Asam sitrat digunakan sebagai sumber asam karena mudah bereaksi sehingga
meningkatkan waktu melarut dalam sediaan tablet effervescent. Pada penelitian
ini ekstrak dibuat menjadi sediaan tablet effervescent yang bertujuan untuk
mengetahui apakah peningkatan konsentrasi asam sitrat sebagai sumber asam
dapat memperbaiki sifat fisik tablet effervescent. Ekstrak kering kulit buah
manggis yang diperoleh dimaserasi dengan air kemudian dibuat serbuk dengan
spray drying. Ekstrak kering yang diperoleh dibuat menjadi 5 formula tablet
effervescent dengan konsentrasi asam sitrat yang berbeda yaitu, 15%, 20%,
25%, 30% dan 35%. Tablet yang sudah jadi kemudian dievaluasi sifat fisiknya,
meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan,
kerapuhan dan waktu melarut. Hasil evaluasi uji waktu melarut yang diperoleh
dari formula 1 hingga formula 5 yaitu 10,50±0,57 menit, 4,52±1,04 menit,
3,32±0,13 menit, 3,13±0,14 menit dan 3,42±0,14 menit. Dari data analisa
statistik waktu melarut ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari kelima formula. Dapat disimpulkan
bahwa peningkatan konsentrasi asam sitrat sebagai sumber asam dapat
meningkatkan sifat fisik tablet yaitu meningkatkan waktu melarut, sedangkan
asam sitrat dengan konsentrasi 35% dapat menurunkan waktu melarut tablet
effervescent ekstrak kering kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).
Kata Kunci : Ekstrak Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),
Effervescent, Asam Sitrat
Daun sirsak memiliki kandungan antioksidan berupa senyawa flavonoid. Untuk
memudahkan penggunaan maka dibuat dalam bentuk sediaan masker gel peel off.
Masker peel off dibuat dengan mengkombinasikan carbomer 940 dan PVA, agar
diperoleh masker peel off yang memiliki lapisan film yang kuat, elastik, tebal dan
cepat mengering. Tujuan dilakukan penelitian ini, mengetahui konsentrasi yang
optimal dari kombinasi konsentrasi carbomer 940 dan PVA terhadap stabilitas
fisik masker gel peel off. Ekstrak kental daun sirsak diformulasikan menjadi 3
formula dalam bentuk sediaan masker gel peel off dengan kombinasi carbomer
940 (0,2%-0,4%) dan PVA (10%). Selanjutnya dievaluasi melalui uji
organoleptis, homogenitas, waktu kering, pH, sifat alir, viskositas serta uji
pemisahan fase. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan ketiga
formula tidak terjadi pemisahan fase dan konsentrasi carbomer 0,2% merupakan
konsentrasi yang optimal.
Kata Kunci: Daun sirsak, carbomer 940 dan PVA, masker peel off, stabilitas
fisik.
Ekstrak etanol buah ceremai berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui memiliki
kegunaan sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi asam stearat dan minyak kelapa terhadap formulasi sabun padat
transparan sehingga dapat memenuhi syarat. Pada penelitian ini sabun transparan
ekstrak etanol buah ceremai dibuat dalam 4 formula dengan konsentrasi asam sterat
dan minyak kelapa yang berbeda-beda yaitu asam stearat dengan konsentrasi 12%,
10%, 8%, 6%, dan konsentrasi minyak kelapa 12%, 14%, 16%, 18%,. Pengujian
yang dilakukan meliputi uji organoleptis, tinggi busa, pH, kekerasan, transparansi
dan kadar air. Hasil perhitungan statistik ANOVA satu arah terhadap data tinggi
busa dan kekerasan diperoleh p<0,05 yang menyatakan terdapat perbedaan yang
bermakna antara formula 1-4. Berdasarkan hasil penelitian terhadap data tinggi
busa dan kekerasan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penurunan konsentrasi
asam stearat dan peningkatan minyak kelapa pada tiap formula maka kekerasan dari
sabun yang dihasilkan semakin menurun, dan dengan penurunan konsentrasi asam
stearat dan peningkatan minyak kelapa pada tiap formula tinggi busa yang
dihasilkan akan semakin meningkat.
