Daun bidara (Ziziphus mauritiana Lamk) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat
sebagai antimikroba. Sediaan gel dibuat untuk memudahkan penggunaan secara topikal.
Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) merupakan salah satu basis gel yang dapat
menghasilkan gel yang bening, mudah larut dalam air, tidak mengiritasi kulit. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi HPMC sebagai basis gel terhadap
stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun bidara. Daun bidara diformulasikan menjadi
sediaan gel dengan masing-masing konsentrasi HPMC 1,75%, 1,85% dan 2%. Gel yang
telah jadi kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik meliputi organoleptis,
homogenitas, daya lekat, daya sebar, pH, viskositas dan sifat alir, sentrifugasi dan freeze
thaw. Hasil nilai pH sediaan gel berkisar 5,27 ± 0,02, viskositas gel ketiga formula
berkisar antara 29240 ± 1627,87 cPs, daya sebar ketiga formula berkisar antara 5,65 ±
0,07 cm, dan daya lekat ketiga formula berkisar 5,29 ± 0,04 detik. Kesimpulan penelitian
ini menunjukan bahwa peningkatan konsentrasi HPMC tidak terjadi perubahan pada
organoleptis dan homogenitas, dapat meningkatkan viskositas dan daya lekat, serta
mampu menurunkan nilai daya sebar pada sediaan gel. Konsentrasi HPMC 2%
merupakan konsentrasi yang terbaik pada sediaan gel ekstrak daun bidara.
Kata kunci : Ekstrak daun bidara, HPMC, Stabilitas Fisik.
Gliseril monostearat merupakan golongan nonionik yang mengandung bahan
alkohol bermolekul tinggi dan merupakan emulgator yang apabila peningkatan
konsentrasinya dapat meningkatkan konsistensi dan viskositas sediaan krim.
Konsentrasi gliseril monostearat yang digunakan 8%, 10%, 12%. Tujuan
penelitian untuk untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gliseril
monostearat (GMS) terhadap karakteristik fisik sediaan krim ekstrak etanol 70%
kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) dan uji aktivitas
antioksidannya. Penelitian diawali dengan pembuatan krim, pengujian fisik krim
dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil uji statistik ANOVA
satu arah untuk uji pH, uji daya sebar,uji daya lekat dan uji viskositas diperoleh
nilai p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Hasil IC50 yang diperoleh berturut turut terhadap formula 1, 2, dan 3 yaitu 3,69
ppm; 3,98 ppm; dan 4,78 ppm. Formula 3 merupakan formula terbaik yang
mendekati nilai aktivitas antioksidan kontrol positif yaitu vitamin C dengan nilai
5,83 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan variasi konsentarsi
gliseril monostearat tidak berpengaruh terhadap karakteristik fisik krim ekstrak
kulit buah naga super merah tetapi meningkatkan aktivitas antioksidannya.
Kata kunci: Ekstrak Kulit Buah Naga, Krim, Gliseril Monostearat, Antioksidan
Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantiifolia), merupakan salah satu tanaman obat
yang dapat digunakan sebagai antimokroba dalam mulut. Pada penelitian ini, air
perasan jeruk nipis diformulasikan dalam bentuk edible film dengan penambahan
superdisintegrant untuk mempercepat waktu hancur edible film. Crospovidone
merupakan salah satu bahan tambahan yang berfungsi sebagai superdisintegrant.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan
superdisintegrant terhadap waktu hancur edible film dengan target waktu hancur
5-30 detik. Pada pembuatan formulasi edible film ini, pati biji alpukat sebagai
polimer dibuat massa gel dan ditambahkan superdisintegrant crospovidone
dengan variasi konsentrasi 2%, 3%, 4% dan 5%. Hasil penelitian menunjukan
bahwa semua konsentrasi crospovidone dapat mempercepat waktu hancur edible
film, namun hasil yang terbaik ditunjukkan oleh konsentrasi 2% dengan waktu
hancur rata-rata 24,15 detik. Dari hasil uji Tukey diketahui bahwa variasi
konsentrasi crospovidone menghasilkan perbedaan yang bermakna terhadap
waktu hancur edible film. Semakin tinggi konsentrasi crospovidone, maka
semakin memperlama waktu hancur edible film.
