Daun iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.) merupakan bahan obat
tradisional yang digunakan oleh masyarakat sebagai demam, abses, lukabernanah,
borokdanwasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol
70% daun iler dalam menyembuhkan luka bakar pada tikus putih jantan yang
diinduksi dengan logam panas. Penelitian ini menggunakan metode Morton yang
telah dimodifikasi dengan menggunkan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 6
kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negatif
(basis krim), kelompok pembanding (silver sulfadiazine) serta kelompok uji I
(konsentrasi 5%), kelompok uji II (konsentrasi 10%) dan kelompok uji III
(konsentrasi 20%). Luka bakar dibuat dengan cara menginduksi logam yang
dimodifikasi dengan solderdiatur pada suhu 100°C selama 5 menit kemudian
ditempelkan pada bagian punggung tikus selama 5 detik. Hasil penelitian
menunjukan ekstrak daun iler konsentrasi 10% dan konsentrasi 20% memiliki
aktivitas sebagai penyembuhan luka bakar yang sebanding dengan kontrol positif
pada hari ke-5 hingga hari ke-21 dengan nilai (p = 0,673 > 0,05) nilai (Cl Lower
Bound = -4.5863) dan (Upper Bound = 12.7013) dan memiliki perbedaan
bermakna dengan kontrol normal (p = 0,000 > 0,05) dan kontrol negatif (p =
0,000 > 0,05)
Kata Kunci : luka bakar, daun iler, silver sulfadiazine
Bunga turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) memiliki aktivitas sebagai
penyembuhan luka terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
ekstrak etanol 70% daun turi terhadap penyembuhan luka bakar. Hewan uji yang
digunakan adalah tikus putih jantan sebanyak 24 ekor dibagi dalam 6 kelompok
perlakuan yaitu kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol positif) diberi
krim silver sulfadiazine, kelompok III (kontrol negatif) diberi basis krim,
kelompok IV, V dan VI diberi ekstrak etanol 70% daun turi dengan konsentrasi
2%, 4%, dan 6%. Luka bakar derajat II dibuat dengan cara menempelkan logam
berdiameter 2 cm yang dimodifikasi dengan solder pada suhu 100ºC selama 5
detik dikulit punggung tikus. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur luas
luka bakar menggunakan Software ImageJ. Data yang diperoleh diuji secara
statistik dengan uji ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil
penelitian menunjukkan krim ekstrak daun turi konsentrasi 4% dan 6% memiliki
aktivitas penyembuhan luka bakar yang sebanding dengan krim silver sulfadiazine
dimulai hari ke-5 hingga ke-21. Sedangkan, konsentrasi 2% tidak memiliki
aktivitas sebagai penyembuh luka bakar. Kesimpulan penelitian ini adalah
konsentrasi 6% memiliki aktivitas penyembuhan luka bakar yang paling baik
dengan nilai (ρ= 0,967 > 0,05 dan CI= -3,5064, 5,8001).
Kata kunci : ekstrak etanol 70%, daun turi, luka bakar, silver sulfadiazine.
Tanaman dapat berkhasiat sebagai anti nyamuk karena mengandung minyak atsiri yang memiliki bau khas. Salah satu tanaman Indonesia yang menghasilkan minyak atsiri adalah pala (Myristica fragrans). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas daya repelan dari biji dan kulit biji buah pala terhadap nyamuk Aedes aegypti. Minyak atsiri diekstraksi menggunakan metode destilasi uap-air. Identifikasi komponen senyawa minyak atsiri dilakukan gas chromatography – mass spectra (GC-MS). Uji efektifitas daya repelan dilakukan dengan mengoleskan minyak atsiri pada konsentrasi 20%, 40%, dan 60% pada lengan bawah relawan. DEET konsentrasi 13% digunakan sebagai bahan pembanding. Hasil menunjukkan profil minyak atsiri dari biji terdapat 18 komponen senyawa kimia dengan komponen yang berkhasiat sebagai repelan yaitu ɑ-pinene (12,98%), D-limonene (3,07%), ß-myrcene (1,85%), sedangkan dari kulit terdapat 19 komponen kimia dengan komponen yang berkhasiat yaitu yaitu ɑ-pinene (15,09%), D-limonene (3,32%), ß-myrcene (2,59%). Persentase daya repelan minyak atsiri biji pada konsentrasi 60% yaitu 90,4% sedangkan pada kulit 91,4%. Biji dan kulit biji buah pala memiliki efektivitas daya repelan yang sama terhadap nyamuk Aedes aegypti (ɑ >0,05) dengan konsentrasi optimum 60% menghasilkan daya repelan masing-masing 90,4% dan 91,2%.
Kata kunci : Minyak atsiri, Myristica fragrans, Aedes aegypti, daya repelan
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Kandungan
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak buah pepaya mentah diduga memiliki
potensi dalam menurunkan kadar asam urat. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol 70% buah pepaya mentah dalam
menurunkan kadar asam urat tikus. Pengujian dilakukan terhadap 24 ekor
tikus yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok normal, kontrol positif
dengan allopurinol (4,107 mg/200gBB), kontrol negatif, dosis I, dosis II, dosis
III (52,45 mg/KgBB, 104,9 mg/KgBB, 209,8 mg/KgBB). Pengujian dilakukan
pada tikus putih jantan yang mengalami hiperurisemia yang diberikan pakan
tinggi purin selama 14 hari dan perlakuan selama 7 hari. Data hasil penurunan
kadar asam urat dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah kemudian
dilanjutkan dengan uji Tukey. Berdasarkan hasil yang diperoleh semua variasi
dosis menunjukkan aktivitas antihiperurisemia yang berbeda bermakna bila
dibandingkan dengan kontrol negatif. Aktivitas antihiperurisemia terbesar
ditunjukkan oleh dosis 3 (209,8 mg/KgBB) dengan presentase penurunan
sebesar 43,46%.
Kata kunci : Buah pepaya mentah, Carica papaya L., Antihiperurisemia,
Allopurinol, Sparague Dawley
hiperglikemia, yang disebabkan kurangnya produksi insulin, resistensi insulin,
atau keduanya. Daun iler dan daun sirih merah dapat menjadi pengobatan
alternatif untuk mengobati diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
dosis minimal kombinasi ekstrak etanol 70% daun iler dan daun sirih merah
dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus (Sparague dawley) yang diinduksi
aloksan. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor.
