eprintid: 15649 rev_number: 7 eprint_status: archive userid: 3859 dir: disk0/00/01/56/49 datestamp: 2022-07-02 03:29:58 lastmod: 2022-07-02 03:29:58 status_changed: 2022-07-02 03:29:58 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: Juniastuti, Tri title: Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Tepung Ikan Teri (Stolephorus spp.) dalam Pembuatan Crackers Sumber Kalsium ispublished: pub subjects: Q1 divisions: 13211 abstract: Indonesia memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan menjadi produk olahan antara lain biji nangka dan ikan yang dimanfaatkan dalam pembuatan crackers. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah tepung biji nangka (Artocarpus heterophyllus) dan tepung ikan teri (Stolephorus spp.) untuk menghasilkan crackers binari yang paling disukai oleh panelis, daya terima serta kandungan kalsium crackers binari. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu perbandingan tepung terigu, tepung biji nangka, dan tepung ikan teri. Terdapat 4 formulasi yaitu C0 = kontrol, C1 = 85 g:10 g:5 g, C2 = 80 g:15 g:5 g, dan C3 = 75 g:20 g:5 g. Produk terpilih dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian, crackers dengan substitusi tepung terigu 85 g, tepung biji nangka 10 g, dan tepung ikan teri 5 g menghasilkan produk crackers terbaik dari hasil uji organoleptik dengan nilai rata-rata kesukaan terhadap warna 4,16 (menyukai), aroma 4,00 (menyukai) tekstur 4,06 (menyukai), dan rasa 4,06 (menyukai). Hasil uji kimia per 100 g crackers dengan formulasi terbaik memiliki kadar air 2,83%, kadar abu 2,52%, kadar lemak 26,65%, kadar protein 8,93%, kadar karbohidrat 59,05%, dan kadar kalsium 297 mg. date: 2016 date_type: completed full_text_status: public institution: Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka department: Fakultas Ilmu Kesehatan thesis_type: bachelor thesis_name: other referencetext: Adikhairani. (2012). Pemanfaatan Limbah Nangka (Biji: Artocarpus heterophyllus Lmk. dan Dami Nangka) Untuk Pembuatan Berbagai Jenis Pangan dalam Rangka Penganekaragaman Penyediaan Pangan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Unimed Vol. 14 No. 1/April 2012. Afrianto, E, Liviawaty, E. (2005). Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Ahmad, M. (2007). Peningkatan Gizi Mie Instan dari Campuran Tepung Terigu dan Tepung Ubi Jalar Melalui Penambahan Tepung Tempe dan Tepung Ikan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Alatas, S. (2011). Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia. Anonim, (2011). Tepung Terigu. http://23398tepungterigu.htm. Diakses 3 Januari 2016. Anonim. (2012). Konsumsi Ikan Masih Rendah. Kementerian Kelautan dan Perikanan. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/6299/konsumsi-ikan-masih-rendah. Diakses 5 Desember 2015. Anonim. (2012). Pemanggangan. http://www.halalguide.info./2009/03/03/shortening-si-lemak-putih. Diakses 27 Desember 2015. Arna, D. (2011). Pemanfaatan Biji Nangka Pada Pembuatan Bakso. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Ati, W. (2003). Penambahan Ikan Teri (Stolephorus sp) Sebagai Sumber Protein dalam Pembuatan Tortilla Chips. Bogor: IPB. Booth, R., Gordon. (2005). Snack Food. Van Nostrand Reinhold, New York. BPOM RI. (2011). Klaim Pangan Fungsional. Peraturan Kepala BPOM. BPOM RI. (2016). Klaim Pangan Fungsional. Peraturan Kepala BPOM. Departemen Perindustrian. (1992). SNI 01-2973-1992. Syarat Mutu Biskuit Crackers. Badan Standarisasi Nasional. Djuarni, N., Silvana, M. D, Yohannes dan Rumawa Maukar. (1985). Tata Laksana Makanan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur, Ujung Pandang. Djoko. K. et. al. (2014). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Bogor: Kementerian Kesehatan RI: 123-130. DSN. (1996). SNI 01-2715-1996. Standar Nasional Indonesia: Standar Mutu Tepung Ikan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. DSN (2009). SNI 01-3751-2009. Standar Nasional Indonesia: Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Faiqotul, W. (2010). Pengaruh Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Biji Nangka Terhadap Komposisi Proksimat dan Sifat Sensorik Kue Bolu Kukus. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hendriko, (2011). Biscuit Crackers. http://BiscuitCrackersSubstitusiTepungTempeKedelaiSebagaiAlternatifMakananKecilBergiziTinggi_FreeDownloadEbook.htm. Diakses 3 Januari 2016. Kalkwarf, et. al,. (2003). Milk Intake During Childhood and Adolescence, Adult Bone Density, and Osteoporotic Fractures in US Women. American Journal Clinical Nutrition. Kartining, T. (2012). Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) Sebagai Substitusi dalam Pembuatan Kudapan Berbahan Dasar Tepung Terigu Untuk PMT Pada Balita. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Kenenterian Kesehatan, Republik Indonesia. (2009). Pemanfaatan Biji Nangka. Direktorat Bina Gizi. Kementian Kesehatan, Republik Indonesia. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Bakti Husada. Koswara, S. (2009). Teknologi Pengolahan Roti. EBookPangan.com Manoppo, S. (2012). Studi Pembuatan Crackers Dengan Sukun (Artocarpus Comunis) Pragelatinisasi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Mulyani, E. (2009). Konsumsi Kalsium Pada Remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Mervina, C. (2012). Formulasi Biskuit dengan Substitusi Tepung Ikan Lele Dumbo dan Isolat Protein Kedelai Sebagai Makanan Potensial Untuk Balita Gizi Kurang. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol 23 No. 1 pp: 9-16. Nuraini, D. (2011). Aneka Manfaat Biji-Bijian.Yogyakarta: Gava Media. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. (2009). Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia. Restyawati, D. (2011). Biscuit Crackers dengan Substitusi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Sebagai Alternatif Makanan Kecil Berprotein Tinggi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Salma, L. (2008). Titik Kritis Kehalalan Bahan Pembuat Produk Bakery dan Kue. http://lindasalma.multiply.com/journal/item/24?&itemid=24&view:replies=reserve. Diakses 10 Januari 2016. Santoso, T. et. al,. (2014). Pengaruh Perlakuan Pembuatan Tepung Biji Nangka Terhadap Kualitas Cookies Lidah Kucing Tepung Biji Nangka. Jurnal Teknologi dan Kejuruan Vol 37 No. 2 pp: 167-178 Sari, M. (2011). Identifikasi Protein Menggunakan Faourier Transform Infrared (FTIR). Teknik Kimia. Universitas Indonesia. Schwedt, G. (2005). Taschenatlas der Lebensmittelchemie. WILEY-VECH Verlag, Weinheim. Setyaningsih, D, et. al. (2010). Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Pres: 21. Standar Nasional Indonesia. (1992). Syarat Mutu Biskuit. Departemen Perindustrian RI. Suprapti, L. (2008). Keripik, Manisan Kering, dan Sirup Nangka. Yogyakarta: Kanisius. Susanto, A. (2013). Donat dari Tepung Biji Nangka Buatan Mahasiswa UNY. http://health.liputan6.com/read/545020/donat-dari-tepung-biji-nangka-buatan-mahasiswa-uny. Diakses 14 Januari 2015. Sutomo, B. (2011). Memilih Tepung Terigu. http://budiboga.blogspot.com/2006/05/memilih-tepung-terigu-yang-benar-untuk.html. Diakses 27 Desember 2015. Wijaya, H. (2010). Kajian Teknis Standar Nasional Indonesia Biskuit SNI 01-2973-1992: Syarat Mutu Biskuit. Prosiding PPI Standarisasi, Banjarmasin. Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yunarni. (2012). Studi Pembuatan Bakso Ikan dengan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.). Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. citation: Juniastuti, Tri (2016) Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Tepung Ikan Teri (Stolephorus spp.) dalam Pembuatan Crackers Sumber Kalsium. Bachelor thesis, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. document_url: http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/15649/1/FIKES_GIZI_1205025085_TRI%20JUNIASTUTI.pdf