Kata Kunci: Sabun, Ekstrak Etanol Buah ceremai, Asam Stearat, Minyak kelapa
Flukonazol adalah obat antijamur triazole sintesis yang digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial dan sistemik. Pengobatan secara sistemis adalah membuat sediaan penghantaran transdermal dengan tujuan memaksimalkan aliran obat ke dalam sirkulasi sistemik, yaitu dengan dibuat ke dalam sediaan mikroemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik yang baik pada mikroemulsi flukonazol dengan peningkatan tween 80 sebagai surfaktan dan 1-butanol sebagai kosurfaktan serta Isopropil palmitat sebagai fase minyak. Penelitian ini diawali dengan pembentukkan daerah mikroemulsi. Dari hasil preformulasi didapatkan formula mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi surfaktan kosurfaktan F1 (16,5 % : 5,5 %) F2 (17,25 % : 5,75 %) F3 (18 % : 6 %) F4 (18,75 % : 6,25 %). Kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik yang meliputi organoleptis, pH, cycling test,sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, potensial zeta, dan indeks polidispersitas. Hasil yang didapat pada penelitian ini, terdapat pemisahan fase pada formula 1 dan 2. Hasil pengukuran pH yang meningkat setiap minggu pengujian, serta terdapat penurunan nilai viskositas F2 pada minggu ke 4, sedangkan F1, F3, dan F4 mengalami kenaikkan. Sedangkan pada pengukuran PSA dimana ukuran partikel berkisar 20,2-90,1; indeks polidispersitas 0,167-0,571; dan potensial zeta -6,02 sampai -20,3 mV. Dimana formula yang memiliki stabilitas paling baik adalah formula 3.
Kata kunci: Flukonazol, Mikroemulsi, Surfaktan, Kosurfaktan.
Uji Stabilitas
Flukonazol adalah obat antijamur triazol yang bersifat hidrofobik dan memiliki efek samping pada sistem pencernaan. Salah satu cara untuk menghindari efek samping yang terjadi pada sediaan oral adalah dengan pemberian obat secara topikal, salah satu sediaan yang diberikan secara topikal adalah sediaan mikroemulsi. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan. Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan Sorbitol. Penelitian ini diawali dengan pembuatan daerah mikroemulsi. Setelah didapatkan daerah mikroemulsi diperoleh konsentrasi dengan komposisi minyak kelapa sawit 6%, Tween 80 : Sorbitol (1:1) dengan masing-masing konsentrasi FI (31%), FII (32%), FIII (33%) dan FIV (34%). Pada penelitian ini dilakukan evaluasi organoleptis, pH, cycling test, sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, zeta potensial dan indeks polidispersitas. Pada uji organoleptis, FI mengalami pemisahan fase pada minggu ke-8 sedangkan FII, FIII dan FIV tetap stabil dalam penyimpanan. Pada pengujian cycling test maupun uji sentrifugasi keempat formula tidak mengalami pemisahan fase. Hasil penelitian yang diperoleh dari parameter viskositas adalah 278,01 hingga 837,64 cPs, pH 5,88 hingga 6,49, ukuran partikel 15,17 hingga 105,00 nm, zeta potensial -4,92 hingga -17,46 mV dan indeks polidispersitas 0,122 hingga 0,571. Pada stabilitas fisik mikroemulsi flukonazol terjadi peningkatan nilai viskositas dan ukuran partikel serta terjadi penurunan nilai pH dan potensial zeta. Maka dapat disimpulkan FII memiliki stabilitas yang stabil pada sediaan mikroemulsi flukonazol, karena tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Kata kunci: Mikroemulsi, Flukonazol, Tween 80 dan Sorbitol.