Yaitu Kontrol negatif, Kontrol positif, kelompok kombinasi dosis I (daun iler 200
mg mg/kg BB dan daun sirih merah 100 mg/kg BB), kelompok kombinasi dosis II
(daun iler 400 mg/kg BB dan daun sirih merah 100 mg/kg BB), kelompok
kombinasi III (daun iler 200 mg/kg BB dan daun sirih merah 200 mg/kg BB).
Seluruh kelompok diinduksi dengan aloksan. Parameter yang diamati adalah
penurunan kadar gula darah pada hari ke-15 dan ke-30. Data persentase
penurunan kadar gula darah dianalisa menggunakan uji ANOVA one way. Hasil
uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh perlakuan. Hasil uji Tukey
menunjukkan bahwa pada kelompok kombinasi dosis I daun iler dosis 200mg/kg
BB dan daun sirih merah dosis 100mg/kgBB tidak memiliki perbedaan bermakna
(p < 0,05) terhadap kontrol positif, dengan kata lain kelompok kombinasi dosis I
memiliki aktivitas menurunkan glukosa darah sebesar 64,40%.
Kata Kunci: Diabetes melitus, kombinasi, daun iler (Plectranthus scutellarioides
(L) R.Br., Piper crocatum Ruiz &Pav.), kadar glukosa darah.
Daun lidah mertua telah terbukti memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Streptococcus sp,
Pseudomonas aeruginosa dan diduga dapat membantu proses penyembuhan luka
bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70%
daun lidah mertua terhadap penyembuhan luka bakar. Hewan uji yang digunakan
adalah tikus putih jantan sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok
perlakuan, yaitu kelompok kontrol positif (krim silver sulfadiazin), kontrol negatif
(basis krim), kontrol normal dan ekstrak etanol 70% daun lidah mertua dengan
konsentrasi 45%, 60% dan 75%. Luka bakar derajat II dibuat dengan cara logam
berdiameter 2 cm yang dimodifikasi dengan solder pada suhu 100˚C ditempelkan
pada kulit punggung tikus selama 5 detik. Pengamatan dilakukan terhadap luas
luka bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 75% ekstrak daun
lidah mertua mempunyai aktivitas sebagai penyembuh luka bakar yang dimulai
pada hari ke 5, sedangkan konsentrasi 60% dan 45% secara berturut-turut di mulai
pada hari ke 7 dan 17. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun lidah mertua
konsentrasi 75% memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka bakar yang paling
baik dan sebanding dengan krim silver sulfadiazin dengan nilai ρ= 0,983 > 0,05
dan nilai CI ((-4,6025) – 7,0775).
Kata Kunci : Ekstrak Etanol, Daun Lidah Mertua, Luka Bakar.
Hiperurisemia adalah suatu keadaan peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah. Kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni (Ness & T. Ness) Blume) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek fraksi etil asetat kulit kayu manis sebagai antihiperurisemia. Kondisi hiperurisemia pada tikus putih jantan diperoleh dengan cara memberikan pakan tinggi purin dan inhibitor urikase yaitu kalium oksonat 50mg/200gBB. Untuk pembanding menggunakan allopurinol dengan dosis 4,108mg/200gBB. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat kulit kayu manis memiliki aktivitas sebagai anti hiperurisemia dengan penurunan paling baik dimiliki oleh dosis III (317 mg/200gBB) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah tikus dengan presentasi penurunan sebesar 63,05%, tidak jauh berbeda dengan kontrol positif (Allopurinol) yang dapat menurunkan kadar asam urat sebesar 76,63%.
Kata kunci : Cinnamomum burmanni (Ness & T. Ness) Blume, asam urat, allopurinol.
Tumbuhan melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tanaman obat tradisional
Indonesia yang banyak terdapat disekitar kita. Kandungan bahan kimia pada daun
melinjo adalah saponin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai LC50 yang dibutuhkan ekstrak etanol 70% daun melinjo (Gnetum gnemon L.)
dalam mematikan larva nyamuk Culex spp.. Hewan coba yang digunakan adalah
larva instar III nyamuk Culex spp.. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap 1
ekstraksi daun melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%, tahap 2 uji orientasi untuk menentukan ambang
bawah (n) dan ambang atas (N) dan tahap 3 uji aktivitas larvasida dengan 6
kelompok perlakuan yaitu kelompok uji dengan dosis ekstrak 10 ppm, 31,62 ppm,
99,98 ppm, 316,13 ppm, 1000 ppm dan kelompok kontrol negatif dengan 4 kali
pengulangan. Jumlah kematian larva setelah 24 jam pada tiap kelompok perlakuan
dihitung dan dianalisa Probit. Dari hasil penelitian didapat nilai LC50 adalah
141,475 ppm.
Kata kunci : Culex spp., daun melinjo (Gnetum gnemon L.), larvasida
Raillietina echinobothrida merupakan Cacing cestoda yang sering hidup pada ayam.
Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit. Kulit Buah delima (Punica granatum
L.) diketahui berpotensi sebagai antelmintik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah fraksi etanol 70% ,etil asetat dan n-heksana dapat bersifat antelmintik
terhadap cacing Raillietina echinobothrida dan mengetahui dari ketiga fraksi
tersebut. Uji Aktivitas Antelmintik kulit buah delima menggunakan 5 kelompok
perlakuanya itu kontrol positif menggunakan Pirantel pamoat, CMC-Na sebagai kontrol
negative, dan Masing-masing fraksi kulit buah delima yang memiliki 5 konsentrasi.
Setiap perlakuan menggunakan 10 ekor cacing dengan 2 kali replikasi. Data yang
diperoleh adalah persentase kematian cacing dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan Probit untuk mendapatkan nilai . Hasil uji aktivitas antelmintik
menunjukkan fraksi n-heksana, etil asetat dan etanol 70% kulit buah delima memiliki
aktivitas antelmintik dengan nilai secara berturut-turut 0,418 mg/ml, 0,224 mg/ml, dan
58,73 mg/ml. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas paling baik dibanding fraksi lain dengan
nilai sebesar 0,224 mg/ml.
