eprintid: 13151 rev_number: 8 eprint_status: archive userid: 2319 dir: disk0/00/01/31/51 datestamp: 2022-10-09 06:44:52 lastmod: 2022-10-09 06:44:52 status_changed: 2022-10-09 06:44:52 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: Fadhillah, Ahmad creators_name: Daniek Viviandhari, Daniek creators_name: Herfin, Setyowati creators_orcid: 0000-0002-9233-1557 creators_orcid: 0000-0002-9233-1557 creators_orcid: 0000-0002-9233-1557 title: Evaluasi Tata Laksana Strategi Dots Berdasarkan Angka Konversi Dan Keberhasilan Pengobatan Tb Bta + Di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2015 ispublished: pub subjects: RS divisions: 48201 abstract: Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) adalah strategi komprehensif yang digunakan untuk mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB terutama penderita TB paru dengan sputum BTA positif. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka dan persentase konversi (conversion rate), keberhasilan DOTS , dan pengaruh peran PMO tenaga kesehatan dalam mendukung keberhasilan program DOTS pada Pengobatan TB paru BTA positif. Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua indikator nasional, yang tingkat konversi minimal 80% dan tingkat keberhasilan target nasional minimal (85%). Parameter untuk menilai peran PMO petugas kesehatan dilakukan penilaian poin materi penyuluhan kesehatan TB pada pasien dan keluarga TB. Penelitian ini dianalisa secara deskriptif berdasarkan hasil pemeriksaan BTA, hasil pengobatan, dengan rumus angka dalam Pedoman nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014 dan penilaian poin penyuluhan tentang kesehatan TB. Hasil penelitian menunjukan angka konversi sebesar 97,9%, angka keberhasilan pengobatan sebesar 92,63%, dan peran PMO petugas kesehatan dengan penilaian rentang materi penyuluhan 7-9 (baik) sebesar 100%. Dapat disimpulkan bahwa angka konversi, angka keberhasilan telah melampaui target nasional, dan peran tenaga kesehatan berjalan baik. Kata Kunci : Tuberkulosis (TB), Directly Observed Treatment Short-course (DOTS), angka konversi, angka keberhasilan pengobatan, pengawasan menelan obat (PMO). date: 2022-02-18 date_type: completed full_text_status: restricted institution: Univerisitas Muhammadiyah Dr Hamka department: Fakultas Farmasi Dan Sains thesis_type: bachelor thesis_name: bphil referencetext: Amin Z, Bahar A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm 1005-1009 Anonim. 2009. Program DOTS 2009. http://www.givewell.org/international/technical/programs/DOTS 2009. Diakses tanggal 21 februari 2015 Anonim. 2012. Struktur Program TB. http://www.tbindonesia.or.id. Diakses 1 April 2015 Depkes RI. 2004. Petunjuk Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Fixe Dose Combination (OAT-FDC). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 3-4 Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta. Hlm. 80-84 Depkes RI. 2007a. Pedoman Dasar di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasiaan. Jakarta. Hlm. 6, 234 Depkes RI. 2007b. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 79 Depkes RI. 2008. Lembar Fakta Tuberkulosis. Disampaikan Rangka Peringatan Hari TB Sedunia-24 Maret 2008. Jakarta. Hlm. 1 Dye C, Watt CJ, Bleed DM, Hosseini SM, Raviglione MC. 2005. Evolution of Tuberculosis Control and Prospects for Reducing Tuberculosis Incidence, Prevalence, and Deaths Globally. JAMA. Volume 293 No.22. Hlm. 2767-2775. Feng JY, Huang SF, Ting WY, Chen YC, Lin YY, Huang RM, Lin CH, Hwang JJ, Lee JJ, Yu MC, Yu KW, Lee YC, Su WJ. 2012. Gender differences in treatment outcomes of tuberculosis patients in Taiwan: a prospective observational study. European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases. Volume 18. Hlm. 332-337 Hiswani. 2004. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan. Hlm. 4 Istiantoro Y. H dan Setiabudy R. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm. 646-671 Hussain N, Hussain S. 2007. Tuberculosis & Diabetes Mellitus Impact of Co- Association. Pak J Chest Med. Volume 13 no.4. Hlm. 24-25 Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, 2012. Basic and Clinical Pharmacology twelve edition. MC Graw Hill Lange. San Francisco. Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi Kedua. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Hlm. 1,3, 6, 12,13,19-27 Kemenkes RI. 2013a. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 8 Kemenkes RI. 2013b. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hlm. 69-70 Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 75 Tahun 2014: Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Hlm. 3, 19 Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Hlm. 128, 130, 151 Kurniati I. Angka konversi penderita tuberkulosis paru yang diobati dengan obat antituberkulosis (OAT) paket kategori I di BP4 Garut. MKB; 2010. Hlm. 33-36 Mahfuznah I. Gambaran faktor risiko penderita TB paru berdasarkan status gizi dan pendidikan di RSUD dokter Soedarso. Universitas Tanjung Pura Pontianak. 2014. Hlm. 7-8 Mansjoer A, Suprohaita, Wahyu I. W., Wiwiek S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Media Aesculapius. Jakarta. Hlm. 223 Murtiwi.2006. Keberadaan Pengawas Minum Obat (PMO) Pasien Tuberkulosis Paru Di Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 10 No.1 Maret 2006. Hlm.14-15 Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm. 27,35-36 42 Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi, Jakarta. Hlm. 145 Penghimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Tuberkulosis : Pedoman diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. Jakarta. Hlm. 4, 30-32 Rajpal, S, Dhingra, Aggarwal. Sputum grading as predictor of treatment outcome in pulmonary tuberculosis. Indian J Tuberc; 2002;49:139- 141. Sultan HI, Al-Jebouri MM. 2010. Pulmonary tuberculosis in Alzab district. Tikrit Medical Journal. Volume 16. No.1. Hlm. 37-41 Triyani Y, Ida P, Sjahid I, Gunawan JE. Peralihan (konversi) sputum BTA antara pemberian dosis baku (standar) dan tinggi rifampisin pada pengobatan (terapi) anti tuberkulosis kelompok (kategori) I. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Volume 14 No. 1. 2007. Hlm. 1-6 USAID (2008). Infectious Disease. www.usaid.gov. Diakses 1 April 2015 Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL, Diviro CT. 2008. Pharmacotherapy Handbook Seventh edition. The Mc. Graw Hill Company. USA. Hlm. 1841 Widodo E. 2004. Upaya Peningkatan Peran Masyarakat dan Tenaga Kesehatan Dalam Pemberantasan Tuberkulosis. Bagian Pasca Sarjana IPB. Bogor. Hlm. 34 World Health Organization. 2003. Adherence to Long-Term Therapies Evidence for Action. Geneva: World Health Organization. Hlm 123-128 World Health Organization . 2009. WHO Report 2009: Global Tuberculosis Control Epidemiology, Strategy, Financing. Geneva, Switzerland: WHO Press.Hlm. 7 World Health Organization. 2012. Global Tuberculosis control report 2012. http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/. Diakses tanggal 21 februari 2015 citation: Fadhillah, Ahmad dan Daniek Viviandhari, Daniek dan Herfin, Setyowati (2022) Evaluasi Tata Laksana Strategi Dots Berdasarkan Angka Konversi Dan Keberhasilan Pengobatan Tb Bta + Di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2015. Bachelor thesis, Univerisitas Muhammadiyah Dr Hamka. document_url: http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/13151/1/FFS_FARMASI_S03-170342_AHMAD%20FADHILLAH.pdf