@book{repository449, title = {MANIFESTO GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH}, year = {2017}, publisher = {Muhammadiyah University Press}, abstract = {Manifesto Gerakan intelektual Profetik merupakan jawaban atas paradigma Ikatan yang selama ini berbeda masing-masing pimpinan dari tingkatan Pusat hingga Komisariat. Buku ini, juga melengkapi literatur Ikatan yang sudah jarang ditemukan serta menjadi bahan bacaan bagi yang mengkaji paradigma profetik serta gerakan kemahasiswaan. Buku ini mengkaji nilai-nilai yang ada dalam diri Ikatan serta bagaimana menghadirkan nilai tersebut sebagai jatidiri yang membedakan Ikatan dengan gerakan mahasiswa yang lain. Nilai tersebut menjadi alat pandang dan cara menyelesaikan proses dehumanisasi disaat ini, dengan membawanya pada cita-cita ideal yang diingin-kan. Beroganisasi merupakan suatu pilihan untuk mengem-bangkan diri menuju kedewasaan, hal tersebut dikarenakan dalam beroganisasi mendapatkan segala hal yang diingikan seperti pengalaman hidup bahkan pendamping hidup. Sebagai orang yang bergelut dalam organisasi pergerakan mahasiswa lebih dari delapan tahun, telah memiliki pengalaman tertentu dengan organisasi yang ditekuninya. Pengalaman tersebut menjadi bekal utama sehingga lahirlah tulisan Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (GIP). Manifesto GIP merupakan tulisan yang mengupas tentang paradigma Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam merespon realitas makro, mezo dan mikro, respon tersebut merupakan jawaban Ikatan atas proses dehumanisasi yang terjadi sampai saat ini. Kerja nyata yang dilakukan oleh ikatan dalam realitas ini, merupakan kerja kemanusiaan dalam bingkai nilai transenden dalam rangka beribadah kepada Allah (taqarub Hallah). Buku tersebut, terdiri dari sebelas bagian dimana bagian satu dengan yang lain mencapai satu kesatuan pemahaman yang utuh. Bagian pertama, pendahuluan membahas tentang merah ikatan serta objektivikasinya, praksis gerakan intelektual profetik, studi ikatan terhadahulu, dan kerangka buku Gerakan Intelektual Profetik. Bagian kedua, membahas tentang manusia sebagai personal manusia ideal yang digambarkan oleh Ikatan serta memperjelas tujuan hidup serta peran yang dilakukannya. Bagian ketiga, mengupas tentang simbol Ikatan sebagai paradigma atau nilai-nilai serta tujuan ikatan dalam melakukan perubahan. Bagian empat, membahas tentang profil kader secara personal dalam sebuah organisasi, yang tercermin menjadi intelektual profetik yang terrungkap dalam kompetensi dasar yang hasrus dimiliki serta bagaimana melakukan transformasi sosial. Bagian kelima, mengupas tentang realitas sekarang atau kondisi saat ini yang mengambarkan dehumanisasi dengan rincian multikulturalism, globalisasi, dan neoliberalisme yang tejadi dalam masyarakat. Dengan penggambar-an tersebut, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan oleh Ikatan. Bagian keenam, membahas tentang Muhammadiyah yang selayaknya mengkaji kembali pemikiran Kiai Ahmad Dahlan untuk menjawab realitas yang mengalami dehumanisasi serta melakukan kontektualisasi pada realitas hari ini. Bagian ketujuh, menganalisis kesadaran yang dimiliki oleh manusia sehingga bertransformasi menuju kesadaran profetis sehingga dapat melakukan transformasi sosial dengan nilai-nilai yang diidealkan. Bagian delapan, mengupas tentang indikator serta metodologi dalam melakukan transformasi profetik dalam melakukan perubahan sosial. Bagian kesembilan, mengulas tentang etos profetis dalam mewujudkan cita-cita profetis yang tertuang dengan kebudayaan yang humanis didasarkan transenden dan keilmuan. Bagian kesempuluh, membahas tentang teori sosial yang digunakan dalam melakukan transformasi profetis. Bagian kesebalas, menganalisis filsafat gerakan yang dilakukan intelektual profetik dalam melakukan transformasi sehingga menjelaskan gerakan diaspora yang dilakukan oleh kader ikatan. Dan bagian keduabelas, membahas transformasi profetik yang dilakukan oleh ikatan guna mewujudkan masyarakat yang diidealkan yaitu khoru ummah}, isbn = {978-602-361-066-2}, url = {http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/449/}, author = {Muhammad Abdul Halim Sani, Sani} }