Kata kunci: Antelmintik, Kulit Buah Delima, Raillietina echinobothrida,
Erythrina fusca Lour atau cangkring merupakan tanaman pepohonan yang secara
tradisional digunakan untuk mengobati beri-beri, rematik, antipiretik, sakit gigi,
hematuria dan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai IC50 dari
masing-masing ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 70% daun cangkring
(Erythrina fusca Lour.) sebagai antikanker. Pada penelitian ini dibagi menjadi dua
tahap yaitu tahap ekstraksi dengan maserasi untuk menarik dan memisahkan senyawa
aktif berdasarkan pelarutnya dan tahap uji antiproliferatif menggunakan metode MTT
assay dengan cara membaca hasil serapan menggunakan ELISA reader pada panjang
gelombang 550-600 nm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana,
etil asetat dan etanol 70% daun cangkring (Erythrina fusca Lour.) dapat menghambat
kurang lebih 10% - 90% sel kanker paru (A549) dengan nilai IC50 masing-masing
161,67 μg/mL, 116,40 μg/mL dan 134,20 μg/mL dengan tingkat hambat lemah dan
sedang, sedangkan potensi ekstrak relatif kecil dibandingkan cisplatin. Ekstrak etil
asetat diduga memiliki efek antiproliferatif yang relatif lebih besar dari ekstrak nheksana
dan etanol 70% terhadap sel kanker paru (A549).
Kata kunci: Ekstrak daun cangkring (Erytrhrina fusca Lour.), kanker paru (A549),
cisplatin, IC50
Tanaman awar-awar (Ficus septica Burm. F) merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang dapat digunakan sebagai penyembuh luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi fraksi etil asetat daun awar-awar yang efektif dalam penyembuhan luka. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan dibagi 5 kelompok perlakuan yaitu fraksi etil asetat daun awar-awar konsentrasi 0,095%, 0,19%, 0,38%, kontrol positif memakai povidon iodium 10% dan kontrol negatif memakai Na CMC 0,5%. Parameter dilakukan dengan pengamatan lama waktu penyembuhan luka dengan penurunan diameter luka bakar. Data dianalisis dengan ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun awar-awar memiliki daya penyembuhan luka bakar dengan signifikansi 0,00 (ρ < 0,05). Pada konsentrasi 0,38% fraksi etil asetat daun awar-awar merupakan konsentrasi terbaik dalam penyembuhan luka bakar dengan persentase penyembuhan mencapai 95,21%, walaupun efektifitasnya tidak sebanding dengan povidon iodium 10% dengan persentase penyembuhan luka mencapai 97,87%. Dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya dosis maka akan diikuti dengan cepatnya lama kesembuhan luka bakar.
Kata kunci : fraksi etil asetat, daun awar-awar, penyembuhan luka, luka bakar
Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) diketahui memiliki efek sebagai antelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antelmintik dari ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 50 % herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees), kelompok perlakuan terdiri dari kelompok kontrol positif (pirantel pamoat), kontrol negatif (Na CMC) dan ekstrak herba sambiloto dengan variasi konsentrasi 26%, 35%, 46%, 60%, 79%. setiap perlakuan mengunakan 10 ekor cacing dengan 3 kali replica. Data yang diperoleh adalah persentase kematian cacing dan kemudian dianaisis dengan menggunakan probit untuk mendapatkan nilai LC50. Hasil uji aktivitas antelmintik menunjukan ekstrak n-heksana, etil asetat, etanol 50% herba sambiloto memiliki aktivitas dengan nilai LC50 yaitu n-heksana 48,5623%, etil asetat 41,2952%, dan etanol 50% sebesar 53,3457% dan kontrol positif (pirantel pamoat) adalah 35,5303% . Ekstrak etil memiliki akivitas paling baik dibandingkan ekstrak lain dengan nilai LC50 sebesar 41,2952%, terhadap cacing ascaridia galii secara in vitro berdasarkan nilai LC50.
Kata kunci: antelmintik, herba sambiloto, Ascaridia galli, LC50, in vitro
Ekstrak rimpang teki ladang (Cyperus rotundus L.) dapat digunakan sebagai hipnotik. Rimpang teki ladang diketahui mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hipnotik fraksi etanol 70%, etil asetat, dan n-heksan dari ekstrak etanol 70% rimpang teki ladang pada mencit jantan dengan parameter onset dan durasi waktu tidur mencit. Semua hewan uji diinduksi dengan fenobarbial kecuali kelompok normal. Hewan uji dibagi 5 kelompok (n=5) yaitu kelompok fraksi etanol 70%, etil asetat dan n-heksan dengan dosis 356,6 mg/kg BB, kontrol negatif dan kontrol normal. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari data onset tidur hanya fraksi etanol yang memiliki aktivitas hipnotik dan dari data durasi tidur secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil ketiga fraksi, fraksi etanol menunjukkan aktivitas hipnotik terbaik, karena dengan dosis yang sama fraksi etanol dapat mempersingkat onset tidur dan memperpanjang durasi tidur yang hampir sebanding dengan fenobarbital.
Kata kunci: Rimpang teki ladang (Cyperus rtundus L.), fraksi, insomnia, hipnotik
Daun telang (Clitoria ternatea L.) memiliki aktivitas antidepresan pada ekstrak
etanol pada dosis 300 mg/kgBB. Kandungan senyawa yang diduga memiliki
aktivitas antidepresan yaitu fenol, tanin, dan flavonoid. Tujuan dilakukan
penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antidepresan fraksi etanol 70% daun
telang dalam menurunkan immobility time mencit jantan dengan menggunakan
metode forced swim test. Hewan uji yang digunakan dibagi dalam 5 kelompok
yaitu kontrol negatif (Na-CMC 0,5%), kontrol positif (fluoksetin 4,11 mg/kgBB),
dosis I (fraksi etanol 70% 93,6 mg/kgBB), dosis II (fraksi etanol 70% 187,2
mg/kgBB), dan dosis III (fraksi etanol 70% 374,4 mg/kgBB). Pengamatan
immobility time hewan uji dilakukan pada hari ke 1, 7, dan 14. Hasil uji statistik
ANOVA satu arah menunjukkan nilai p < 0,05. Pada uji Tukey menunjukkan
bahwa dosis II dan dosis III memiliki perbedaan bermakna (p < 0,05) terhadap
kontrol negatif dan tidak memiliki perbedaan bermakna/sebanding dengan kontrol
positif. Aktivitas antidepresan paling tinggi ditunjukkan pada kelompok dosis III
(374,4 mg/kgBB) hari ke 14 pengamatan yang ditinjau dari immobility time hewan
uji yaitu 92,4 detik.