Kata kunci: Jeruk nipis, superdisintegran, crospovidone, edible film.
Serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) mempunyai kandungan minyak atsiri seperti sitronelal yang berkhasiat sebagai repelan. Untuk memudahkan dalam penggunaan maka dibuat sediaan gel. Pada pembuatan gel digunakan gelling agent yaitu HPMC. HPMC merupakan gelling agent yang sering digunakan dalam produksi kosmetik dan obat, karena dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut dalam air, dan mempunyai ketoksikan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi hpmc sebagai gelling agent. Minyak atsiri serai wangi diformulasikan menjadi sediaan gel dengan masing-masing konsentrasi HPMC 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, 4%. Gel yang telah jadi dilakukan evaluasi kestabilan fisik yang meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya sebar, daya lekat, pH, viskositas, dan uji pemisahan fase yang meliputi freeze thaw dan sentrifugasi. Hasil uji evaluasi fisik kelima formula tidak mengalami perubahan pada uji organoleptis dan homogenitas. Nilai pH gel berkisar pada 4,44-6,26, viskositas gel kelima formula berkisar antara 116000-612333,3 Cps. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi HPMC tidak meningkatkan dan menurunkan organoleptis dan homogenitas, tetapi mampu meningkatkan viskositas dan daya lekat, serta mampu menurunkan nilai pH dan daya sebar.
Kata Kunci: Minyak Atsiri Serai Wangi, HPMC, Stabilitas Fisik
Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri 1% yang mampu sebagai antipanu.
Untuk mempermudah penggunaan, ekstrak rimpang lengkuas dibuat menjadi sediaan
spray gel dengan menggunakan sorbitol sebagai plasticizer. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi sorbitol sebagai plasticizer
terhadap sifat fisik spray gel. Spray gel dibuat menjadi 5 formula dengan masingmasing
konsentrasi sorbitol 2%, 3%, 4%, 5%, 6%. Tiap formula dievaluasi meliputi uji
organoleptis, homogenits, pH, viskositas, sifat alir, bobot dan pola penyemprotan, daya
lekat, freeze-thaw selama 6 siklus dan sentrifugasi. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan one way ANOVA (p < 0,05) kemudian diuji tukey. Hasil penelitian
meunjukkan nilai pH berkisar 7,01 – 5,98, nilai viskositas berkisar 1913 – 3390 cPs.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan peningkatan konsentrasi sorbitol tidak
mempengaruhi hasil pada uji organoleptis dan homogenitas, tetapi menyebabkan
meningkatnya nilai viskositas dan daya lekat, serta penurunan nilai pH, bobot dan pola
penyemprotan.
Kata Kunci: Spray gel, plasticizer, sorbitol, rimpang lengkuas
Flukonazol adalah obat antijamur triazole sintesis yang digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial dan sistemik. Pengobatan secara sistemis adalah membuat sediaan penghantaran transdermal dengan tujuan memaksimalkan aliran obat ke dalam sirkulasi sistemik, yaitu dengan dibuat ke dalam sediaan mikroemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik yang baik pada mikroemulsi flukonazol dengan peningkatan tween 80 sebagai surfaktan dan 1-butanol sebagai kosurfaktan serta Isopropil palmitat sebagai fase minyak. Penelitian ini diawali dengan pembentukkan daerah mikroemulsi. Dari hasil preformulasi didapatkan formula mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi surfaktan kosurfaktan F1 (16,5 % : 5,5 %) F2 (17,25 % : 5,75 %) F3 (18 % : 6 %) F4 (18,75 % : 6,25 %). Kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik yang meliputi organoleptis, pH, cycling test,sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, potensial zeta, dan indeks polidispersitas. Hasil yang didapat pada penelitian ini, terdapat pemisahan fase pada formula 1 dan 2. Hasil pengukuran pH yang meningkat setiap minggu pengujian, serta terdapat penurunan nilai viskositas F2 pada minggu ke 4, sedangkan F1, F3, dan F4 mengalami kenaikkan. Sedangkan pada pengukuran PSA dimana ukuran partikel berkisar 20,2-90,1; indeks polidispersitas 0,167-0,571; dan potensial zeta -6,02 sampai -20,3 mV. Dimana formula yang memiliki stabilitas paling baik adalah formula 3.
