Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif yang diisolasi dari rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val). Pemanfaatan kurkumin digunakan sebagai anti inflamasi,
anti koagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah,
mengobati sakit perut, karminatif, stimulant, gatal-gatal, diare, dan reumatik (Raharjo
dan Rostiana 2005). Indonesia kunyit banyak dihasilkan dari berbagai daerah,
dimungkinkan tiap daerah kadar kurkuminnya yang terkandung didalamnya akan
berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedan kandungan kurkumin
di daerah Sukoharjo, Wonogiri, Tawangmangu, dan Bogor. Pada penelitian kali ini
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%, kemudian dilanjutkan
dengan identifikasi KLT dan dilanjutkan penetapan kadar dengan KCKT. Hasil
kandungan kurkumin terbesar pada daerah Sukoharjo sebesar 12,4324%, diikuti oleh
Bogor sebesar 9,6653%, selanjutnya Tawangmangu sebesar 8,8014%, dan terakhir
daerah Wonogiri sebesar 7,8482%.
Kata Kunci: Curcuma domestica Val, Kurkumin, KCKT
esterifikasi dengan metode steglich dan mengetahui potensi senyawa vanilil
benzoat sebagai antioksidan dengan metode DPPH. Asam benzoat dan vanilil
alkohol merupakan senyawa fenolik yang diperkirakan memiliki aktivitas
antioksidan. Vanilil alkohol yang dihasilkan pada penelitian ini berasal dari
vanilin yang direduksi menggunakan NaBH4. Esterifikasi vanilil alkohol dengan
asam benzoat menggunakan DCC (Disikloheksilkarbodiimida) dan DMAP (4-
N,N-dimetilaminopiridin) sebagai aktivator dan katalis serta menggunakan
tetrahidrofuran sebagai pelarut. Uji aktivitas antioksidan senyawa hasil sintesis
diperoleh nilai IC50 61,65 ppm, yang berarti senyawa vanilil benzoat ini memiliki
aktivitas antioksidan.
Kata kunci: esterifikasi steglich, vanilil benzoat, asam benzoat, vanilil alkohol, uji
antioksidan DPPH
Telah dilakukan penelitian terhadap air limbah tampungan Laboratorium Kimia
melalui proses penyaringan sederhana dengan menggunakan arang tongkol jagung
sebagai adsorben untuk menyerap ion logam Fe, Cd, Pb dan juga untuk
menurunkan kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical
Oxygen Demand) dalam air limbah Laboratorium Kimia. Uji kadar logam
dilakukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Sedangkan pengujian
BOD menggunakan metode Winkler-alkali iodide azida dan COD dengan metode
refluks tertutup secara titrimetri. Hasil yang diperoleh adalah terjadi penurunan
kadar logam Fe sebesar 25,063%, logam Cd sebesar 18,064%,dan logam Pb
67,069%, sedangkan untuk kadar COD turun sebesar 40,625% dan BOD sebesar
15,681%. Dari hasil analisis menunjukkan terjadi peningkatan kualitas air limbah
laboratorium kimia setelah diperlakukan penyaringan dengan menggunakan arang
tongkol jagung.
Kata kunci : Tongkol jagung, air limbah, logam, BOD, COD, Laboratorium
kimia
Turmeric is one of the plants that can be used as traditional medicine. To improve the quality of turmeric as
a traditional medicine, turmeric must be free from contamination of pesticide residues, aflatoxin, pathogen
bacteria, and curcumin content contained therein. The aim of this research was to investigate the
contamination of endosulfan and malathion pesticides, aflatoxin B1, Escherichia coli microbial
contamination, Salmonella sp., Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa, as well as to know the
content of curcumin contained in turmeric rhizomes. The sample in this research was taken from Wonogiri
region of Central Java, Indonesia by random sampling. The methods used were HPLC for Aflatoxin B1
analysis and curcumin and Gas Chromatography for residual pesticide analysis of Endosulfan and
Malathion pesticides. Microbial testing included the establishment of Total Plate Count, AKK, MPN
Coliform, and analysis of Escherichia coli microbial contamination, Salmonella sp., Staphylococcus aureus
and Pseudomonas aeruginosa. The results showed that the samples were not contaminated by Aflatoxin B1
and Endosulfan pesticides, but contained a residual malathion with levels of 0.014 mg/kg. Microbial test
results showed that the turmeric samples from the Wonogiri market did not meet the quality requirements
due to contamination of Salmonella sp. and the chopped AKK exceeded the specified limits.