Perawatan pada alat reproduksi sangat penting karena berisiko terhadap infeksi. Tingkat pengetahuan yang rendah tentang Personal Hygiene saat menstruasi mampu memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan reproduksi terutama terhadap remaja putri. Perempuan yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang Personal Hygiene pada saat menstruasi berisiko lebih rendah untuk terkena Infeksi Saluran Reproduksi bila dibanding dengan wanita yang mempunyai pengetahuan kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Biblioterapi dan Peer Education Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Santriwati di Pesantren Tahfizh Al Quran Al Husna Jonggol. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling terhadap 90 responden yang dibagi dalam kelompok tahap 1 dan 2 eksperimen. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif pada tahap 1 dan Quasy Eksperimental dengan rancangan Non Equivalent Control Group dan menggunakan analisa data uji Wilcoxon dan Kruskal Wallis dengan hasil uji mendapatkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,000 < α (0,05) artinya untuk masing-masing kelompok intervensi dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan untuk peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap personal hygiene saat menstruasi.
Banyak faktor yang mendukung kesembuhan pasien di pelayanan kesehatan,tidak hanya berkaitan dengan ketepatan diagnosis dan pengobatan yang diberikan oleh tim medis, namun psikis pasien yang nyaman karena adanya komunikasi yang baik
selama berobat di pelayanan kesehatan juga mendukung kesembuhan pasien. Tujuan penelitian ini menggambarkan beberapa metode komunikasi di pelayanan kesehatan.Metode yang dilakukan dalam penelitian ini, pengumpulan referensi dalam bentuk artikel yang berkaitan dengan komunikasi di pelayanan kesehatan dari Google. Kata kunci yang
digunakan komunikasi kesehatan dan Healthcare Communication. Penelitian ini berjenis penelitian literatur, penyajian dengan menampilkan hasil review. Analisis penelitian
dengan analisis deskriptif. Hasil menemukan komunikasi yang ada dalam pelayanan Kesehatan, antara pasien dengan tim medis dan antara tim medis dengan tim medis di
pelayanan kesehatan. Komunikasi terapeutik mampu meningkatkan kepuasan pasien dan memberikan ketenangan pasien beserta keluarga. Komunikasi Situation, Background,
Assessment, Recommendation (SBAR) yang baik, meningkatkan motivasi kerja tim medis dan membangun kekompakan kerja tim medis. Implikasi penelitian ini, dasar pengembangan metode komunikasi di pelayanan kesehatan yang lebih baik
Nutritional problems, especially stunting, are still a national priority issue because of the impact on the quality of future generations. South Jakarta City is a megapolitan city where access to health services, easy access to food availability and income levels are in the middle class group of people by 40% with better social welfare categories. The percentage of poor people in South Jakarta City in 2021 is 3.56%, but in fact there are still many stunting toddler cases in South Jakarta. Based on the results of Grebek Stunting, South Jakarta in 2022, there were 649 stunted toddlers. This study aims to analyze the determinant factors that are related and the most dominant with the incidence of stunting in children aged 0-59 months in South Jakarta. The method of this study is Analytic observational study with a Cross Sectional Study design. The sample used is a saturated sample, with a total sample of 1,185 stunted and non-stunted toddlers using secondary data from the Grebek Stunting South Jakarta activity in 2022 with the chi square test analysis and multiple logistic regression tests. The result show variable long history of under five births, economic status, level of adequacy of energy, protein, fat, and carbohydrates, mother's knowledge about proper food processing methods and Handwashing with Soap behavior has a significant relationship with the incidence of stunting (P-value ≤0.05). The variable that is most dominant in the incidence of stunting in toddlers aged 0-59 months in South Jakarta is the Toddler's Birth Length History with OR = 2.211, meaning that toddlers who have a long birth history are 2.2 times less likely to experience stunting. The condition of body length at birth influences the risk of stunting in toddlers, this is also related to the condition of the mother during pregnancy. The better the health condition and nutritional status when pregnant women will reduce the risk of stunting in toddlers.
