Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang penting pada abad ke-21. Rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah menjadi salah satu fakta pendidikan di Indonesia. Berpikir komputasional merupakan cara berpikir dalam pemecahan masalah yang harus dibangun siswa dalam era digital. Hubungan natara kemampuan berpikir komputasional dengan kemampuan kognitif dan non-kognitif telah diungkap dalam penelitian lain. Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap hubungan kemampuan berpikir komputasional dan sikap sosial siswa sesuai keadaan hasil dari pembelajaran kolaboratif di kelas Biologi. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2022 di salah satu SMA negeri wilayah Jakarta Timur. Data diperoleh melalui wawancara dengan guru Biologi, tes kemampuan berpikir komputasional, dan angket sikap sosial. Tes kemampuan berpikir komputasional dan angket sikap sosial diberikan kepada 71 siswa kelas X sebagai sampel yang dipilih melalui cluster random sampling dari 180 siswa kelas X yang dijadikan populasi penelitian. Hasil dari uji Pearson Correlation mengungkapkan ada hubungan signifikan antara kemampuan berpikir komputasional dan sikap sosial pada kategori sedang (r= 0,461) dan nilai koefisien determinasi sebesar 21,2%. Hubungan tersebut memiliki arti, semakin baik kemampuan berpikir komputasional maka semakin baik pula sikap sosial yang dimilikinya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa kelas XI SMA pada mata pelajaran biologi semester ganjil serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif dengan responden sebanyak 51 siswa melalui teknik Cluster
Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan soal tes kemampuan berpikir
tingkat tinggi, kuesioner, dokumentasi, dan wawancara guru. Analisis data
menggunakan statistik deskriptif dengan rumus persentase (NP). Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi
diperoleh sebesar 32,74% (kurang baik), dengan masing masing indikator
menganalisis (C4) sebesar 30,6% (kurang baik), mengevaluasi (C5) sebesar 35,9%
(kurang baik), dan mencipta (C6) sebesar 35,9% (kurang baik). Faktor pendukung
dari faktor eksternal dan internal berupa metode pembelajaran diskusi, inkuiri dan
PjBL, media pembelajaran power point dan literatur online (internet), lingkungan
kelas, lingkungan bimbingan belajar, dan lingkungan teman sebaya. Faktor
penghambat dari faktor eksternal dan internal berupa minat siswa dan media
pembelajaran gambar dan grafik. Kesimpulannya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa kelas XI SMA pada mata pelajaran biologi semester ganjil termasuk
ke dalam kategori kurang baik.
Pada abad 21 kebutuhan peserta didik tidak sekedar mengafal melainkan diperlukan
keterampilan-keterampilan berfikir tingkat tinggi seperti menganalisis,
mengevaluasi dan mengkreasikan untuk menunjang kehidupan, maka penerapan
dan pembiasaan pada lingkungan sekolah harus dimaksimalkan. Guru diharapkan
dapat menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada HOTS. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh model discovery terhadap keterampilan berfikir
tingkat tinggi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2021. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quarsi eksperimen dengan desain
penelitian posttest only control design. Sampel berjumlah 70 siswa dengan teknik
pengambilan sampel mengguanakan cluster random sampling. Pengumpulan
menggunakan intrumen test berorientasi HOTS berumlah 30 soal pilihan ganda. Uji
hipotesis dengan menggunakan uji T memperoleh hasil nilai thitung > t0,99(70) yang
berarti Ho ditolak maka penerapan model discovery secara daring berperngaruh
meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem
reproduksi, selain itu penerapan model ini meningkatkan motivasi belajar dan
membuat siswa tidak bosan.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan ilmiah yang dimiliki oleh setiap individu, namun keterampilan tersebut tidak akan berkembang jika tidak dilatih dan dikembangkan. Pelaksanaan pembelajaran Biologi di kelas XI SMA Muhammadiyah 8 Ciputat masih berfokus pada guru dan kurang melatih dan membiasakan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut menyebabkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik masih rendah. Berkenaan dengan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada kelas XI untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas, yaitu XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model problem based learning dan XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol menggunakan model secara konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berbentuk pilihan ganda untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, angket dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah uji-t.Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model problem based learning terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa thitung = 6,82 > ttabel = 2,04. Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki
setiap peserta didik pada abad 21 ini. Dimana keterampilan berpikir tingkat tinggi
terdiri dari menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.Perkembangan hewan
merupakan salah satu matakuliah yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat
tinggi untuk dapat memahaminya. Dari hasil penelitian (Haviz, Lufri, Fauzan, &
Effendi, 2016) dan (Hera, Khairil, & Hasanuddin, 2014), penguasaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta hasil belajar mahasiswa pada matakuliah ini
masih dikategorikan rendah. Penelitian ini menyelediki keterampilan berpikir tingkat
tinggi mahasiswa Pendidikan Biologi pada matakuliah perkembangan hewan. Total 34
orang responden ikut berpartisipasi, yang dipilih melalui teknik Insidental Sampling.
sejumlah 19 soal pilihan ganda dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan
berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan menganalisis (C4), keterampilan
mengevaluasi (C5) dan keterampilan mengkreasi (C6). Hasil riset menunjukkan bahwa
keterampilan mahasiswa mahasiswa pada matakuliah perkembangan hewan termasuk
kedalam kategori cukup dengan nilai rata – rata 48,52. Nilai rata – rata dari indikator
keterampilan menganalisis (C4) dikategorikan cukup dengan nilai rata-rata 43,
keterampilan mengevaluasi (C5) dikategorikan cukup dengan nilai rata-rata 59, dan
keterampilan mengkreasi (C6) dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 71. Maka,
diperlukan strategi pembelajaran yang ideal untuk meningkatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa instrumen penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) pada Materi Biologi SMA Kelas X
Semester I. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian pengembangan (Developmental Research) dengan
mengadaptasi model pengembangan Tessmer tipe formative evaluation yang terdiri
dari tahap preliminary, tahap self evaluation, tahap prototyping (Expert reviews,
one to one, small group) dan field test. Subjek uji coba pada penelitian ini adalah
peserta didik kelas X MIPA SMAN 39 Jakarta dengan responden sebanyak 6
peserta didik pada tahap one to one dan 12 peserta didik pada tahap small group.
