage was calculated from the absorbance value read by a microplate reader. All isolates
inhibited alpha-amylase activity, but only three of them had high inhibition percentages (14.385%,
12.849%, and 39.246%). As a conclusion, the endophytic fungi isolated from bay leaves are potential as an
alternative source for the production of secondary metabolites to cure diabetes.
Insektisida nabati dapat digunakan untuk mengendalikan dan mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Salah satu alternatif bahan insektisida
nabati adalah daun zodia (Evodia suaveolens Scheff.) yang telah dikenal sebagai tanaman pengusir nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efek larvasida dan nilai LC50 dari ekstrak daun zodia terhadap larva nyamuk Aedes albopictus dan Culex spp. Penelitian ini menggunakan ekstrak nheksan
daun zodia dengan variasi konsentrasi 10 ppm; 31,62 ppm; 99,98 ppm; 316,13 ppm; 1000 ppm dan kontrol. Metode yang digunakan adalah
metode bioassay yang telah distandarisasi oleh WHO (2005). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji probit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kematian 50% larva nyamuk Aedes albopictus dan Culex spp. (LC50-24 jam) adalah 106,036 ppm dan 116,9110 ppm. Berdasarkan hasil uji probit
nilai LC50 masuk ke dalam rentang 100-149 ppm maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan daun zodia termasuk ke dalam golongan larvasida
dengan tingkat toksisitas moderat tinggi.
Ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrifolia L.) memilki banyak kandungan kimia salah satunya Scopoletin. Namun perbedaan letak geografis suatu
tanaman dapat mengakibatkan terjadinya variasi kandungan metabolit dari suatu tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui parameter fisikokimia
pada ekstrak etanol 70% buah mengkudu (Morinda Citrifolia L.) dan untuk mengetahui apakah perbedaan daerah tumbuh dapat berpengaruh pada kadar
scopoletin pada ekstrak etanol 70% buah mengkudu. Hasil pengujian didapat ekstrak yang berasal dari purwakarta, sari larut air 26,0793 % , sari larut
etanol 11,6825 %, kadar abu 1,6517%, kadar abu tidak larut asam 0,3075%, kadar air 11,3014% sedangkan yang berasal dari bogor, sari larut air
42,4098%, sari larut etanol 22,2071%, kadar abu 1,0536%, kadar abu tidak larut asam 0,1001%, kadar air 8,0825%.Pengujian Kadar scopoletin
dilakukan dengan metode KLT-Densitometri. KLT menggunakan Fase diam silika gel GF254 dan fase gerak eter: toluen: asam asetat 10% (58:45:0,8).
Kadar scopoletin rata-rata daerah Purwakarta adalah 1,4895% dan untuk daerah Bogor adalah 2,4505%. Berdasarkan hasil penelitian mutu ekstrak yang
lebih baik adalah buah mengkudu yang berasal dari daerah Bogor dengan nilai parameter non spesifik lebih rendah dan nilai parameter spesifik lebih
tinggi.
Turmeric is one of the plants that can be used as traditional medicine. To improve the quality of turmeric as
a traditional medicine, turmeric must be free from contamination of pesticide residues, aflatoxin, pathogen
bacteria, and curcumin content contained therein. The aim of this research was to investigate the
contamination of endosulfan and malathion pesticides, aflatoxin B1, Escherichia coli microbial
contamination, Salmonella sp., Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa, as well as to know the
content of curcumin contained in turmeric rhizomes. The sample in this research was taken from Wonogiri
region of Central Java, Indonesia by random sampling. The methods used were HPLC for Aflatoxin B1
analysis and curcumin and Gas Chromatography for residual pesticide analysis of Endosulfan and
Malathion pesticides. Microbial testing included the establishment of Total Plate Count, AKK, MPN
Coliform, and analysis of Escherichia coli microbial contamination, Salmonella sp., Staphylococcus aureus
and Pseudomonas aeruginosa. The results showed that the samples were not contaminated by Aflatoxin B1
and Endosulfan pesticides, but contained a residual malathion with levels of 0.014 mg/kg. Microbial test
results showed that the turmeric samples from the Wonogiri market did not meet the quality requirements
due to contamination of Salmonella sp. and the chopped AKK exceeded the specified limits.