Flukonazol adalah obat antijamur triazole sintesis yang digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial dan sistemik. Pengobatan secara sistemis adalah membuat sediaan penghantaran transdermal dengan tujuan memaksimalkan aliran obat ke dalam sirkulasi sistemik, yaitu dengan dibuat ke dalam sediaan mikroemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik yang baik pada mikroemulsi flukonazol dengan peningkatan tween 80 sebagai surfaktan dan 1-butanol sebagai kosurfaktan serta Isopropil palmitat sebagai fase minyak. Penelitian ini diawali dengan pembentukkan daerah mikroemulsi. Dari hasil preformulasi didapatkan formula mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi surfaktan kosurfaktan F1 (16,5 % : 5,5 %) F2 (17,25 % : 5,75 %) F3 (18 % : 6 %) F4 (18,75 % : 6,25 %). Kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik yang meliputi organoleptis, pH, cycling test,sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, potensial zeta, dan indeks polidispersitas. Hasil yang didapat pada penelitian ini, terdapat pemisahan fase pada formula 1 dan 2. Hasil pengukuran pH yang meningkat setiap minggu pengujian, serta terdapat penurunan nilai viskositas F2 pada minggu ke 4, sedangkan F1, F3, dan F4 mengalami kenaikkan. Sedangkan pada pengukuran PSA dimana ukuran partikel berkisar 20,2-90,1; indeks polidispersitas 0,167-0,571; dan potensial zeta -6,02 sampai -20,3 mV. Dimana formula yang memiliki stabilitas paling baik adalah formula 3.
Kata kunci: Flukonazol, Mikroemulsi, Surfaktan, Kosurfaktan
Penggunaan balsem dengan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit dapat menyebabkan rasa panas dan lengket di jari tangan. Pembuatan balsam stik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut. Balsem stick dipengaruhi oleh komponen-komponen yang digunakan yaitu minyak, lilin dan lemak. Penggunaan minyak dan lemak yang memiliki kandungan asam lemak dan bobot molekul yang berbeda akan mempengaruhi sifat fisik balsem stick. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan VCO, minyak zaitun dan minyak jagung dengan pengikat antara Adeps lanae dan Vaselin alba terhadap sifat fisik balsem stick metil salisilat. Semua sediaan balsam stik dibuat dengan metode yang sama dan dievalusi meliputi uji organoleptik, homogenitas, kekerasan dan titik lebur. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan titik lebur dan kekerasan, namun semua formula memenuhi persyaratan sifat fisik balsem stick. Formula dengan VCO dan variasi Adeps lanae menunjukan titik lebur dan kekerasan tertinggi yaitu 65,760C dan 2,13 mm. Hasil data statistik Kruskal Wallis menunjukkan sig < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan dari setiap formula. Berdasarkan hasil pengamatan disimpulkan bahwa VCO dengan Adeps lanae dalam kombinasi Carnauba wax dan Cera alba memberikan titik lebur, kekerasan dan nilai yield value yang tinggi.
As a drug delivery system, ketoconazole microemulsion in virgin coconut oil (oil phase) is added with a thickening agent to create transdermal dosage form. This study aimed to compare the physical stabilities of ketoconazole microemulsions formed with different thickeners, namely Carbopol 934 and Carbopol 941. The formula used varying concentrations of Carbopol 934 and Carbopol 941, i.e., 0.15% and 0.25%. The stability was observed during eight-week storage in which the conditions were controlled by different degrees of temperature, i.e., 40C, 25-300C (room temperature), and 400C. The stability tests included organoleptic observation, pH, surface tension, viscosity, particle size, and zeta potential. Based on the Kruskal-Wallis test results, ketoconazole microemulsion with Carbopol 941 that had been stored in different temperature showed a significant difference in particle size (significance value< 0.05), but it did not apply to Carbopol 934. The evaluation revealed that compared to 0.25% of Carbopol 934, microemulsion with 0.15% of Carbopol 934 had a smaller difference between the time intervals. This research concluded that the use of 0.15% of Carbopol 934 as a thickener in ketoconazole microemulsion had better physical stability compared to Carbopol 941 due to the influence of temperature and length of storage.
