@article{repository4633, title = {PENGGUNAAN BORAKS PADA SAMPEL BAKSO OLEH PEDAGANG BAKSO DI KEC. KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN}, journal = {PENGGUNAAN BORAKS PADA SAMPEL BAKSO OLEH PEDAGANG BAKSO DI KEC. KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN}, publisher = {ARKESMAS}, abstract = {Latar Belakang. Asupan makanan merupakan salah satu variabel yang langsung berkontribusi terhadap status gizi seseorang. Ia memberikan sumbangan penting bagi kesehatan tubuh, oleh karena itu, dibutuhkan semua jenis makanan yang aman. Salah satu makanan kegemaran masyarakat adalah bakso. Bakso yang mengandung boraks menjadikannya termasuk kategori makanan yang tidak aman untuk dikonsumsi karena boraks bukan kategori bahan tambahan makanan, menyebabkan keracunan, penyebab kerusakan ginjal, kerusakan hati (hepatotoksik), dan teratogenik. Namun para pedagang seringkali menggunakannya sebagai bahan pengenyal dan sekaligus pengawet. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan boraks pada bakso oleh pedagang bakso yang berjualan di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain itu mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan penggunaan boraks. Metode. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil berupa bakso dan pedagangnya yang membuat sendiri dan menjajakan baksonya secara menetap di wilayah Kec. Kebayoran Baru sebanyak 56 orang. Penelitian ini dilakukan bulan Februari hingga Agustus 2015. Hasil pengukuran kandungan boraks dianalisis secara laboratorium. Variabel lain (pengetahuan, sikap, motivasi, lama berdagang, pendidikan, persepsi tentang peraturan BTP, kemudahan mendapatkan bahan, pengaruh teman atau pedagang lain serta pembinaan dan pengawasan) diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Selanjutnya dilakukan analisis secara univariat dan bivariat Hasil: Pedagang yang positif menggunakan boraks sebesar 28.6\%, tingkat pendidikannya rendah (73.2\%), tingkat pengetahuan tinggi (55.4\%), lama berdagang sudah lebih dari 17 tahun (91.1\%), memiliki sikaf positif terhadap boraks (62.5\%), memiliki motivasi yang baik (57.1\%), memiliki persepsi positif terhadap peraturan (58.9\%), memiliki kemudahan mendapatkan boraks (53.6\%), memiliki pengaruh teman yang lemah dalam memperoleh boraks (64.3\%), dan tingkat pembinaan dan pengawasan kepada mereka termasuk tinggi (58.9\%). Hasil uji bivariat diperoleh variabel yang memiliki hubungan secara statistik dengan penggunaan boraks yaitu pendidikan, pengetahuan, motivasi, persepsi pedagang terhadap peraturan, kemudahan mendapatkan bahan, dan pembinaan dan pengawasan, Kesimpulan. Pengetahuan dan pendidikan yang rendah menjadi salah satu penyebab para pedagang masih menggunakan boraks dalam adonan baksonya ditunjang pula oleh pembinaan dan pengawasan yang masih rendah.}, url = {http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/4633/}, author = {Linda, Ony and Rachmawati, Emma and Sarah Handayani, Sarah} }