Mirabilis jalapa Linn. is an important medicinal plant and used extensively by the people from different
countries for the treatment of several disorders. The plant was the raw material for the herb-drug product, so some
parameters identified were needed to ensure the safety, quality and efficacy of the product. Objective: The aim of this
study was to undertake pharmacognostical studies to fulfill the work required for the identification the M. jalapa plant,
which is collected from the Bogor area, Indonesia. Methods: Macroscopic and microscopic evaluation, fluorescence
standards, phytochemical screening and physicochemical parameters were carried out on the above plant. Results: The
parameters values of total ash, water soluble and acid insoluble ash were obtained 11.81, 5.06 and 0.41%, respectively.
Moisture content, alcohol, water and ether soluble extractive were found to be 12.41, 11.02, 18.63 and 7.17% respectively.
The results of preliminary phytochemical analysis of aqueous ethanolic extract of this drug were positive for alkaloids,
tannins, flavonoids, steroid, triterpenoids, saponin, phenols, glycosides and carbohydrate. Thin layer chromatography
(TLC) of alcoholic, chloroform and aqueous extracts showed 9, 7 and 4 spots respectively. Conclusion: The present
study on botanical pharmacognosy and TLC profile of this plant above thus provides useful information for correct identification
and quality control parameters for the crude drugs, and also will be useful in making monograph of the plant.
Objective: The purpose of this study was to investigate the arginase inhibitory activity, antioxidant
activity, and also pharmacognostical study of Sterculia macrophylla leaves. The main
component of genus Sterculia was flavonoid that was well known to demonstrate arginase
inhibitory activity. Methods: Sample was extracted gradually using n-hexane, ethyl acetate,
and methanol solvents, subsequently. The n-hexane, ethyl acetate, and methanol extract
were determined for their arginase inhibitory activity. The most active extract was methanol
extract. This extract was determined for its antioxidant activity, arginase inhibitory activity,
identification of chemical compound, chromatogram profile and determined the content of
total flavonoid. The leaves and powder of Sterculia macrophylla were identified with microscopic
and macroscopic evaluation. Results: The most active extract was methanol extract
with IC50 114,659 μg/mL for arginase inhibitory activity and IC50 78.47 μg/mL for DPPH scavenging
activity. The secondary metabolite of methanol extract presence compound of alkaloid,
flavonoid, tannin, terpene, and glycoside. The total flavonoid content was 141.10 mg/gram
extract. The star-shape trichoma was identified as a specific fragment. Conclusion: The methanol
extract of Sterculia macrophylla showed activity as arginase inhibitor and antioxidant.
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan
menjadi obat tradisional. Produk obat tradisional dan tanaman obat yang berkualitas ditentukan salah satunya
oleh mutu dan keamanan ekstrak. Faktor yang dapat mempengaruhi mutu salah satunya adalah daerah tempat
tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa nilai parameter fisikokimia serta kadar
senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitas farmakologis dalam ekstrak etanol 70% bawang putih yang
didapat dari dua tempat tumbuh yaitu Bogor dan Wonosobo. Ekstrak bawang putih yang berasal dari Bogor
menunjukkan hasil kadar sari larut air 62,5684%, kadar sari larut etanol 10,0779%, minyak atsiri 0,7477%,
kadar allyl disulfide 1,8322%, kadar abu 2,3529%, dan kadar abu tidak larut asam 0,1115%. Ekstrak bawang
putih yang berasal dari Wonosobo menunjukkan hasil kadar sari larut air 59,0007%, kadar sari larut etanol
8,9230%, minyak atsiri 0,3400%, kadar allyl disulfide 1,6542%, kadar abu 3,0196%, dan kadar abu tidak
larut asam 0,4974%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disimpulkan ekstrak yang mempunyai mutu
paling baik adalah bawang putih yang berasal dari Bogor dengan nilai parameter spesifik yang lebih tinggi
dan nilai parameter non spesifik yang lebih rendah.