Kata kunci: Daun Telang, Clitoria ternatea L., Fraksi Etanol 70%, Immobility
Time, Antidepresan
Rambut beruban adalah berubahnya warna rambut hitam menjadi abu-abu kemudian putih yang disebabkan oleh berkurangnya pigmen melanin. Tirosinase merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan melanin. Daun rambutan dan daun pandan wangi merupakan tanaman tradisional yang digunakan untuk menghitamkan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas stimulasi tirosinase ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) pada proses melanogenesis secara in vitro. Daun rambutan dan daun pandan wangi diekstraksi secara maserasi dengan etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan pengukur absorbansi larutan ekstrak (10-100.000 μg/ml) yang direaksikan dengan enzim tirosinase dan substrat L-DOPA dengan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 450 nm. Hasil penelitian dengan analisa ANNOVA Dua Arah menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) memiliki kemampuan aktivitas stimulasi tirosinase dengan potensi relatif sebesar 0,608 kali 8-MOP yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebesar 0,266 kali 8-MOP.
Kata Kunci : enzim tirosinase, melanogenesis, daun rambutan, daun pandan wangi
Infeksi cacing dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh, tumbuh
kembang anak terhambat dan produktifitas kerja berkurang. Daun andong
diketahui memiliki efek antelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun andong (Cordyline fruticosa (L.) A.
Chev) terhadap cacing kremi (Aspiculuris tetraptera). Hewan uji yang digunakan
adalah mencit putih jantan strain DDY (Deutsch-land Danken Yoken) sebanyak
30 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok
kontrol negatif diberi Na CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberi pirantel
pamoat 123,3 mg/kg BB, kelompok uji diberi ekstrak daun andong dengan dosis
13,2 mg/kg BB, 26,4 mg/kg BB, dan 52,8 mg/kg BB mencit. Penelitian dilakukan
selama 30 hari. Hari pertama mencit diinduksi dengan telur cacing. Pada hari ke
16, 19, 22 dilakukan pemeriksaan TTGT. Pada hari ke 22 mencit diinduksi bahan
uji, kemudian diperiksa TTGT kembali pada hari ke 23, 26, 29 dan hari ke 30
mencit dibedah usus besarnya untuk menghitung jumlah cacing tersisa. Data
jumlah cacing yang diperoleh diuji analisis varian one way ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% daun andong dengan dosis 52,8
mg/kg BB memilki efek antelmintik sebanding dengan pirantel pamoat.
Kata Kunci : Antelmintik, Ekstrak Daun Andong, (Cordyline fruticosa (L.) A.
Chev), Aspiculuris tetraptera, TTGT.
Daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) merupakan tanaman
yang sering digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh salep ekstrak etanol 70% daun karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) terhadap jumlah fibroblas dalam
penyembuhan luka pada tikus putih jantan diabetes melitus. Penelitian ini
menggunakan 48 ekor tikus putih jantan Sprague dawley yang dibagi menjadi 6
kelompok uji yaitu ekstrak daun karamunting konsentrasi 2,5%, 5% dan 10%,
kontrol positif diberi madu, kontrol negatif diberi vaselin serta kelompok normal
tanpa perlakuan. Pemberian ekstrak daun karamunting dilakukan secara topikal 1x
sehari. Data yang diperoleh berupa jumlah fibroblas yang diamati pada hari ke 7,
10 dan 14 yang dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan
dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salep ekstrak daun
karamunting konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% memiliki aktivitas terhadap jumlah
fibroblas pada luka tikus diabetes dengan puncak jumlah fibroblas paling tinggi di
hari ke 10 pada kelompok salep ekstrak daun karamunting konsentrasi 10%
berbeda secara signifikan terhadap kontrol diabetes dan sebanding dengan kontrol
madu (p < 0,05).
Kata kunci: Daun karamunting, luka diabetes, jumlah fibroblas
Karamunting merupakan tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes,
antiinflamasi, antibakteri dan obat luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas salep ekstrak etanol 70% daun karamunting (Rhodomyrtus tometosa
(Aiton) Hassk.) dalam meningkatkan kepadatan kolagen dan re-epitelisasi pada
penyembuhan luka pada tikus putih jantan diabetes melitus. Sebanyak 48 ekor
tikus dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan yaitu salep ekstrak daun karamunting
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%, kelompok kontrol diabetes, kelompok kontrol
madu dan kelompok kontrol non-diabetes. Pemberian salep dilakukan secara
topikal 1xsehari. Data yang diperoleh berupa kepadatan kolagen dan ketebalan
epitel dalam bentuk preparat histologi yang diamati pada hari ke-7, 10 dan 14
yang dianalisis menggunakan one way ANOVA kemudian dilanjutkan ke dengan
Uji Tukey. Pada pemberian salep ekstrak etanol 70% daun karamunting
konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% menunjukan peningkatan kepadatan kolagen dan
ketebalan epitel. Pada pemberian salep ekstrak etanol 70% daun karamunting
konsentrasi 10% menunjukan hasil yang berbeda signifikan dengan kontrol
diabetes dan sebanding dengan kontrol madu (p<0,05). Sehingga hasil penelitian
menunjukan bahwa salep ekstrak etanol 70% daun karamunting memiliki aktivitas
mempercepat penyembuhan luka pada diabetes dengan meningkatkan kepadatan
kolagen dan ketebalan epitel.
Kata Kunci : Daun karamunting, Rhodomyrtus tometosa (Aiton) Hassk., luka
diabetes, kepadatan kolagen, ketebalan epitel.