Sedangkan pada uji tahap akhir (field test) pengambilan sampel menggunakan
teknik cluster random sampling sebanyak 58 responden. Instrumen penilaian yang
dikembangkan berupa tes pilihan ganda sebanyak 51 butir soal yang terdiri dari tiga
indikator HOTS yakni C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), C6 (mengkreasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan memiliki
kualitas layak berdasarkan hasil validasi ahli dengan persentase 82,6%. Respon
peserta didik terhadap keterbacaan soal menunjukkan respon positif dengan
persentase 79,69%. Hasil analisis data menunjukkan jumlah soal valid sebanyak 31
butir soal dengan persentase 72,09% dan soal tidak valid sebanyak 12 butir soal
dengan persentase 27,91%. Selanjutnya hasil pengujian reliabilitas menggunakan
rumus Spearman – Brown didapatkan angka sebesar 0,92 dengan kategori sangat
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi telah memenuhi syarat sebagai instrumen yang
baik yakni valid dan reliabel. Angket yang diberikan untuk memperoleh
komentar/tanggapan dari beberapa peserta didik, praktisi dan ahli terhadap
instrumen yang dikembangkan sudah layak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan indikator KPS kemampuan membuat tabel dengan kemampuan membuat grafik serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Jonggol pada tahun ajaran 2020/2021 pada bulan Mei hingga Juni 2021. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 7 kelas dengan total sebanyak 240 siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 72 siswa dari 30% populasi dengan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah sebanyak 30 butir soal yang terdiri dari 15 butir soal kemampuan membuat tabel dan 15 butir soal kemampuan membuat grafik pada materi sel, jaringan tumbuhan, jaringan hewan, sistem gerak, dan sistem sirkulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan hubungan kemampuan membuat tabel dengan kemampuan membuat grafik memiliki regresi linier (Fhit 1,48 < Ftabel 2,58) dengan persamaan regresi y = 44,93 + 0,31x. Kemampuan membuat tabel dan kemampuan membuat grafik siswa masuk dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata kemampuan membuat tabel sebesar 60,65 dan kemampuan membuat grafik sebesar 63,8. Uji hipotesis menunjukkan rhitung = 0,33 > rtabel = 0,227, pada α = 5% yang berarti kedua variabel memiliki korelasi yang signifikan dengan tingkat hubungan dalam kategori rendah. Kontribusi kemampuan membuat tabel terhadap kemampuan membuat grafik sebesar 11%. Demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan KPS kemampuan membuat tabel dengan kemampuan membuat grafik dengan kategori rendah di SMA Negeri 1 Jonggol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa kelas X IPA di MAN 2 Jakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis pada materi pencemaran lingkungan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 140 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli. Sampel penelitian ini adalah kelas X IPA 1 dan XIPA 2 yang masing-masing kelas berjumlah 35 orang siswa dengan menggunakkan teknik random sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal berpikir kritis yang berjumlah 29 soal dan instrumen angket faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa maka data tersebut dihitung menggunakan satistika deskriptif. hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X IPA 1 dan X IPA 2 MAN 2 Jakarta menunjukkan masih kurang, dengan persentase 59,17%. Motivasi siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, kualitas guru, dan sarana prasarana merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berbasis scientific approach terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa. Penelitian ini dilakukan di SMAN 105 Jakarta pada bulan Januari s.d April 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimental dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Populasi pada penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas X SMAN 105 Jakarta yang berjumlah 144 siswa dan terbagi menjadi 4 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Instrument Posttest yang digunakan berupa tes Pilihan Ganda sebanyak 30 butir soal dengan 3 indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen sebesar 73,54 dan pada kelas kontrol sebesar 61,53. Pada uji prasyarat analisis data, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki data yang berdistribusi normal dan variansi yang homogen. Selanjutnya pada uji hipotesis melalui uji-t dengan taraf signifikansi 1% (α=0,01) diperoleh thitung = 6,096 sedangkan ttabel = 2,38 sehingga memenuhi kriteria thitung > ttabel yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, maka terdapat pengaruh yang signifikan pada kedua kelompok. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar biologi siswa kelas x di SMAN 10 kota Tangerang pada semester 1 tahun ajaran 2019-2020. Metode yang digunakan deskriptif kolerasi. Populaai dalam penelitian ini adalah siswa kelas IPA yaitu X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X MIPA 4 dan kelas IPS yaitu X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3, X IPS 4 yang seluruhny berjumlah 307 orang sementara jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 307 x 15%= 46,1. Teknik pengambilan sampel menggunakan (Random sampling). Instrumen yang digunakan berupa angket menggunakan pernyataan motivasi yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar, sedangkan tes pilihan ganda digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan ruang lingkup biologi. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar biologi siswa. Hasil penelitian menunjukan motivasi belajar siswa kelas X di SMAN 10 Kota Tangerang tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 80,82%. Sedangkan hasil belajar biologi tergolong baik dengan rata-rata 75,13%. Uji hipotesis menunjukan nilai rhitung = 0,633 sehingga rhitung > rtabel, ( 0,633 > 0,349) pada α= 0.05. Dengan demikian terdapat hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan hasil belajar Biologi.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model learning cycle 7E pada materi biologi kelas XI Semester 1. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober hingga November 2019. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 13 Bekasi dan SMAN 51 Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di SMAN 13 Bekasi kelas XI MIPA sebanyak 5 kelas. Dan SMAN 51 Jakarta kelas XI MIPA sebanyak 5 kelas. Kelas yang terpilih menjadi sampel adalah kelas XI MIPA 5 di SMAN 13 Bekasi dan kelas XI MIPA 4 di SMAN 51 Jakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan (Developmental Reseacrh) dengan model 4-D. RPP yang dikembangkan menggunakan model learning cycle 7E pada materi biologi kelas XI semester 1 yang terdiri dari RPP materi sel, materi struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan, materi struktur dan fungsi jaringan pada hewan, materi struktur dan fungsi tulang, otot dan sendi, materi sistem sirkulasi, dan materi struktur dan fungsi sel pada sistem pencernaan. Langkah-langkah pengembangan RPP terdiri dari beberapa tahap yaitu define (analisis awal, analisis peserta didik, analisis konsep, analisis tugas, perumusan tujuan pembelajaran), design (penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format, rancangan awal), develop (validasi ahli, uji coba), dan desseminate (penguji validasi, pengemasan, difusi dan adopsi). Validasi RPP dilakukan oleh para ahli. Tingkat kevalidan RPP yang diperoleh pada materi sel sebesar 80,8% kategori “sangat baik”, materi jaringan tumbuhan sebesar 78,6% kategori “baik”, materi jaringan hewan sebesar 79,5% kategori “baik”, materi sistem gerak sebesar 80,7% kategori “sangat baik”, materi sistem sirkulasi sebesar 79,2% kategori “baik”, dan materi sistem pencernaan sebesar 81,5% kategori “sangat baik”. Tingkat kepraktisan RPP yang diperoleh sebesar 79,6% kategori (baik). Tingkat keefektifan RPP yang diperoleh sebesar 86,1% kategori (sangat baik) pada SMA A dan 97,2% kategori (sangat baik) pada SMA B. Hasil pengembangan RPP menunjukkan sudah memenuhi syarat karakteritik yang baik yaitu valid, praktis, dan efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model cooperative learning tipe Teams Games Tourrnaments (TGT) berbasis scientific approach yang valid, praktis dan efektif pada mata pelajaran biologi Sekolah Menengah Atas (SMA). Studi ini merupakan develpoment research yang menggunakan 5 fase model pengembangan Plomp. Namun pada penelitian ini hanya dilaksanakan hingga tahap keempat yaitu fase tes, evaluasi dan revisi. Penelitian ini melibatkan Ahli Pakar RPP, Dosen Biologi, Guru Biologi dari dua sekolah menengah, dan 72 peserta didik kelas X IPA dari dua SMA Negeri di Indonesia. Penentuan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket penilaian RPP dan angket respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran serta tes hasil belajar berupa soal ulangan harian. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. RPP model cooperative learning tipe TGT berbasis scientific approach memiliki pengaruh positif terhadap proses pembelajaran serta hasil belajar peserta didik. Studi ini menghasilkan lima RPP yang valid, yaitu RPP materi Fungi, Plantae, Animalia, Ekologi dan Perubahan Lingkungan. Berdasarkan data validasi tidak ada RPP yang tidak valid, dengan kualitas kelayakan seluruhnya berada pada kategori sangat baik, dengan persentase materi Fungi 94,48%, materi Plantae 94,14%, materi Animalia 95,15%, materi Ekologi 95,59% dan pada materi Perubahan Lingkungan adalah 93,99%, dan kualitas kepraktisan RPP memperoleh persentase 72,98% berada pada kategori baik serta kualitas keefektifan RPP memperoleh persentase 72,22% berada pada kategori baik dan 86,11% berada pada kategori sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RPP tersebut telah memenuhi persyaratan aspek kelayakan perangkat pembelajaran untuk digunakan sebagai acuan dalam mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen Keterampilan Proses Sains (KPS) Materi Biologi Kelas XI Semester 1. Studi dilakukan dari bulan September 2019 hingga Februari 2020. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 51 Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Developmental Research) dengan model prosedural mengadaptasi pengembangan instrumen menurut Djaali dan Mulyono (2008). Langkah-langkah pengembangan instrumen terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap sintesa teori dan analisis (menentukan definisi konseptual dan operasional), tahap perancangan (konstruksi variabel, pengembangan indikator, penyusunan kisi-kisi soal, penentuan jenis tes, penulisan instrumen, penskoran) dan tahap evaluasi (uji validitas, reliabilitas, dan analisis butir item). Validasi teoritik dilakukan oleh ahli yang meliputi validasi konstruk, isi dan bahasa. Validasi empirik terdiri dari uji coba tahap I dan uji coba tahap II. Subjek uji coba penelitian ini adalah peserta didik kelas XII SMA N 50 Jakarta dengan 70 responden. Sedangkan uji coba tahap akhir (Evaluation) penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh sebanyak 100 responden kelas XI IPA. Instrumen tes yang dikembangkan berjumlah 55 soal pilihan ganda dan disusun berdasarkan indikator menurut Rustaman yang terdiri dari 9 indikator, yakni: observasi, klasifikasi, prediksi, interprestasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Hasil penelitian berupa instrumen memiliki kualitas sangat layak berdasarkan validasi ahli (84%). Berdasarkan hasil empirik, jumlah soal yang valid sebanyak 50 butir soal dengan persentase 91% dan 5 soal tidak valid dengan persentase 9%. Selanjutnya, pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus Spearman-Brown didapatkan nilai r11 sebesar 0,78 sehingga dapat dikategorikan tinggi. Dengan demikian penelitian ini menghasilkan instrumen tes yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik pada bahasan materi biologi semester 1 dengan jumlah butir soal pilihan ganda sebanyak 50 butir soal.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) pada materi biologi kelas X SMA Semester II. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga April 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Developmental Research) dengan model pengembangan Tessmer tipe formative evaluation. Langkah-langkah pengembangan instrumen difokuskan pada tiga tahap yaitu tahap preliminary, selfevaluation, tahap prototyping (expert review, one-to-one, small group) dan tahap field test. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 9 Bekasi dengan responden tiga peserta didik kelas XI IPA untuk tahap One to One dan 15 peserta didik kelas XI IPA untuk tahap small group. Sedangkan, pada uji tahap akhir (field test) penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 45 responden kelas XI IPA. Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa soal pilihan ganda berjumlah 55 soal dan disusun berdasarkan indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman, yang terdiri dari sembilan indikator yaitu observasi, klasifikasi, komunikasi, prediksi, menerapkan konsep, hipotesis, interpretasi, mengajukan pertanyaan serta merencanakan percobaan. Hasil penelitian ini yaitu instrumen penilaian yang dikembangkan memiliki kualitas sangat layak berdasarkan validasi ahli (98,01%). Respon peserta didik terhadap keterbacaan soal menunjukkan respon positif sebesar (94,55%). Hasil analisis data menunjukkan 49 soal valid dengan persentase 94,23% dan enam soal dengan persentase 5,77% yang tidak valid. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Spearman-Brown didapatkan nilai r11 sebesar 0,87 (sangat tinggi). Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan instrumen penilaian yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik pada materi biologi kelas X SMA Semester II dengan jumlah butir soal pilihan ganda sebanyak 49 butir soal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan analisis siswa kelas X IPA pada pokok bahasan Virus. Kemampuan analisis merupakan kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember Tahun ajaran 2017-2018 di SMA Negeri 6 Pandeglang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 6 Pandeglang yang berjumlah 250 siswa. Sampel penelitian ini ditentukan dengan Cluster random sampling yaitu pengambilan kelompok sebagai sampel dipilih secara acak pada empat kelas dari kelas X IPA dan didapatkan kelas X IPA 4 sebagai sampel penelitian yang berjumlah 34 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian berbasis analisis (C4) yang berjumlah lima butir soal tentang Virus dari tiga indikator untuk mengukur kemampuan analisis siswa. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan analisis siswa pada pokok bahasan virus kelas X IPA SMA Negeri 6 Pandeglang rata-rata sebesar 59% yang masih tergolong kurang, dengan indikator tertinggi yaitu membedakan sebesar 76% dan indikator terendah yaitu mengorganisasi sebesar 37%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 8 Jakarta pada kelas XI semester 2 bulan maret hingga juni pada tahun ajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling, sehingga dapat diperoleh dua kelompok untuk penelitian yaitu XI MIA 1 dengan jumlah 35 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan XI MIA 2 dengan jumlah 36 orang siswa sebagai kelas kontrol. Metode yang digunakan Quasi Eksperimen, sedangkan desain yang digunakan Posttest-Only Control Group Design. Instrumen yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 84,29 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 78,20. Hasil uji hipotesis digunakan uji t pada taraf siginfikan α = 1%, diperoleh thitung = 4,14 > ttabel 2,65 ; yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap keterampilan mengklasifikasi siswa kelas X di MAN 2 Jakarta pada pokok bahasan animalia. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Posttest Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa terbagi dalam tiga kelas. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, diperoleh dua kelompok penelitian, yaitu kelas X IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intrumen tes yang terdiri atas 26 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Indikator kemampuan yang diukur meliputi lima jenis indikator yaitu mencari persamaan, mencari perbedaan, mengelompokkan, membandingkan, dan mengontraskan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata posttest kemampuan mengklasifikasi dari kelas eskperimen sebesar 76,25. Adapun kelas kontrol memperoleh nilai 60,63. Uji hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikasi α = 1% di peroleh thitung 9,65 > ttabel 2,38, yang berarti H0 ditolak. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan pada kedua kelompok. Dengan demikina penggunaan model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap keterampilan mengklasifikasi siswa pada pokok bahasan animalia.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian
Keterampilan Proses Sains (KPS) pada materi biologi kelas VIII SMP Semester 1.
Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Juli 2019. Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 179 Jakarta yang beralamat di Jalan Raya Kalisari,
Jakarta Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
179 yang tersebar ke dalam 9 kelas. Sampel diperoleh dengan menggunakan
teknik cluster random sampling. Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas
VIII 3, VIII 8, dan VIII 9. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengembangan (Developmental Research) dengan model prosedural
mengadaptasi pengembangan instrumen menurut Djaali dan Mulyono (2008).
Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda dengan jumlah
60 butir soal yang terdiri dari 9 indikator yaitu observasi, klasifikasi, komunikasi,
prediksi, menerapkan konsep, hipotesis, interpretasi, mengajukan pertanyaan serta
merancang percobaan. Langkah-langkah pengembangan instrumen terdiri dari
beberapa tahap yaitu tahap sintesa teori dan analisis (menentukan definisi
konseptual dan operasional), tahap perancangan (konstruksi variabel,
pengembangan indikator, penyusunan kisi-kisi soal, penentuan jenis tes, penulisan
instrumen, penskoran) dan tahap evaluasi (uji validitas, reliabilitas, dan analisis
butir item). Validasi teoritik dilakukan oleh ahli yang meliputi validasi konstruk,
isi dan bahasa. Validasi empirik terdiri dari uji coba tahap I dan uji coba tahap II.
Hasil penelitian menunjukkan instrumen penilaian keterampilan proses sains
sudah memenuhi syarat instrumen yang baik yakni valid dan reliabel. Selain itu,
digunakan angket untuk memperoleh tanggapan dari praktisi terhadap instrumen
yang dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah soal yang valid
sebanyak 42 butir soal dengan persentase 84% dan 18 butir soal tidak valid
dengan persentase 16%. Selanjutnya, pengujian reliabilitas menggunakan rumus
Spearman-Brown, didapatkan nilai r11 sebesar 0,66 (tinggi).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada konsep materi sistem reproduksi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa-siswi kelas XI di SMAN 92 Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIPA di SMAN 92 Jakarta, yang dilaksanakan bulan Maret-Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 2 sebanyak 36 siswa yang diambil secara Teknik Random Sampling. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal berbentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka, disertai skala CRI (Certainty of Response Index) untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa dalam menjawab soal dan angket faktor-faktor penyebab miskonsepsi. Hasil miskonsepsi siswa terhadap materi sistem reproduksi diperoleh rata-rata sebesar 24% yang tergolong kedalam kategori rendah. Subkonsep materi sistem reproduksi yang memiliki miskonsepsi tertinggi terdapat pada subkonsep fertilisasi in vitro yaitu sebesar 38.89%. Sementara berdasarkan butir soal miskonsepsi tertinggi dengan persentase 52.77% terdapat pada materi hormon-hormon dan organ reproduksi pria dan wanita. Sedangkan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa ditemukan pada aspek peserta didik dengan variabel kemampuan siswa. Dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi siswa kelas XI tergolong rendah dan miskonsepsi paling banyak terjadi pada materi hormon kelamin pria dan wanita, dan berdasarkan faktor-faktor yang mempengruhinya terdapat variabel kemampuan siswa.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini telah memberikan banyak pengaruh termasuk di bidang pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru biologi terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran biologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mix method) dengan analisis data Rasch Model menggunakan perangkat lunak Winstep 4.4.4. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah untuk mengetahui kualitas pernyataan dan karakteristik responden, realibilitas item dan responden, pengelompokkan item dan responden, konsistensi responden, dan persepsi responden berdasarkan profil demografi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru biologi di SMP, SMA, dan MAN se Pulau Jawa. Sampel penelitian yang digunakan adalah 54 orang guru biologi dari 38 sekolah yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 35 butir pernyataan dan 13 butir pertanyaan dalam hal pengetahuan TIK, pemanfaatan dan pengaruh TIK terhadap pembelajaran biologi digunakan untuk pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan persepsi guru terhadap TIK berada pada kategori baik sampai sangat baik. 20 item kuesioner memiliki nilai di bawah rata-rata logit +0.00 yang berarti kuesioner tersebut mudah disetujui oleh responden. 52 responden menjawab kuesioner dengan konsistensi yang tinggi dengan nilai logit diatas +1.35. Hambatan penggunaan TIK yang paling sering terjadi adalah siswa sering menyalahgunakan TIK dalam proses pembelajaran. Harapan guru biologi terhadap TIK adalah adanya aplikasi yang dirancang khusus untuk pembelajaran biologi, sehingga penggunaan TIK dalam pembelajaran menjadi lebih efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X di SMA Negeri 14 Bekasi pada pokok bahasan ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Posttest Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 214 siswa terbagi dalam enam kelas. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, diperoleh dua kelompok penelitian, yaitu kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes tertulis yang terdiri atas 26 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Indikator kemampuan yang diukur meliputi enam jenis indikator yaitu keterampilan klasifikasi, observasi, prediksi, interpretasi, mengajukan pertanyaan dan komunikasi. Hasil menunjukkan rata-rata posttest keeterampilan proses sains siswa kelas eksperimen sebesar 76,13. Adapun kelas kontrol memperoleh nilai 63,00. Indikator keterampilan proses sains yang paling berpengaruh di kelas eksperimen adalah indikator mengajukan pertanyaan dengan nilai rata-rata 81,11%, interpretasi 76,69%, prediksi 75,69%, observasi 75%, klasifikasi 73,61%, dan terendah pada indikator komunikasi 69,91%. Uji hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikasi α = 1% diperoleh thitung 7,42 > ttabel 2,38, yang berarti H0 ditolak. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan pada kedua kelompok. Dengan demikian penggunaan model sains teknologi masyarakat (STM) berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada pokok bahasan ekosistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur besar koefisien korelasi antara self efficacy dengan kemampuan berpikir kritis pada materi sistem ekskresi di SMA Negeri 2 Rangkasbitung. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Rangkasbitung pada bulan Februari - Agustus 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi korelasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII MIA SMA Negeri 2 Rangkasbitung dengan jumlah 170. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster random sampling dengan jumlah 32 siswa. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket self efficacy dan tes kemampuan berpikir kritis pada materi sistem ekskresi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket self efficacy dan tes kemampuan berpikir kritis pada materi sistem ekskresi. Hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh rhit > rtab (0,520 > 0,349) yang berarti hipotesis berada di daerah penolakan Ho. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa adanya hubungan antara self efficacy dengan kemampuan berpikir kritis pada materi sistem ekskresi di SMA Negeri 2 Rangkasbitung. Self efficacy memberikan konstribusi sebesar 27% terhadap kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi sistem hormon dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda reasoning terbuka berbantuan CRI (Certainty of Response Index). Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 13 Jakarta pada bulan Mei 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dari penelitian ini yaitu kelas XI IPA tahun ajaran 2018/2019. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik cluster random sampling dengan jumlah siswa sebanyak 64 orang dari dua kelas yaitu XI IPA 2 dan XI IPA 5. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa persentase siswa yang terdeteksi miskonsepsi pada keseluruhan konsep materi sistem hormon sebesar 42,00%, sedangkan siswa yang paham konsep dengan persentase sebesar 39,10%. Miskonsepsi siswa banyak terjadi pada indikator soal tentang menganalisis zat yang diperlukan untuk mengoptimalkan kerja hormon dengan persentase sebesar 59,38%. Penelusuran penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa didominasi oleh faktor yang berasal dari siswa khususnya dari kemampuan, prakonsepsi dan perkembangan kognitif, dari buku teks biologi yaitu tingkat kejelasan informasi buku teks biologi yang digunakan dan dari konteks yaitu penggunaan bahasa sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Keterampilan Memprediksi Siswa kelas XI pada materi Ekosistem dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Bekasi pada bulan September tahun ajaran 2019/2020. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA berjumlah 288 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dengan sampel kelas XI MIPA6, XI MIPA 7 dan XI MIA 8 sebanyak 101 siswa. Instrumen yang digunakan berupa tes pilihan ganda sebanyak 30 soal. Instrumen pendukung yang digunakan berupa lembar angket siswa dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kemampuan memprediksi siswa sebesar 73.42 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir analisis siswa kelas XI MIPA 6, XI MIPA 7 dan XI MIPA 8 di SMA Negeri 4 Kota Bekasi tergolong kategori cukup. Cukupnya kemampuan memprediksi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, media pembelajaran yang digunakan, kegiatan dalam proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, sumber refrensi, kondisi fisik dan psikis siswa.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada sub bab sistem endokrin serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa di kelas XI SMAN 13 Bekasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA di SMAN 13 Bekasi. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 3 sebanyak 62 siswa yang diambil secara Cluster Random Sampling. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal mengenai sistem endokrin dan angket tentang kesulitan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dengan kategori sedang pada sub bab sistem endokrin dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 45,48. Sub materi yang memiliki tingkat kesulitan belajar dengan kategori tinggi yaitu kelenjar endokrin dan sekresi hormon dengan persentase sebesar 39%. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dominan berasal dari faktor eksternal, yaitu dari aspek guru dan materi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta dan mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan standar proses. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada bulan Mei-Agustus 2019. Sampel penelitian ini adalah pembelajaran Biologi materi sel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis silabus dan RPP. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil Penelitian menunjukkan pada aspek perencanaan pembelajaran mendapat kategori baik. Komponen dan prinsip-prinsip penyusunan RPP tergolong sudah sesuai dengan standar proses. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran mendapatkan kategori baik ditandai dengan sudah terlaksananya sebagian besar poin-poin pada pengelolaan kelas, terlaksananya tahapan-tahapan pada kegiatan pembuka dan penutup, terlaksananya dengan cukup baik kegiatan pendekatan saintifik, penggunaan media pembelajaran yang sudah beragam dan menggunakan teknologi. Pada aspek penilaian sudah mendapatkan kategori yang sangat baik yaitu sangat sesuai dengan standar proses karena menggunakan pendekatan autentik. Walaupun begitu beberapa bagian perlu dilakukan perbaikan dan pengembangan seperti pada model pembelajaran dan sumber belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi keterampilan proses sains
terhadap pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi calon guru pendidikan
biologi FKIP UHAMKA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif korelasional dengan sampel yang digunakan adalah sampling
jenuh.
Instrumen yang digunakan berupa tes keterampilan proses sains dan tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dari masing-masing tes sebanyak 30 butir
soal, melalui uji validitas (Purwanto) diperoleh masing-masing 27 butir soal tes
keterampilan proses sains dan 27 butir soal kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang dinyatakan valid. Adapun 3 butir soal dari masing-masing bentuk tes
dinyatakan tidak valid. Adapun untuk uji reliabilitas (Arikunto), kedua jenis tes
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi, kedua tes tersebut memiliki nilai koefisien korelasi (r)
yang sama, yaitu 0,76.