Citric acid is an acid source in effervescent tablet it reacts rapidly, can increase dissolving time. In this research, extract was made into effervescent tablet. The research aimed at knowing increased concentration of citric acid as acid source can improve the physical characteristic of effervescent tablet. Pericarp mangosteen dry extracts macerated by water, and powder made by spray dryer. Dry extract was made into 5 formulas effervescent tablet with the different concentrations of citric acid, 15%, 20%, 25%, 30% and 35% as acid sources. The tablets were evaluated included organoleptic evaluation, weight uniformity, size uniformity, hardness, friability, and dissolving times. The result of dissolving time are 10,50±0,57 minutes, 4,52±1,04 minutes, 3,32±0,13 minutes, 3,13±0,14 minutes and 3,42±0,14 minutes. By one way ANOVA test dissolving time data showed differences each other 95% in signifigancies. It can be concluded that increasing of citric acid gave effect on dissolving time, and the citric acid with concentration of 35% can reduce dissolving time of the pericarp mangosteen (Garcinia mangostana L.) dry extract effervescent tablets.
As a drug delivery system, ketoconazole microemulsion in virgin coconut oil (oil phase) is added with a thickening agent to create transdermal dosage form. This study aimed to compare the physical stabilities of ketoconazole microemulsions formed with different thickeners, namely Carbopol 934 and Carbopol 941. The formula used varying concentrations of Carbopol 934 and Carbopol 941, i.e., 0.15% and 0.25%. The stability was observed during eight-week storage in which the conditions were controlled by different degrees of temperature, i.e., 40C, 25-300C (room temperature), and 400C. The stability tests included organoleptic observation, pH, surface tension, viscosity, particle size, and zeta potential. Based on the Kruskal-Wallis test results, ketoconazole microemulsion with Carbopol 941 that had been stored in different temperature showed a significant difference in particle size (significance value< 0.05), but it did not apply to Carbopol 934. The evaluation revealed that compared to 0.25% of Carbopol 934, microemulsion with 0.15% of Carbopol 934 had a smaller difference between the time intervals. This research concluded that the use of 0.15% of Carbopol 934 as a thickener in ketoconazole microemulsion had better physical stability compared to Carbopol 941 due to the influence of temperature and length of storage.
Amilum sukun dapat digunakan sebagai pengikat pada tablet kunyah karena terdiri dari amilosa dan amilopektin karena dapat meningkatkan daya kohesifitas dan membentuk ikatan yang baik pada serbuk. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) mampu membunuh pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sehingga dapat berfungsi untuk mencegah karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan amilum sukun terhadap karakteristik fisik tablet kunyah ekstrak daun jambu biji. Tablet kunyah ini dibuat dalam 4 formula yang masing – masing formula terdiri dari mucilago amilum sukun 10 %, 13%, 16% dan 19%. Amilum sukun sebagai pengikat didapat dari buah sukun yang hampir matang dan dihancurkan lalu direndam hingga terjadi pemisahan antara air rendaman dan amilum, selanjutnya amilum dikeringkan dan dibuat mucilago untuk ditambahkan ke dalam formula. Hasil karakteristik amilum, serbuk yang didapat benar adalah amilum sukun. Granul yang dihasilkan dievaluasi kemampuan mengalir dan distribusi ukuran partikel. Selanjutnya, granul dibuat menjadi tablet kunyah. Hasil evaluasi tablet kunyah menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi mucilago amilum sukun mampu meningkatkan kekerasan dan menurunkan keregasan dari tablet kunyah.