Daun karamunting adalah tanaman yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional salah satunya untuk penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas penyembuhan luka diabetes dari salep ekstrak etanol 70%
daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.) terhadap jumlah sel
inflamantori pada luka tikus putih jantan diabetes mellitus. Jumlah hewan yang
digunakan adalah 48 tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu salep
ekstrak daun karamunting dengan konsentrasi 2,5%, konsentrasi 5%, Konsentrasi
10%, kelompok diabetes (vaselin flavum), kelompok positif (madu) dan
kelompok non-diabetes. Data yang diperoleh berupa jumlah sel inflamantori yang
diamati pada hari ke-3, 7, 10 dan 14 yang dianalisis menggunakan one way
ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil menunjukkan puncak sel
inflamantori terjadi di hari ke-3 pada salep ekstrak daun karamunting konsentrasi
5%, salep ekstrak daun karamunting konsentrasi 10%, madu dan non-diabetes,
sedangkan pada hari ke-7 mengalami penurunan jumlah sel inflamantori,
sementara kelompok diabetes terus mengalami kenaikan. Hasil menunjukan salep
ekstrak daun karamunting konsentrasi 10% sebanding dengan kelompok nondiabetes
dan madu, dan berbeda bermakna dengan kelompok negatif (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak etanol 70% daun karamunting dengan
konsentrasi 10% memiliki aktivitas terhadap jumlah sel inflamantori yang
sebanding dengan kelompok non-diabetes dan kelompok madu.
Kata Kunci : Daun karamunting, Sel Inflamantori, Luka diabetes.
Herba bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.,) digunakan sebagai obat
tradisional untuk menurunkan kadar asam urat. Penelitian ini bertujuan
mengetahui aktivitas fraksi etil asetat dalam menurunkan kadar asam urat tikus
putih jantan kondisi hiperurisemia. Pengujian dibagi secara acak ke dalam 6
kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kontrol positif dengan pembanding
allopurinol diberikan secara oral (10,2778 mg/kg BB), kontrol negatif, uji dosis I
fraksi etil asetat diberikan secara oral (6,357 mg/kg BB), uji dosis II fraksi etil
asetat diberikan secara oral (12,714 mg/kg BB), uji dosis III fraksi etil asetat
diberikan secara oral (25,428 mg/kg BB). Seluruh kelompok perlakuan diinduksi
dengan jus hati ayam dan kalium oksonat kecuali kontrol normal. Ketamin secara
intramuscular diinduksikan kepada seluruh kelompok perlakuan hingga tikus tidak
sadarkan diri. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-8 dan hari ke-22 melalui
sinus orbitalis untuk melihat peningkatan dan penurunan kadar asam urat.
Pengukuran kadar asam urat menggunakan spektrofotometer klinikal dengan
metode enzimatik fotometrik dan reagen kit asam urat yaitu asam 3,5-dichloro-2-
hydroxybenzenesulfonic acid (DCHBS) dan 4-aminophenazone (PAP) kemudian
data dianalisis menggunakan uji Anova satu arah menunjukkan adanya perbedaan
bermakna dari masing-masing kelompok (α= <0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh kelompok uji memiliki kemampuan dalam
menurunkan kadar asam urat. Berdasarkan hasil uji Tukey dosis II fraksi etil
asetat (12,714 mg/kg BB) dengan persentase penurunan sebesar 66,193%
memiliki aktivitas penurunan kadar asam urat yang sebanding dengan allopurinol
dengan nilai signifikansi (α= 0,05).
Kata kunci : Herba bandotan, Fraksi etil asetat, Antihiperurisemia, Tikus putih
jantan
Biji Buah Kelengkeng memiliki kandungan utama flavon yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Faktor utama dari adanya sindrom metabolik yaitu resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol 70% biji buah kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada hewan kondisi sindrom metabolik. Kondisi sindrom metabolik dicapai dengan menginduksi hewan uji menggunakan fruktosa 55% dan pakan hiperlipid. Hewan uji hamster Syrian jantan dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri dari 4 hamster. Kelompok I (Kontrol Normal), kelompok II (Kontrol positif) diberi metformin 61,64 mg/kg BB, kelompok III (Kontrol negatif), kelompok IV dosis 1 (300 mg/kg BB), kelompok V dosis 2 (600 mg/kg BB), kelompok VI dosis 3 (1200 mg/kg BB). Data penurunan kadar glukosa dianalisis dengan menggunakan ANOVA 1 arah dan di lanjutkan dengan uji tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dosis uji dapat menurunkan kadar glukosa. Dosis 1, 2, 3 dan kontrol positif memiliki aktivitas yang berbeda dengan kontrol negatif (p≤0,05), dengan aktivitas sebesar 29,40%, 41,79%, 52,18% dan 56,72%. Dosis 3 (1200 mg/kg BB) memiliki aktivitas yang sebanding dengan kontrol positif yang secara statistik tidak memiliki perbedaan bermakna (p≥0,05).
Kata kunci: Dimocarpus longan (Lour.), biji buah kelengkeng, glukosa darah, sindrom metabolik
Indonesia yang beriklim tropis mempunyai daya dukung yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, baik yang menguntungkan dan merugikan. Salah satu mikroorganisme yang merugikan adalah jamur..Daun awar-awar mengandung flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid yang berkhasiat sebagai bahan baku kosmetik dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antifungi dari subfraksi etil asetat daun awar-awar terhadap Micosporum gypseum. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%, kemudian ekstrak difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Fraksi etil asetat yang didapat dieluasi etil asetat dan metanol (1 : 4), sehingga didapatkan subfraksi. Hasil subfraksi, kemudian digabungkan berdasarkan nilai Rf yang sama. Aktivitas antifungi diuji menggunakan metode gores silang agar dengan pembanding ketokonazol. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa SF 2 etil asetat Rf 0,24-0,78 daun awar-awar memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Microsporum gypseum dengan potensi relatif sebesar 2,0840 x 10-3 kali ketokonazol, sedangkan SF 3 etil asetat Rf 0,2 - 0,62 memiliki potensi relatif yang lebih besar dari pada SF 2 2,4783 x 10-3 kali ketokonazol.
Kata kunci: Daun awar-awar, Subfraksi, Antifungi, dan M. gypseum
Daun iler dan daun sukun telah dilaporakan mengandung flavonoid yang terbukti
dapat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol 70% daun iler dan daun sukun
terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus sprague dawley yang diinduksi
aloksan. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor.