Kata kunci: Flukonazol, Mikroemulsi, Surfaktan, Kosurfaktan.
Uji Stabilitas
Flukonazol adalah obat antijamur triazol yang bersifat hidrofobik dan memiliki efek samping pada sistem pencernaan. Salah satu cara untuk menghindari efek samping yang terjadi pada sediaan oral adalah dengan pemberian obat secara topikal, salah satu sediaan yang diberikan secara topikal adalah sediaan mikroemulsi. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan. Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan Sorbitol. Penelitian ini diawali dengan pembuatan daerah mikroemulsi. Setelah didapatkan daerah mikroemulsi diperoleh konsentrasi dengan komposisi minyak kelapa sawit 6%, Tween 80 : Sorbitol (1:1) dengan masing-masing konsentrasi FI (31%), FII (32%), FIII (33%) dan FIV (34%). Pada penelitian ini dilakukan evaluasi organoleptis, pH, cycling test, sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, zeta potensial dan indeks polidispersitas. Pada uji organoleptis, FI mengalami pemisahan fase pada minggu ke-8 sedangkan FII, FIII dan FIV tetap stabil dalam penyimpanan. Pada pengujian cycling test maupun uji sentrifugasi keempat formula tidak mengalami pemisahan fase. Hasil penelitian yang diperoleh dari parameter viskositas adalah 278,01 hingga 837,64 cPs, pH 5,88 hingga 6,49, ukuran partikel 15,17 hingga 105,00 nm, zeta potensial -4,92 hingga -17,46 mV dan indeks polidispersitas 0,122 hingga 0,571. Pada stabilitas fisik mikroemulsi flukonazol terjadi peningkatan nilai viskositas dan ukuran partikel serta terjadi penurunan nilai pH dan potensial zeta. Maka dapat disimpulkan FII memiliki stabilitas yang stabil pada sediaan mikroemulsi flukonazol, karena tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Kata kunci: Mikroemulsi, Flukonazol, Tween 80 dan Sorbitol.
Flukonazol adalah obat antijamur triazole sintesis yang digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial dan sistemik. Pengobatan secara sistemis adalah membuat sediaan penghantaran transdermal dengan tujuan memaksimalkan aliran obat ke dalam sirkulasi sistemik, yaitu dengan dibuat ke dalam sediaan mikroemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik yang baik pada mikroemulsi flukonazol dengan peningkatan tween 80 sebagai surfaktan dan 1-butanol sebagai kosurfaktan serta Isopropil palmitat sebagai fase minyak. Penelitian ini diawali dengan pembentukkan daerah mikroemulsi. Dari hasil preformulasi didapatkan formula mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi surfaktan kosurfaktan F1 (16,5 % : 5,5 %) F2 (17,25 % : 5,75 %) F3 (18 % : 6 %) F4 (18,75 % : 6,25 %). Kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik yang meliputi organoleptis, pH, cycling test,sentrifugasi, viskositas, ukuran partikel, potensial zeta, dan indeks polidispersitas. Hasil yang didapat pada penelitian ini, terdapat pemisahan fase pada formula 1 dan 2. Hasil pengukuran pH yang meningkat setiap minggu pengujian, serta terdapat penurunan nilai viskositas F2 pada minggu ke 4, sedangkan F1, F3, dan F4 mengalami kenaikkan. Sedangkan pada pengukuran PSA dimana ukuran partikel berkisar 20,2-90,1; indeks polidispersitas 0,167-0,571; dan potensial zeta -6,02 sampai -20,3 mV. Dimana formula yang memiliki stabilitas paling baik adalah formula 3.