Data hasil penelitian berupa keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang diperoleh melalui masing-masing instrumen, selanjutnya di
analisis melalui uji linieritas regresi, hasil uji linieritas menunjukkan = 0,42 <
= 5,12. Hal ini menunjukkan bahwa kedua data penelitian memiliki regresi
yang linier. Uji korelasi produk moment kedua data memperoleh nilai r = 0,36,
yang lebih tinggi dari (n = 59) = 0,30. Hasil uji atau koefisien
determinasi memperoleh kontribusi keterampilan proses sains terhadap
pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebesar 13%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan penyusunan tes higher order thinking skillsyang dikuasai calon guru Biologi UHAMKA serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah calon guru Biologi angkatan 2016 yang berjumlah 62 orang calon guru Biologi UHAMKA.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei tahun 2019.Sampel penelitian ini adalah kelas A, B, dan C sebanyak 54 orang yang diambil dengan teknik sampling jenuh.Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal yaitu konsep higher order thinking skills, konsep asesmen, konsep biologi, kinerja penyusunan tes higher order thinking skills dan angket.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan konsep higher order thinking skills, konsep asesmen dan konsep biologi calon guru dengan nilai rata-rata yaitu 72 termasuk ke dalam kategori baik. Dari ketiga konsep yaitu konsep higher order thinking skills 68,89%(cukup), konsep asesmen 77,10% (baik), dan konsep biologi 65,74% (cukup). Sedangkan kinerja penyusunan tes higher order thinking skills yang terdiri dari tiga indikator yaitu menganalisis 56,94% (cukup), mengevaluasi 70,37% (baik) dan mencipta 65,74% (baik). Dari ketiga indikator yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta tersebut menjelaskan bahwa ketiga indikator kinerja penyusunan tes higher order thinking skills, yang dikuasai calon guru Biologi termasuk ke dalam kriteria “baik” dengan nilai rata-rata 64,35%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja membuat soal higher order thinking skills dalam penelitian ini adalah (1) penguasaan konsep asesmen (2) adanya kontribusi matakuliah Evaluasi Pembelajaran (3) adanya contoh soal higher order thinking skills pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran (4) pengalaman mendapat soal higher order thinking skills pada UTS/UAS matakuliah di Pendidikan Biologi yang direspon sangat positif oleh mahasiswa.
Kesimpulan: Penguasaan konsep biologi dan konsep higher order thinking skills yang termasuk ke dalam kategori baik dan kinerja calon guru dalam menyusun tes higher order thinking skills jenis menganalisis tergolong cukup. Adapun jenis mengevaluasi dan mencipta tergolong ke dalam kategori baik. Serta ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan tes higher order thinking skills.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada sub bab sistem endokrin serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa di kelas XI SMAN 13 Bekasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA di SMAN 13 Bekasi. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 3 sebanyak 62 siswa yang diambil secara Cluster Random Sampling. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal mengenai sistem endokrin dan angket tentang kesulitan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dengan kategori sedang pada sub bab sistem endokrin dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 45,48. Sub materi yang memiliki tingkat kesulitan belajar dengan kategori tinggi yaitu kelenjar endokrin dan sekresi hormon dengan persentase sebesar 39%. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dominan berasal dari faktor eksternal, yaitu dari aspek guru dan materi
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta dan mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan standar proses. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada bulan Mei-Agustus 2019. Sampel penelitian ini adalah pembelajaran Biologi materi sel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis silabus dan RPP. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil Penelitian menunjukkan pada aspek perencanaan pembelajaran mendapat kategori baik. Komponen dan prinsip-prinsip penyusunan RPP tergolong sudah sesuai dengan standar proses. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran mendapatkan kategori baik ditandai dengan sudah terlaksananya sebagian besar poin-poin pada pengelolaan kelas, terlaksananya tahapan-tahapan pada kegiatan pembuka dan penutup, terlaksananya dengan cukup baik kegiatan pendekatan saintifik, penggunaan media pembelajaran yang sudah beragam dan menggunakan teknologi. Pada aspek penilaian sudah mendapatkan kategori yang sangat baik yaitu sangat sesuai dengan standar proses karena menggunakan pendekatan autentik. Walaupun begitu beberapa bagian perlu dilakukan perbaikan dan pengembangan seperti pada model pembelajaran dan sumber belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi keterampilan proses sains
terhadap pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi calon guru pendidikan
biologi FKIP UHAMKA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif korelasional dengan sampel yang digunakan adalah sampling
jenuh.
Instrumen yang digunakan berupa tes keterampilan proses sains dan tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dari masing-masing tes sebanyak 30 butir
soal, melalui uji validitas (Purwanto) diperoleh masing-masing 27 butir soal tes
keterampilan proses sains dan 27 butir soal kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang dinyatakan valid. Adapun 3 butir soal dari masing-masing bentuk tes
dinyatakan tidak valid. Adapun untuk uji reliabilitas (Arikunto), kedua jenis tes
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi, kedua tes tersebut memiliki nilai koefisien korelasi (r)
yang sama, yaitu 0,76.
Data hasil penelitian berupa keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang diperoleh melalui masing-masing instrumen, selanjutnya di
analisis melalui uji linieritas regresi, hasil uji linieritas menunjukkan = 0,42 <
= 5,12. Hal ini menunjukkan bahwa kedua data penelitian memiliki regresi
yang linier. Uji korelasi produk moment kedua data memperoleh nilai r = 0,36,
yang lebih tinggi dari (n = 59) = 0,30. Hasil uji atau koefisien
determinasi memperoleh kontribusi keterampilan proses sains terhadap
pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebesar 13%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan penyusunan tes higher order thinking skillsyang dikuasai calon guru Biologi UHAMKA serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah calon guru Biologi angkatan 2016 yang berjumlah 62 orang calon guru Biologi UHAMKA.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei tahun 2019.Sampel penelitian ini adalah kelas A, B, dan C sebanyak 54 orang yang diambil dengan teknik sampling jenuh.Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal yaitu konsep higher order thinking skills, konsep asesmen, konsep biologi, kinerja penyusunan tes higher order thinking skills dan angket.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan konsep higher order thinking skills, konsep asesmen dan konsep biologi calon guru dengan nilai rata-rata yaitu 72 termasuk ke dalam kategori baik. Dari ketiga konsep yaitu konsep higher order thinking skills 68,89%(cukup), konsep asesmen 77,10% (baik), dan konsep biologi 65,74% (cukup). Sedangkan kinerja penyusunan tes higher order thinking skills yang terdiri dari tiga indikator yaitu menganalisis 56,94% (cukup), mengevaluasi 70,37% (baik) dan mencipta 65,74% (baik). Dari ketiga indikator yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta tersebut menjelaskan bahwa ketiga indikator kinerja penyusunan tes higher order thinking skills, yang dikuasai calon guru Biologi termasuk ke dalam kriteria “baik” dengan nilai rata-rata 64,35%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja membuat soal higher order thinking skills dalam penelitian ini adalah (1) penguasaan konsep asesmen (2) adanya kontribusi matakuliah Evaluasi Pembelajaran (3) adanya contoh soal higher order thinking skills pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran (4) pengalaman mendapat soal higher order thinking skills pada UTS/UAS matakuliah di Pendidikan Biologi yang direspon sangat positif oleh mahasiswa.