Kelompok I diberi Na-CMC 0,5%; kelompok II diberi Glibenklamid dosis 0,052
mg/ 200 g BB, kelompok III, IV dan V diberi kombinasi ekstrak daun iler dan
daun sukun dengan dosis yang berbeda. Parameter yang diamati adalah penurunan
kadar gula darah. Data persentase penurunan kadar gula darah dianalisa
menggunakan uji ANOVA one way. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
kelompok III yang diberi kombinasi ekstrak dengan dosis masing-masing 20
mg/200g BB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus sebesar 65,71%
(α < 0,05) dan memiliki aktivitas yang sebanding dengan obat glibenklamid (α >
0,05).
Kata Kunci : Kombinasi ekstrak, Plectranthus scutellarioides (L.), (Artocarpus
altilis (Parkinson) Fosberg), diabetes
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang dapat digunakan sebagai obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol 70% daun belimbing wuluh sebagai antifertilitas serta untuk mengetahui aktivitas yang paling berpengaruh terhadap penurunan bobot testis dan peningkatan abnormalitas spermatozoa. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode maserasi bertingkat. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley usia 2-3 bulan dengan bobot 180-250 gram yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok normal, kelompok Na CMC, kelompok ekstrak n-heksan, kelompok ekstrak etil asetat, dan kelompok etanol 70%. Dosis masing-masing ekstrak yang diberikan yaitu 228mg /200gBB dengan lama pemberian 14 hari. Perhitungan bobot testis dan abnormalitas spermatozoa dilakuan pada hari ke-15 setelah perlakuan dengan cara pengambilan sperma yang berasal dari kauda epididimis hewan uji yang telah dikorbankan. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga ekstrak daun belimbing dapat menurunkan bobot testis dan peningkatan abnormalitas spermatozoa. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antifertilitas yang paling baik dengan kandungan senyawa steroid, saponin dan tannin.
Kata kunci : Averrhoa bilimbi L., antifertilitas, bobot testis, abnormalitas spermatozoa.
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman tradisional
yang memiliki aktivitas sebagai antifertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antifertilitas dari ekstrak daun belimbing wuluh dalam
menurunkan bobot vesikula seminalis, motilitas dan viabilitas spermatozoa.
Penelitian ini menggunakan 25 ekor hewan uji yang dibagi dalam lima kelompok
yaitu (I) normal (tanpa perlakuan), (II) kontrol Na CMC, (III) ekstrak n-heksan,
(IV) ekstrak etil asetat, (V) ekstrak etanol 70% dengan dosis masing-masing
ekstrak 228 mg/200gBB selama 14 hari. Pengukuran parameter dilakukan dengan
menimbang vesikula seminalis dan pengambilan spermatozoa yang berasal dari
kauda epididimis hewan uji yang telah dikorbankan. Data dianalisis menggunakan
ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji tukey. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol 70% daun belimbing wuluh dapat
menurunkan bobot vesikula seminalis, motilitas dan viabilitas spermatozoa yang
ditunjukkan dengan adanya perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan
memiliki aktivitas yang sebanding sebagai antifertilitas pada P (>0.05).
Kata kunci : Averrhoa bilimbi L., daun belimbing wuluh, antifertilitas, kualitas
spermatozoa.
Alergi adalah penyakit dimana respon imun terhadap alergen menyebabkan
inflamasi jaringan. Daun jambu biji mengandung flavonoid diduga mempunyai
efek sebagai antialergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas
antialergi fraksi n- heksan, etil asetat, dan air daun jambu biji pada mencit putih
jantan yang diinduksi ovalbumin. Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok, masingmasing
terdiri dari 4 ekor. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol
negatif), kelompok III (kontrol positif) diberi cetirizine dosis 0,042 mg/ 20gBB,
kelompok IV (Ekstrak daun jambu biji) dengan dosis 10 mg/ 20gBB, kelompok V
(Fraksi n- heksan), kelompok VI (Fraksi etil asetat), kelompok VII (Fraksi air)
dengan dosis masing-masing 0,8 mg/20 gBB. Data yang diperoleh berasal dari
pengukuran diameter area pigmentasi berwarna biru dianalisis menggunakan uji
ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan fraksi etil asetat memiliki aktivitas sebagai antialergi sebanding
dengan cetirizine.
Kata kunci : Psidium guajava L., daun jambu biji, flavonoid, reaksi alergi.
Hiperurisemia merupakan kondisi kadar asam urat diatas kadar normal. Menurut
penelitian sebelumnya ekstrak herba bandotan terbukti dapat menurunkan kadar
asam urat. Herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) L., mengandung alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, mineral dan vitamin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antihiperurisemia fraksi air herba bandotan pada tikus jantan
hiperurisemia. Hewan uji tikus putih jantan dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan,
masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus dan di induksi secara oral. Kelompok
kontrol normal diberi pakan standar dan Na CMC 0,5%, kontrol negatif diberi
pakan tinggi purin dan kalium oksonat, kontrol positif diberi pakan tinggi purin
dan allopurinol (10,28mg/kgBB), kelompok uji diberi pakan tinggi purin dan
fraksi air herba bandotan dengan kelompok dosis I (63,74 mg/kgBB), kelompok
dosis II (127,48 mg/kgBB) dan kelompok dosis 3 (254,96 mg/kgBB). Hasil
pengukuran kadar asam urat menggunakan spektrofotometer klinikal dianalisis
menggunakan uji ANOVA satu arah kemudian dilanjutkan uji tukey. Hasil uji
Tukey menunjukan bahwa fraksi air herba bandotan dosis 3 (254,96mg/kgBB)
yang di induksi ke tikus selama 14 hari mempunyai kemampuan menurunkan
kadar asam urat darah dengan nilai penurunan sebesar 69,1% sebanding dengan
allopurinol (p>0,05) yang memiliki nilai penurunan sebesar 73,25% .
