DISKURSUS GERAKAN RADIKALISME DALAM ORGANISASI ISLAM (Studi Hermeneutika pada Organisasi Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang Dasar Negara, Jihad, dan Toleransi)

Romadlan, Said (2020) DISKURSUS GERAKAN RADIKALISME DALAM ORGANISASI ISLAM (Studi Hermeneutika pada Organisasi Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang Dasar Negara, Jihad, dan Toleransi). Doctoral thesis, Universitas Indonesia.

[thumbnail of Said Romadlan-Disertasi-FISIP-2020.pdf]
Preview
Text
Said Romadlan-Disertasi-FISIP-2020.pdf

Download (7MB) | Preview

Abstract

Pasca tumbangnya pemerintahan Orde Baru pada 1998 menjadi momentum bangkitnya
kelompok-kelompok Islam radikal, seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah
Islamiyah (JI), Laskar Jihad (LJ), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan Front Pembela
Islam (FPI). Kelompok-kelompok Islam radikal tersebut berupaya mengubah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi Khilafah Islamiyah, mengganti ideologi
Pancasila dengan syariat Islam, berjihad fi sabilillah dengan memerangi musuh-musuh
Islam, menolak perempuan dan non-muslim sebagai pemimpin. Gerakan radikalisme ini
harus dilawan karena menghambat demokratisasi, bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam sebagai agama rahmatan lil-alamin. Maka dari itu peran Muhammadiyah
dan NU sebagai organisasi Islam moderat (wasithiyah) dan kekuatan civil Islam sangat
dibutuhkan untuk melawan upaya-upaya kelompok Islam radikal ini.
Fokus permasalahan disertasi ini adalah pertama, bagaimana penafsiran Muhammadiyah
dan NU mengenai dasar negara, jihad, dan toleransi terhadap non-muslim? Kedua,
bagaimana praktik-praktik penafsiran melalui refleksi (kesadaran diri) di kalangan
Muhammadiyah dan NU mengenai dasar negara, jihad, dan toleransi terhadap non�muslim? Ketiga, bagaimana konteks relasi kekuasaan dan kepentingan Muhammadiyah
dan NU dalam memahami diskursus mengenai dasar negara, jihad, dan toleransi terhadap
non-muslim?
Dengan menggunakan Teori Interpretasi Ricoeur, Teori Kritis Habermas, dan Teori
Hegemoni Gramsci, serta metode hermeneutika fenomenologi Ricoeur disertasi ini
menghasilkan temuan-temuan berikut. Pertama, adanya distansiasi dalam proses
penafsiran. Mengenai Pancasila sebagai dasar negara, Muhammadiyah menafsirkannya
sebagai darul ahdi wa syahadah, NU sebagai mu’ahadah wathaniyah. Muhammadiyah
memahami jihad sebagai jihad lil-muwajahah, NU sebagai mabadi’ khaira ummah.
Muhammadiyah memahami toleransi terhadap non-muslim sebagai ukhuwah insaniyah,
NU sebagai ukhuwah wathaniyah. Kedua, penafsiran Muhammadiyah dan NU tersebut
merupakan hasil refleksi dan dialektika antara latar belakang, tujuan, dan kepentingan
kalangan Muhammadiyah dan NU dengan struktur kekuasaan politik dan struktur
kekuasaan lain. Ketiga, adanya relasi kekuasaan dan kepentingan yang menentukan
penafsiran, yaitu kekuasaan negara (Orde Baru), kekuatan kelompok Islam radikal, dan
kepentingan peneguhan identitas organisasi. Penafsiran Muhammadiyah dan NU tersebut
sekaligus sebagai kritik terhadap ideologi radikalisme yang ingin mendirikan Khilafah
Islamiyah dan menegakkan syariat Islam di Indonesia sebagai utopis dan ahistoris.
Disertasi ini dapat digunakan sebagai bahan untuk pendidikan atau literasi deradikalisasi
atau moderasi untuk menangkal tumbuhnya radikalisme. Untuk itu diperlukan kesadaran
dan tindakan bersama (collective action) yang melibatkan tiga unsur yaitu negara (state),
masyarakat sipil (civil society), dan media massa baru (new mass media).

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial & Politik
Depositing User: Said Romadlan
Date Deposited: 10 Mar 2021 03:13
Last Modified: 10 Mar 2021 03:13
URI: http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/7704

Actions (login required)

View Item View Item