Kesimpulan: Penguasaan konsep biologi dan konsep higher order thinking skills yang termasuk ke dalam kategori baik dan kinerja calon guru dalam menyusun tes higher order thinking skills jenis menganalisis tergolong cukup. Adapun jenis mengevaluasi dan mencipta tergolong ke dalam kategori baik. Serta ada b
NIM: 1501125001. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Soal Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Imun. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Agustus 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa melalui soal berbasis masalah pada materi sistem imun dan faktor-faktor yang pendukung kemampuan berpikir kritis pada siswa XI IPA 3 SMAN 44 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui tes berbasis masalah dalam bentuk tes uraian sebanyak 6 soal. Instrumen pendukung yang digunakan berupa angket untuk siswa dan pedoman wawancara untuk guru. Populasi penelitian adalah pada siswa XI IPA 3 SMAN 44 Jakarta berjumlah 36 siswa. Sampel ini diambil dengan Cluster Random Sampling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa SMAN 44 Jakarta dalam soal berbasis masalah pada materi sistem imun memiliki persentase sebesar 63,77% termasuk kategori sedang atau cukup kritis.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) pada materi biologi kelas X SMA Semester II. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga April 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Developmental Research) dengan model pengembangan Tessmer tipe formative evaluation. Langkah-langkah pengembangan instrumen difokuskan pada tiga tahap yaitu tahap preliminary, selfevaluation, tahap prototyping (expert review, one-to-one, small group) dan tahap field test. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 9 Bekasi dengan responden tiga peserta didik kelas XI IPA untuk tahap One to One dan 15 peserta didik kelas XI IPA untuk tahap small group. Sedangkan, pada uji tahap akhir (field test) penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 45 responden kelas XI IPA. Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa soal pilihan ganda berjumlah 55 soal dan disusun berdasarkan indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman, yang terdiri dari sembilan indikator yaitu observasi, klasifikasi, komunikasi, prediksi, menerapkan konsep, hipotesis, interpretasi, mengajukan pertanyaan serta merencanakan percobaan. Hasil penelitian ini yaitu instrumen penilaian yang dikembangkan memiliki kualitas sangat layak berdasarkan validasi ahli (98,01%). Respon peserta didik terhadap keterbacaan soal menunjukkan respon positif sebesar (94,55%). Hasil analisis data menunjukkan 49 soal valid dengan persentase 94,23% dan enam soal dengan persentase 5,77% yang tidak valid. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Spearman-Brown didapatkan nilai r11 sebesar 0,87 (sangat tinggi). Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan instrumen penilaian yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik pada materi biologi kelas X SMA Semester II dengan jumlah butir soal pilihan ganda sebanyak 49 butir soal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI pada materi struktur dan jaringan tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Kota Tangerang pada semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020 pada bulan Agustus-September 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasy Experiment). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI MIPA SMAN 15 Kota Tangerang. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan teknik cluster random sampling, diperoleh dua kelompok penelitian, yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 37 orang dan kelas XI MIPA 3 sebagai kelas kontrol berjumlah 37 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes pilihan ganda untuk mengukur keterampilan proses sains siswa yang terdiri dari 35 soal. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat terlihat pada skor rata-rata posttest siswa kelas eksperimen memperoleh nilai 75,5 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 67,4. Dari hasil perhitungan uji t didapat thitung=5,01 sedangkan nilai t untuk a=1% dengan db=72 diperoleh nilai t0,99(72)=2,65. Dengan demikian thitung>t0,99(72) maka terdapat pengaruh yang sangat signifikan pada kedua kelompok. Penggunaan model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Kota Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X di SMA Negeri 14 Bekasi pada pokok bahasan ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Posttest Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 214 siswa terbagi dalam enam kelas. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, diperoleh dua kelompok penelitian, yaitu kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes tertulis yang terdiri atas 26 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Indikator kemampuan yang diukur meliputi enam jenis indikator yaitu keterampilan klasifikasi, observasi, prediksi, interpretasi, mengajukan pertanyaan dan komunikasi. Hasil menunjukkan rata-rata posttest keeterampilan proses sains siswa kelas eksperimen sebesar 76,13. Adapun kelas kontrol memperoleh nilai 63,00. Indikator keterampilan proses sains yang paling berpengaruh di kelas eksperimen adalah indikator mengajukan pertanyaan dengan nilai rata-rata 81,11%, interpretasi 76,69%, prediksi 75,69%, observasi 75%, klasifikasi 73,61%, dan terendah pada indikator komunikasi 69,91%. Uji hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikasi a=1% diperoleh thitung 7,42>ttabel 2,38, yang berarti Ho ditolak. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan pada kedua kelompok. Dengan demikian penggunaan model sains teknologi masyarakat (STM) berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada pokok bahasan ekosistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi sistem hormon dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda reasoning terbuka berbantuan CRI (Certainty of Response Index). Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 13 Jakarta pada bulan Mei 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dari penelitian ini yaitu kelas XI IPA tahun ajaran 2018/2019. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik cluster random sampling dengan jumlah siswa sebanyak 64 orang dari dua kelas yaitu XI IPA 2 dan XI IPA 5. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa persentase siswa yang terdeteksi miskonsepsi pada keseluruhan konsep materi sistem hormon sebesar 42,00%, sedangkan siswa yang paham konsep dengan persentase sebesar 39,10%. Miskonsepsi siswa banyak terjadi pada indikator soal tentang menganalisis zat yang diperlukan untuk mengoptimalkan kerja hormon dengan persentase sebesar 59,38%. Penelusuran penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa didominasi oleh faktor yang berasal dari siswa khususnya dari kemampuan, prakonsepsi dan perkembangan kognitif, dari buku teks biologi yaitu tingkat kejelasan informasi buku teks biologi yang digunakan dan dari konteks yaitu penggunaan bahasa sehari-hari.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada sub bab sistem endokrin serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa di kelas XI SMAN 13 Bekasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA di SMAN 13 Bekasi. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 3 sebanyak 62 siswa yang diambil secara Cluster Random Sampling. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen soal mengenai sistem endokrin dan angket tentang kesulitan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dengan kategori sedang pada sub bab sistem endokrin dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 45,48. Sub materi yang memiliki tingkat kesulitan belajar dengan kategori tinggi yaitu kelenjar endokrin dan sekresi hormon dengan persentase sebesar 39%. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dominan berasal dari faktor eksternal, yaitu dari aspek guru dan materi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berhipotesis siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 39 Jakarta 2018/2019 pada materi jaringan tumbuhan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 s.d 26 April 2019 di SMA Negeri 39 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 39 Jakarta, berjumlah 245 orang siswa, dari 7 kelas. Sampel diambil dengan cara Classter Random Sampling, yakni kelas XI MIPA 1, 2, dan 3 yang berjumlah 107 orang siswa. Data dikumpulkan melalui tes kemampuan berhipotesis dalam bentuk tes pilihan ganda 5 option sebanyak 30 soal. Instrumen pendukung yang digunakan berupa pedoman wawancara dan lembar angket guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berhipotesis siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 39 Jakarta pada materi jaringan tumbuhan mencapai 81,09%. Berdasarkan jenisnya kemampuan berhipotesis asosiatif siswa mencapai 86,21%, kemampuan berhipotesis deskriptif sebesar 73,68%, dan kemampuan hipotesis komperatif 53,74%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam berhipotesis tergolong baik sekali. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berhipotesis antara lain individu siswa (yang terdiri dari minat, sumber belajar, dan penguasaan materi), proses belajar mengajar (terdiri dari metode, media, dan kegiatan dalam pembelajaran), dan sikap guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ROPES terhadap keterampilan proses sains (KPS). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 39 Jakarta pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Metode yang digunakan adalah Posttest Only control group design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 280 siswa dengan sampel sebanyak 72 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Prosedur dari penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis pilihan ganda terdiri 30 butir soal dalam materi ekosistem kelas X yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, siswa kelompok eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,28, sedangkan nilai siswa kelompok kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,06. Uji hipotesis menggunakan uji t-test polled varian dengan taraf signifikasi a=1% diperoleh thitung=10,79>ttabel=2,38 karena thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ROPES berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X MIPA SMA Negeri 39 Jakarta pada pokok bahasan ekosistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Konsistensi Penyusunan RPP Sesuai Dengan Model Discovery Learning Dalam Skripsi Mahasiswa PGSD pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode Analisis Konten (Content Analysis), populasi seluruh mahasiswa PGSD yang menggunakan model discovery learning yaitu 7 mahasiswa dari 367 mahasiswa di tahun 2015-2019. Sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang menggunakan observasi dan dokumen. Hasil yang diperoleh Analisis terhadap komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan jumlah tujuh mahasiswa, persentase kesesuaian komponen RPP yaitu 91,6%. Analisis terhadap konsistensi penyusunan kegiatan belajar mengajar RPP dengan sintak model pembelajaran discovery learning menunjukan dari ke tujuh belas RPP, mahasiswa yang judul penelitiannya tentang model pembelajaran discovery learning, persentase kesesuaian langkah-langkah proses belajar mengajar dengan sintax model pembelajaran discovery learning sebesar yaitu 87,04%.
Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) merupa-kan salah satu tanaman obat yang dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit seperti influenza, anti kanker, meningkatkan ketahanan tubuh dan anti-fertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari daun sambiloto terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY (Deutschland, Denken, and Yoken). Sebanyak 24 ekor mencit jantan dengan berat antara 100-125gramdibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 dengan mas-ing-masing dosis 0, 84, 140 dan 196 mg/kg berat badan yang diberikan ekstrak etanol secara oral selama 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok perlakuan P3 (196 mg/kg berat badan) menunjukkan jumlah spermatozoa terbanyak yaitu 7,33 juta/ml, mengalami penurunan sebesar 78,86% terhadap kontrol. Kandungan senyawa andrografolid dan flavonoid pada ekstrak sambiloto diduga kuat menjadi penyebab pe-nurunan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa pemberian ekstrak etanol daun sambiloto berpengaruh terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit jantan.
Takokak (Solanum torvum Swartz.) merupakan tanaman perdu yang banyak dimanfaatkan manusia untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Namun dalam pemanfaatannya tersebut belum banyak dilakukan penelitian lebih
lanjut. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah takokak (Solanum torvum Swartz.) terhadap
jumlah dan motilitas spermatozoa tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat pelakuan yaitu P0 sebagai kontrol, P1 (dosis
250mg/kg bb ), P2 (dosis 500mg/kg bb ) dan P3 (dosis 1000mg/kg bb). Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan
sebanyak 6 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan menghitung jumlah dan motilitas sperma tikus putih setelah
diberikan ekstrak buah takokak secara oral dengan dosis yang berbeda selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak buah takokak pada perlakuan P3 (1000mg/kg bb) paling berpengaruh terhadap jumlah spermatozoa
(20,33 juta/ml) menurun 37,87% dibandingkan kontrol. Demikian juga terhadap motilitas sperma tikus
(50,67kali/menit) menurun 73,78% dibandingkan kontrol. Hasil uji t' (α = 0,05) juga memperlihatkan perbedaan yang
signifikan antara perlakuan P0 dengan P2, P0 dengan P3. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah takokak
(Solanum torvum Swartz.) dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah dan motilitas sprematozoa tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley.
Centella asiatica is commonly known as centella or pegagan is one of the biological
resources that have many benefits for mankind. Clinical and pharmacological study of Centella
asiatica has been widely proven by scientists of the world, but there are a few properties that
require further investigation in particular its effect on fertility. This research aims to know the
influence of the ethanol extract of pegagan (Centella asiatica) towards the birth rates or
fertility in the early post-implantation. On the research, white rat (Rattus norvegicus L.) is used
as animal tested. The method that used in this research was an experiment by using randomly
complete design. The tested animals were grouped into 4 treatment i.e. group I (control group),
group II (dose 175 mg/kg body weight), group III (a dose of 200 mg/kg body weight) and
Group IV (dose 225 mg/kg body weight). The tested animals were given the exraction of
Centella asiatica leaf orally with different doses for 15 days after post-implantation. The value
of post-implantation death percentage is calculated by counting the number of implantation,
either containing a live fetus, or dead fetus and embryo resorb. The results showed that
Centella asiatica gave the influ-ence on white white rat ferlitisation. On the grup IV treatment
with the dose of 225 mg/kg body weight showed the highest KPI val-ue i.e. 57.23%.
This study aims to test extract ethanol of leaves Pennywort (Centellaasiatica L. Urban) toward fertilitation of female white mice Sprague Dawley strain at the praimplantation. Parameters used implantation (IM), loss of gestation (KGE) and death of pasca-implantation (KPI) after 15 days pregnant.This research conducted from April 2014 in the biology laboratory of UHAMKA, East Jakarta. The sample used 24 rat that divided into four treatment, namely: control(D0), 125(D1), 150(D2 and 175 mgkg-1 bw(D3)with Complete Random Design.The results of data by paired samples test analysis obtained significant differences (p<0,05) between the control group ( D0 ) with the doses 150 mgkg-1 bb (D2) on the decline IM and an increase KGE.On the percentage the average KPI obtained influence is no real different ( p>0.05 ) in all treatment, but a tendency increased the KPI average percentage in the doses 175 mgkg-1 bw (D3).The conclution of this researchis the ethanol extract of leaves Pennywort can reduce the percentage of the average number on implantation (IM) and increase the loss of gestation (KGE) with an effective dose of 150 mgkg-1 bw. Then, the tendency to raise the post-death implantation (KPI) early stage at a dose of 175 mgkg-1 bw.