Kata kunci: Flukonazol, Mikroemulsi, Surfaktan, Kosurfaktan
Thymoquinone adalah senyawa aktif yang terdapat dalam jinten hitam (Nigella sativa L) yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi. Senyawa aktif dari bahan alam memerlukan metode analisis yang valid. Prosedur analisis membutuhkan larutan dapar untuk keberhasilan pengujian. Tujuan penelitian ini untuk validasi metode analisis thymoquinone dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 menggunakan Ultra High Performance Liquid Chromatography (UHPLC). Kondisi kromatografi terdiri dari fase gerak metanol - dapar fosfat pH 7,4 (65:35) dan fase diam kolom C18, laju alir 1,0 mL/menit, volume penyuntikan 1 µL pada λ 258 nm. Hasil analisis diperoleh waktu retensi 1,309 menit. Nilai Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantification (LOQ) adalah 5,4235 µg/mL dan 16,4349 µg/mL. Nilai linieritas yang r= 0.9991, %recovery 94,5551%. Uji presisi konsentrasi16,224 ppm, 40,56 ppm, dan 76,05 ppm nilai %RSD sebesar 0,4021%, 0,3299%, dan 0,3748%. Hasil validasi metode analisis telah memenuhi persyaratan Farmakope Edisi V yang ditetapkan sehingga dapat digunakan untuk analisis thymoquinone dalam larutan dapar fosfat pH 7,4.
Kata kunci : Thymoquinone, UHPLC, Validasi Metode.
A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. mahasiswa diharapkan mampu memahami pembagian ruangan produksi steril.
2. mahasiswa diharapkan mampu memahami persyaratan bangunan dan fasilitas ruangan produksi steril.
3. mahasiswa diharapkan mampu mengetahui memahami definisi/prinis/proses dari steril, sterilitas, dan sterilisasi.
4. mahasiswa diharapkan mampu memproduksi sediaan farmasi steril
5. mahasiswa diharapkan mampu melakukan evaluasi untuk produksi sediaan farmasi steril.
6. mahasiswa diharapkan mampu melakukan sanitasi dan higienis diruangan produksi steril.
B. Indikator Capaian
1. mahasiswa mampu memahami pembagian ruangan produksi steril.
2. mahasiswa mampu memahami persyaratan bangunan dan fasilitas ruangan produksi steril.
3. mahasiswa mampu mengetahui memahami definisi/prinis/proses dari steril, sterilitas, dan sterilisasi.
4. mahasiswa mampu memproduksi sediaan farmasi steril
5. mahasiswa mampu melakukan evaluasi untuk produksi sediaan farmasi steril.
6. mahasiswa mampu melakukan sanitasi dan higienis diruangan produksi steril.
As a drug delivery system, ketoconazole microemulsion in virgin coconut oil (oil phase) is added with a thickening agent to create transdermal dosage form. This study aimed to compare the physical stabilities of ketoconazole microemulsions formed with different thickeners, namely Carbopol 934 and Carbopol 941. The formula used varying concentrations of Carbopol 934 and Carbopol 941, i.e., 0.15% and 0.25%. The stability was observed during eight-week storage in which the conditions were controlled by different degrees of temperature, i.e., 40C, 25-300C (room temperature), and 400C. The stability tests included organoleptic observation, pH, surface tension, viscosity, particle size, and zeta potential. Based on the Kruskal-Wallis test results, ketoconazole microemulsion with Carbopol 941 that had been stored in different temperature showed a significant difference in particle size (significance value< 0.05), but it did not apply to Carbopol 934. The evaluation revealed that compared to 0.25% of Carbopol 934, microemulsion with 0.15% of Carbopol 934 had a smaller difference between the time intervals. This research concluded that the use of 0.15% of Carbopol 934 as a thickener in ketoconazole microemulsion had better physical stability compared to Carbopol 941 due to the influence of temperature and length of storage.