Kata kunci : Ageratum conyzoides, asam urat, antihiperurisemia, fraksi air herba
bandotan, pakan tinggi purin
Hiperurisemia merupakan keadaan dimana kadar asam urat dalam darah melebihi kadar normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sawo manila terhadap penurunan kadar asam urat. Pengujian dilakukan terhadap 24 ekor tikus dengan berat badan 150-250 gram yang dibagi dalam enam kelompok. Kelompok 1 (kontrol normal), kelompok 2 (kontrol positif allopurinol), kelompok 3 (kontrol negatif), kelompok 4 (dosis 41,45 mg/KgBB), kelompok 5 (dosis 82,9 mg/KgBB), dan kelompok 6 (dosis 165,8 mg/KgBB). Tikus diberi pakan tinggi purin selama 14 hari dan sediaan uji diberikan selama 7 hari setelah pemberian pakan tinggi purin. Pengambilan darah dilakukan dua kali melalui sinus orbital untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah. Data berupa persen penurunan kadar asam urat dianalisa dengan uji ANOVA satu arah kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan yang bermakna. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% daun sawo manila dengan dosis 165,8 mg/KgBB mempunyai efektivitas dalam menurunkan kadar asam urat secara bermakna (p<0,05) dengan presentase penurunan sebesar 42,30%
Kata kunci: Antihiperurisemia, Manilkara zapota (L.) P. Royen, Allopurinol
Sering terjadi resistensi dan efek samping terhadap antifungi mendorong untuk mengeksplorasi senyawa antifungi dari bahan alam, salah satunya berasal dari daun awar–awar. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi subfraksi etil asetat daun awar – awar terhadap Trichophyton rubrum. Fraksi etil asetat disubfraksikan dengan pelarut etil asetat dan methanol 1 : 4 dan hasil subfraksi diidentifikasi dengan KLT dan menghasilkan 2 kelompok subfraksi yang mempunyai nilai Rf yang berbeda. Masing – masing dibuat konsentrasi 250, 500, 1000, 2000, 4000 μg/ml dan diujikan ke fungi uji dengan metode gores silang. Subfraksi daun awar – awar dapat menghambat T.rubrum dengan potensi relatif subfraksi 2 yaitu 2,5652×10-3 kali ketokonazol dan subfraksi 3 yaitu 2,1316×10-3 kali ketokonazol.
Kata kunci: Daun awar-awar, Trichophyton rubrum, antifungi, subfraksi, ketokonazol
Daun sembung (B. balsamifera) merupakan salah satu obat kontrasepsi tradisonal yang dikenal oleh masyarakat pedesaan di Indonesia. Penggunaan daun sembung sebagai alat kontrasepsi pria belum diketahui secara ilmiah, sehingga perlu diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui khasiat daun sembung sebagai alat kontrasepsi oral bagi pria. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan ekstraksi bertingkat dengan pelarut etanol 70%, etil asetat, dan n-heksan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak dengan pemberian dosis 1,04mg/200g BB Tikus, setelah itu dilakukan pengujian terhadap spermatozoa yang meliputi bobot testis dan abnormalitas spermatozoa. Data-data yang diperoleh diuji ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pelarut n-heksan mampu memberikan pengaruh nyata (P<0,5) terhadap peningkatan abnormalitas spermatozoa selama 14 hari pemberian ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera) tetapi tidak dengan penurunan bobot testis tikus.
Kata Kunci : Daun sembung. Blumea balsamifera, antifertilitas, bobot testis,
Abnormalitas.
Daun Sembung (Blumea balsamifera (L). DC) merupakan perdu tumbuh tegak, tinggi sampai 4 meter. Banyak tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 4 meter. Banyak tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian ± 2000 mdpl yang dapat berkhasiat sebagai antifertilitas, sehingga penelitian ini untuk mengetahui khasiat dan efek pemberian yang paling baik dari ekstrak n-heksan, etilasetat, dan etanol 70% daun sembung dengan parameter penurunan bobot vesikula seminalis, motilitas dan viabilitas spermatozoasebagai antifertilitas yang merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola one way analysis of varian menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur 2-3 bulan sebanyak 25 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi lima kelompok perlakuan yaitu control normal, control Na CMC, kelompok ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol 70%. Hari ke-15 perlakuan, tikus dibedah lalu diambil organ vesikula seminalis untuk ditimbang bobotnya, dan kaula epididimis untuk pengujian motilitas dan viabilitas spermatozoa.Hasil yang didapat dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada pengujian parameter bobot vesikula seminalis hanya kelompok ekstrak n-heksan yang memiliki perbedaan bermakna terhadap kelompok normal, pada pengujian viabilitas spermatozoa kelompok ekstrak n-heksan dan etanol 70% yang memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok normal, dan pada pengujian motilitas spermatozoa ketiga kelompok uji ekstrak memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok normal, sehingga dapat dikatakan bahwa ektrak n-heksan memiliki pengaruh yang paling baik aktivitasnya terhadap penurunan bobot vesikula seminalis, motilitas dan viabilitas spermatozoa.
Katakunci :Blumeabalsamifera (L.) DC, Antifertilitas, BobotVesikulaSeminalis, Viabilitas Spermatozoa, Motilitas Spermatozoa.
Alergi adalah reaksi hipersensitivitas akibat masuknya antigen dalam tubuh. Reaksi
anafilaksis kutan aktif adalah bentuk reaksi alergi tipe I secara lokal pada kulit, terapi
yang lazimnya diberikan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antihistamin.
Penggunaan antihistamin menimbulkan efek samping yang merugikan. Pada
penelitian sebelumnya ekstrak bunga kincung memiliki aktivitas antialergi pada dosis
900 mg/kg BB mencit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas dari
ekstrak daun kincung sebagai antianafilaksis. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah dengan menggunkan mencit galur Balb/C yang diinduksi ovalbumin
sebagai pembangkit reaksi alergi dan diberikan ekstrak dengan konsentrasi 150 mg,
300 mg dan 600 mg. Antihistamin pembanding yang digunakan adalah Cetirizine
dengan konsentrasi 0,042 mg. Kesimpulan hasil pengujian dosis ekstrak etanol 70%
daun kincung dengan dosis 600 mg/kg BB mencit memiliki aktivitas antialergi yang
sebanding dengan Cetirizine dosis 0,042 mg/20 g BB mencit dan aktivitas
antianafilaksis yang dihasilkan lebih baik dari ekstrak etanol 70% bunga kincung.