Amilum sukun dapat digunakan sebagai pengikat pada tablet kunyah karena terdiri dari amilosa dan amilopektin karena dapat meningkatkan daya kohesifitas dan membentuk ikatan yang baik pada serbuk. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) mampu membunuh pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sehingga dapat berfungsi untuk mencegah karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan amilum sukun terhadap karakteristik fisik tablet kunyah ekstrak daun jambu biji. Tablet kunyah ini dibuat dalam 4 formula yang masing – masing formula terdiri dari mucilago amilum sukun 10 %, 13%, 16% dan 19%. Amilum sukun sebagai pengikat didapat dari buah sukun yang hampir matang dan dihancurkan lalu direndam hingga terjadi pemisahan antara air rendaman dan amilum, selanjutnya amilum dikeringkan dan dibuat mucilago untuk ditambahkan ke dalam formula. Hasil karakteristik amilum, serbuk yang didapat benar adalah amilum sukun. Granul yang dihasilkan dievaluasi kemampuan mengalir dan distribusi ukuran partikel. Selanjutnya, granul dibuat menjadi tablet kunyah. Hasil evaluasi tablet kunyah menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi mucilago amilum sukun mampu meningkatkan kekerasan dan menurunkan keregasan dari tablet kunyah.
As a drug delivery system, ketoconazole microemulsion in virgin coconut oil (oil phase) is added with a thickening agent to create transdermal dosage form. This study aimed to compare the physical stabilities of ketoconazole microemulsions formed with different thickeners, namely Carbopol 934 and Carbopol 941. The formula used varying concentrations of Carbopol 934 and Carbopol 941, i.e., 0.15% and 0.25%. The stability was observed during eight-week storage in which the conditions were controlled by different degrees of temperature, i.e., 40C, 25-300C (room temperature), and 400C. The stability tests included organoleptic observation, pH, surface tension, viscosity, particle size, and zeta potential. Based on the Kruskal-Wallis test results, ketoconazole microemulsion with Carbopol 941 that had been stored in different temperature showed a significant difference in particle size (significance value< 0.05), but it did not apply to Carbopol 934. The evaluation revealed that compared to 0.25% of Carbopol 934, microemulsion with 0.15% of Carbopol 934 had a smaller difference between the time intervals. This research concluded that the use of 0.15% of Carbopol 934 as a thickener in ketoconazole microemulsion had better physical stability compared to Carbopol 941 due to the influence of temperature and length of storage.
Kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca) mengandung senyawa pektin 0,9% dari bobot kering nya, pektin banyak digunakan daiam industri makanan maupun industri farmasi sebagai stabilizer atau thickener. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi pembuatan pasta gigi dari kulit
pisang kepok (Musa paradisiaca) sebagai pengikat serta stabilitas fisiknya dari pasta gigi tersebut. Pada penelitian ini dibuat 4 fo rmula yang menggunakan pektin 2 %, 2,5 %, 3%, dan 3,5% sebagai pengikat dalam pasta gigi, selanjutnya dilakukan uji stabilitas pada ke 4 formula pasta gigi. Semua formula memiliki viskositas yang berbeda dan tidak mengalami perubahan selama penyimpanan 6 minggu. Formula 1, 2, dan 4 menunjukkan terjadinya pemisahan pada uji freeze thaw. Dari hasil penelitian ini dapat disilnpulakan balnva pektin kulit buah pisang kepok dapat digunakan sebagai pengikat dalam pasta gigi dan konsentarsi pektin kulit buah pisang kepok sebanyak 3 % yang paling stabil selama penyimpanan.
Pelaksanaan pengabdian ini bertujuan agar para guru mampu mengelola obat yang tepat dan benar di UKS sekolah-sekolah Muhammadiyah Wilayah DKI Jakarta. Adapun manfaat dari pengabdian ini agar dapat meningkatkan derajat kualitas kesehatan di lingkungan sekolah. Target yang dicapai adalah peningkatan pemahamam para guru penanggung jawab UKS SD, SMP, SMA wilayah PWM DKI Jakarta dengan cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang Obat (DAGUSIBU) sehingga dapat meningkatkan derajat kualitas kesehatan di lingkungan sekolah tersebut Metode pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yakni dengan metode ceramah (pemberian materi) dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Hasil kegiatan menunjukkan peningakatan pengetahuan dan pemahamam para guru penganggung jawab UKS SD, SMP, SMA wilayah PWM DKI Jakarta terhadap DAGUSIBU.