Kondisi lingkungan dan sosial dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja. Aktivitas
ibadah yang baik, merupakan salah satu solusi mendapatkan ketenangan jiwa dan meningkatkan
kesehatan mental remaja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kontribusi frekuensi aktivitas
ibadah mendukung kesehatan mental remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan desain Cross Sectional. Jumlah sampel 49 remaja. Sampel penelitian ini adalah sebagian
remaja yang berusia 15 – 19 tahun. Teknik sampling yang digunakan Quota Sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Kuesioner disebar melalui Google Form. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis Chi Square. Hasil menunjukkan remaja dengan kesehatan mental yang baik, memiliki frekuensi aktivitas baca Qur’an, frekuensi aktivitas sholat
sunnah, frekuensi aktivitas dzikir, dan frekuensi aktivitas sedekah. Kesimpulan dalam penelitian ini, frekuensi aktivitas ibadah mendukung kesehatan mental remaja.
Dampaknya remaja mengalami kecemasan, ketakutan, kesusahan, stress, depresi, frustasi, kemarahan, penyangkalan, dan gangguan tidur. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan ceramah dan konseling spiritual untuk mendukung kesehatan mental remaja. Mitra-mitra kegiatan ini merupakan perkumpulan masyarakat dalam bidang konseling kesehatan keluarga yang sudah sering bekerjasama dengan Tim Pengusul Pengabdian Masyarakat. Mitra kegiatan ini ada 2 yakni Rumah
Cinta Keluarga Indonesia di Srengseng Sawah dan Jagakarsa. Sasaran kegiatan ini adalah remaja berumur 19-21 tahun. Mitra akan membantu dalam pengumpulan sasaran kegiatan. Peserta kegiatan 49 orang. Keberhasilan kegiatan konseling ini terlihat dari antusias peserta, diskusi dan tanya jawab
dari peserta. Kegiatan akan berlangsung secara daring. Tahap awal, peserta mengisi google form sebagai pendaftaran sebagai peserta. Tahap kedua, dilanjutkan dengan pelaksanaan kajian dengan metode ceramah, Tahap ketiga, pelaksanaan konseling spiritual. Tahap keempat, pelaksanaan
ceramah dan konseling. Tahapan selanjutnya, evaluasi kegiatan. Kegiatan evaluasi secara perencanaan dan pelaksanaan dari peserta kegiatan dan mitra. Hasil kegiatan menunjukkan keberhasilan kegiatan kajian dan konseling spritual menunjukkan keberhasilan, terlihat dari
semangat dan antusias peserta mengikuti acara tersebut dan memberikan banyak pertanyaan. Kegiatan ini disarankan untuk sering dilakukan untuk remaja, karena akan membantu mendapatkan ketenangan untuk remaja.
Banyak faktor yang mendukung kesembuhan pasien di pelayanan kesehatan,
tidak hanya berkaitan dengan ketepatan diagnosis dan pengobatan yang diberikan oleh
tim medis, namun psikis pasien yang nyaman karena adanya komunikasi yang baik
selama berobat di pelayanan kesehatan juga mendukung kesembuhan pasien. Tujuan
penelitian ini menggambarkan beberapa metode komunikasi di pelayanan kesehatan.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini, pengumpulan referensi dalam bentuk artikel
yang berkaitan dengan komunikasi di pelayanan kesehatan dari Google. Kata kunci yang
digunakan komunikasi kesehatan dan Healthcare Communication. Penelitian ini berjenis
penelitian literatur, penyajian dengan menampilkan hasil review. Analisis penelitian
dengan analisis deskriptif. Hasil menemukan komunikasi yang ada dalam pelayanan
Kesehatan, antara pasien dengan tim medis dan antara tim medis dengan tim medis di
pelayanan kesehatan. Komunikasi terapeutik mampu meningkatkan kepuasan pasien dan
memberikan ketenangan pasien beserta keluarga. Komunikasi Situation, Background,
Assessment, Recommendation (SBAR) yang baik, meningkatkan motivasi kerja tim
medis dan membangun kekompakan kerja tim medis. Implikasi penelitian ini, dasar
pengembangan metode komunikasi di pelayanan kesehatan yang lebih baik