Kata Kunci: (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith), Antianafilaksis, Alergi, Kincung
Daun rosela banyak dimanfaatkan untuk pengobatan, salah satunya untuk
meningkatkan jumlah eritrosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
fraksi dari ekstrak etanol 70% daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap
peningkatan jumlah eritrosit tikus putih jantan anemia. Pengujian dilakukan
dengan membagi 25 ekor tikus dalam 5 kelompok, yaitu kontrol normal tidak
diinduksi dan diberikan Na-CMC 0,5%, kelompok negatif diinduksi NaNO2 dan
diberikan Na-CMC 0,5%, kelompok fraksi air, etil asetat dan n-heksan diinduksi
NaNO2 selama 18 hari dan diberikan masing-masing fraksi dengan dosis 1,7412
mg/200g BB selama 14 hari. Pengambilan darah dilakukan melalui ekor tikus lalu
diukur jumlah eritrosit dengan menggunakan hematology analyzer. Data jumlah
eritrosit dianalisis menggunakan ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji
tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi
n-heksan daun rosela memiliki aktivitas terhadap tikus putih jantan anemia yang
diinduksi NaNO2. Variasi fraksi yang dilakukan mampu meningkatkan jumlah
eritrosit mencapai jumlah eritrosit normal.
Buah anggur hitam memiliki warna ungu pekat kehitaman, sehingga banyak menarik perhatian, hal ini disebabkan pigmen antosianin yang tersebar dari bagian kulit sampai ke daging buahnya. Antosianin bermanfaat bagi kesehatan karena berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi, dan pencegahan gangguan fungsi hati. Pada penelitian ini dilakukan perbedaan metode ekstraksi buah anggur hitam terhadap kadar fenol total, flavonoid total dan antosianin total. Parameter yang diamati adalah kadar fenol total, flavonoid total dan antosianin total. Hasil penelitian menunjukkan kadar fenolik total pada metode maserasi adalah 160,43 mgGAE/g dan pada metode ultrasonik adalah 132,5668 mgGAE/g. Kadar flavonoid total pada metode maerasi adalah 8,9288 kuersetin/100mg dan pada metode ultrasonik adalah 4,6677 kuersetin/100mg. Kadar antosianin total pada maserasi adalah 90,56 mg/100 g dan pada metode ultrasonik adalah 192,38 mg/100 g. Data kadar fenol total dan flavonoid total dianalisis dengan persamaan regresi linear. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan kadar antara dua metode yang berbeda terhadap kadar flavonoid total, fenolik total dan antosianin total. Metode yang optimum untuk kadar fenolik, kadar flavonoid dan antosianin total adalah maserasi.
Kata kunci: Buah anggur hitam, kadar fenolik total, kadar flavonoid total, kadar antosianin total
Buah anggur merah (Vitis vinifera L.) berkhasiat menurunkan kolesterol, melancarkan buang air kecil, membantu fungsi ginjal, mencegah kanker, mencegah osteoporosis, melancarkan peredaran darah, melawan virus, dan infeksi. Senyawa yang diketahui berperan dalam buah anggur adalah golongan flavonoid, fenolik dan antosianin. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan metode ekstraksi maserasi dan ultrasonik terhadap penetapan kadar antosianin, fenolik dan flavonoid total pada buah anggur merah (Vitis vinifera L.). Penetapan kadar fenolik total dilakukan dengan metode Folin Ciocalteu secara spektrofotometri (panjang gelombang 770 nm) dengan pembanding asam galat. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan penambahan AlCl3 (panjang gelombang 440 nm) dengan pembanding kuersetin dan penetapan kadar antosianin total dilakukan dengan metode perbedaan pH Differensial yaitu pH 1,0 dan pH 4,5 (panjang gelombang 700 nm). Hasil penelitian menunjukkan kadar flavonoid total pada metode maserasi adalah 0,722 mgQE/g dan pada metode ultrasonik adalah 0,6316 mgQE/g. Kadar fenolik total pada metode maerasi adalah 168,9755 mgGAE/g dan pada metode ultrasonik adalah 138,252 mgGAE/g. Kadar antosianin total pada maserasi adalah 4,0666/100 g dan pada metode ultrasonik adalah 4,2301/100 g.
Kata kunci: Buah anggur merah (Vitis vinifera L.), maserasi, ultrasonik, kadar flavonoid, kadar fenolik dan kadar antosianin .
NO
Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray is one of the plants used in traditional medicine and
belongs to Compositae family. In different parts of Indonesia, it is commonly known as “paitan
and kembang bulan”. The study provides an early description of Tithonia diversifolia (Hemsl.)
A. Gray) and complete the monographs data extract. This plant prospects to the main source
of the raw material for the herb-drug product and some parameters identified were needed to
ensure the safety, quality and efficacy of the product. The present study is to evaluate macrosand
microscopic characteristic of the Indonesian plant and its quality parameter including
fluorescence, physicochemical characteristics and phytochemical screening. Moisture content,
ethanol and water-soluble extract was determined, and were discovered to be 11,27%, 4,73%
and 18,01%. Total ash value and acid insoluble ash value were determined which was 10.29
and 0.72 % respectively. Phytochemical screening of aqueous ethanol extract of Tithonia
diversifolia showed the presence of alkaloids, flavonoids, tannins, saponins and triterpenoids.
The result showed that average content of flavonoid total is 69.1653 mg QE/g extract.
Introduction: Sterculia rubiginosa Zoll ex.Miq leaves have been used as traditional medicine
in Indonesia. There is no report about pharmacognosy and phytochemical study with this
plant.Objective: The main aim of this research is to establish pharmacognosy, phytochemical
study and antioxidant activity of Sterculia rubiginosa Zoll.ex. Miq. Leaves. The plant used to
cure many diseases of Indonesia. Methods: In the present study, pharmacognosy and phytochemical
study of plant material were performed as per the Indonesian Herb Pharmacopoeia.
Results: Microscopy powder of Sterculia rubiginosa Zoll.ex. Miq. Leaves shows star shape
trichoma as a specific fragment. Physicochemical parameters including total ash (17.152 %),
acid-insoluble ash (0.922 %), water-soluble extractive (1.610 % w/w), alcohol-soluble extractive
(4.524 % w/w), hexane-soluble extractive (4.005 % w/w), and ethyl acetate-soluble extractive
(3.160 % w/w) were evaluated. Phytochemical screening of ethanol extracts showed the
presence of tannins, flavonoids, alkaloids, steroids-terpenoids, glycosides, and phenols. And
absent of saponins and Anthraquinones. Antioxidant activity with IC50 157, 4665 ppm and
flavonoid total was 59.436 mg/g quercetin equivalent. Conclusion: The pharmacognosy,
physiochemical, and phytochemical evaluation provides information for the safety, identification,
and class of chemical constituent’s presents in this crude extract.