As a drug delivery system, ketoconazole microemulsion in virgin coconut oil (oil phase) is added with a thickening agent to create transdermal dosage form. This study aimed to compare the physical stabilities of ketoconazole microemulsions formed with different thickeners, namely Carbopol 934 and Carbopol 941. The formula used varying concentrations of Carbopol 934 and Carbopol 941, i.e., 0.15% and 0.25%. The stability was observed during eight-week storage in which the conditions were controlled by different degrees of temperature, i.e., 40C, 25-300C (room temperature), and 400C. The stability tests included organoleptic observation, pH, surface tension, viscosity, particle size, and zeta potential. Based on the Kruskal-Wallis test results, ketoconazole microemulsion with Carbopol 941 that had been stored in different temperature showed a significant difference in particle size (significance value< 0.05), but it did not apply to Carbopol 934. The evaluation revealed that compared to 0.25% of Carbopol 934, microemulsion with 0.15% of Carbopol 934 had a smaller difference between the time intervals. This research concluded that the use of 0.15% of Carbopol 934 as a thickener in ketoconazole microemulsion had better physical stability compared to Carbopol 941 due to the influence of temperature and length of storage.
Pelaksanaan pengabdian ini bertujuan agar para guru mampu mengelola obat yang tepat dan benar di UKS sekolah-sekolah Muhammadiyah Wilayah DKI Jakarta. Adapun manfaat dari pengabdian ini agar dapat meningkatkan derajat kualitas kesehatan di lingkungan sekolah. Target yang dicapai adalah peningkatan pemahamam para guru penanggung jawab UKS SD, SMP, SMA wilayah PWM DKI Jakarta dengan cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang Obat (DAGUSIBU) sehingga dapat meningkatkan derajat kualitas kesehatan di lingkungan sekolah tersebut Metode pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yakni dengan metode ceramah (pemberian materi) dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Hasil kegiatan menunjukkan peningakatan pengetahuan dan pemahamam para guru penganggung jawab UKS SD, SMP, SMA wilayah PWM DKI Jakarta terhadap DAGUSIBU.
Sifat fisik balsem stick dipengaruhi oleh komponen yang digunakan yaitu minyak, lilin dan lemak. Penggunaan minyak yang memiliki kandungan asam lemak yang berbeda akan mempengaruhi sifat fisik balsem stick. Pemilihan komponen yang tepat diharapkan akan menghasilkan titik lebur dan kekerasan yang baik dan sesuai dengan persyaratan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minyak zaitun, VCO dan minyak jojoba terhadap sifat fisik balsem stick. Pengujian sifat balsem stick meliputi uji organoleptik, homogenitas, titik lebur dan kekerasan. Hasil pengujian sifat fisik ini diperoleh penggunaan VCO memiliki titik lebur dan kekerasan yang tinggi yaitu 56˚C dan 2,83 mm. Hasil data statistik menunjukkan sig <0,05 yang berarti terdapat perbedaan dari setiap formula. Balsem stick jintan hitam dari setiap fomula dilakukan aktivitas antiinflamasi subakut. Aktivitas antiinflamasi subakut menggunakan metode granuloma pouch dengan penginduksian karagenan. Parameter yang diamati adalah jumlah leukosit total. Hasil data statistik menunjukkan bahwa jumlah leukosit kontrol negatif berbeda bermakna pada seluruh kelompok (p<0,05). Ketiga formula juga menunjukkan jumlah leukosit totalnya berbeda bermakna dengan kelompok positif (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perbedaan jenis minyak pada formula balsem stick jintan hitam tidak mempengaruhi aktivitas antiinflamasi dalam menurunkan jumlah leukosit total.