Objective: Rubus fraxinifolius and R. rosifolius are found growing in
mountainous areas of West Java and potentially act as an antioxidant. The
objective of this research was to examine the antioxidant activity of Rubus
rosifolius J. Sm. and R. fraxinifolius Poir. leaves. Methods: Dried leaves
powder were extracted using Soxhlet apparatus with n-hexane, ethyl
acetate, and methanol. The extracts were evaporated, and antioxidant activity
was determined using DPPH free radical scavenger methods as well as
FRAP reduction capability. Total phenolic contents from the extract gave
the best antioxidant activity was measured by the Folin-Ciocalteu method.
Results: IC50 of DPPH scavenging activity of n-hexane, ethyl acetate and
methanolic extracts of R. fraxinifolius were >200; 140.97; and 4.48 ppm,
while for R. rosifolius were >200; 29.67; and 5.17 ppm, respectively.
Percent FRAP capacity of R. fraxinifolius in 25 ppm were 55.65; 89.47; and
97.65 %, while for R. rosifolius were 73.51; 82.83; and 96.5, respectively.
Total phenolic content of the methanolic extract of R. fraxinifolius and
R. rosifolius were 39.0 + 26.5 and 80.62+21.6 mg GAE/g extract.
Conclusion: Both methanolic extracts showed a significant optimum
trapping capability of free radicals and the hexane extracts did not show
antioxidant activity. Thus, it may be concluded that the methanolic extracts
of both leaves possess potent antioxidant properties and had high total
phenolic content. This investigation provides promising results to emphasize
the importance of antioxidant capabilities of both plants.
Objective: The purpose of this study was to investigate the arginase inhibitory activity, antioxidant
activity, and also pharmacognostical study of Sterculia macrophylla leaves. The main
component of genus Sterculia was flavonoid that was well known to demonstrate arginase
inhibitory activity. Methods: Sample was extracted gradually using n-hexane, ethyl acetate,
and methanol solvents, subsequently. The n-hexane, ethyl acetate, and methanol extract
were determined for their arginase inhibitory activity. The most active extract was methanol
extract. This extract was determined for its antioxidant activity, arginase inhibitory activity,
identification of chemical compound, chromatogram profile and determined the content of
total flavonoid. The leaves and powder of Sterculia macrophylla were identified with microscopic
and macroscopic evaluation. Results: The most active extract was methanol extract
with IC50 114,659 μg/mL for arginase inhibitory activity and IC50 78.47 μg/mL for DPPH scavenging
activity. The secondary metabolite of methanol extract presence compound of alkaloid,
flavonoid, tannin, terpene, and glycoside. The total flavonoid content was 141.10 mg/gram
extract. The star-shape trichoma was identified as a specific fragment. Conclusion: The methanol
extract of Sterculia macrophylla showed activity as arginase inhibitor and antioxidant.
Key words: Arginase, Antioxidant, Flavonoid, Pharmacognostical, Sterculia macrophylla.
One of the traditional medicine that can be used to cure cancer is Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg. Based on that fact, this study conducted to determine the in vitro cytotoxic effects of ethyl acetate
fraction and diethyl ether fraction of methanol extract of breadfruit leaves on HeLa cells using MTT assay
method obtained LC50. The results showed that the LC50 values of ethyl acetate fraction was 119.5363 μg/ml,
while the fraction diethyl ether LC50 values was 53.8022 μg/mL. It can be concluded that both fractions
potential as anticancer because the range of the LC50 under 1000 μg/ml, and diethyl ether fraction cytotoxic
activity higher than ethyl acetate fractions.