@phdthesis{repository11663, title = {Konstruksi Realitas Media Mengenai Peran Suami dan Istri dalam Film HIJAB}, school = {Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka}, month = {September}, year = {2021}, author = {Dalani, Windy Febri and Romadlan, Said and Wahdiyati, Dini}, url = {http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/11663/}, abstract = {Keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan adalah cerita klasik dalam sejarah umat manusia. Perempuan oleh media massa ditampilkan berada di rumah, berperan sebagai ibu rumah tangga dan tergantung pada laki-laki. Film HIJAB adalah salah satu film Indonesia yang mengusung tema mengenai perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana perempuan diposisikan dalam film. Berfokus kepada pembedaan peran antara suami dan istri dalam film HIJAB. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode analisis isi kualitatif. Metode ini digunakan untuk menganalisis adegan dan dialog yang dianggap mewakili penggambaran peran suami dan istri. Menggunakan teori konstruksi realitas media, peneliti mengkaji realitas yang dibangun dalam film HIJAB garapan sutradara Hanung Bramantyo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan peran antara suami dan istri. Suami kerap digambarakan berada dalam ranah publik, sementara istri cenderung berada di ranah domestik. Suami mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya dan tetap mendominasi di dalam lingkup keluarganya. Ada dua faktor dominan yang mempengaruhi penggambaran peran suami dan istri dalam film HIJAB. Pertama, faktor internal dimana ide cerita berasal dari pengalaman pribadi produser dan sutradara film, juga pemahaman pembuat film mengenai konsep gender sebagai hasil konstruksi sosial. Kedua, faktor eksternal yang merupakan pengaruh dari lingkungan sekitar, hasil dari interaksi sosial yang dilakukan sutradara dan penulis naskah film HIJAB. Penelitian mendatang disarankan untuk mengkaji film ini menggunakan paradigma kritis. Berfokus kepada resistensi atau perlawanan yang dilakukan para istri terhadap suaminya. Karena konteks resistensi berada di antara konflik peran yang berbeda di relasi antara laki-laki dan perempuan.} }